Keenan menjulurkan tangannya, membawa gadis yang menangis itu keluar dari restoran itu, kemudian membawanya ke mobilnya.
Mereka kembali ke hotel, Sera terdiam tanpa kata, ia juga langsung masuk ke kamar hotelnya begitu sampai, tak selesai disituh, ketakutan Keenan tentang hal buruk yang akan di lakukan Sera, membuatnya bolak balik didepan kamar gadis itu, hingga ia menyuruh staff hotel bergantian menawarkan makan dan minum, yang terus ditolak Sera.
Sampai akhirnya di jam 7 malam, Sera meminta staff mengantarkan minuman beralkohol untuknya, namun tanpa pikir panjang Keenan menggantikan staff itu dan ia yang mengantarkan minuman itu.
"Hei, ini minuman nya!" Keenan membawa satu botol sampanye kualitas bagus, sebenarnya itu adalah minuman miliknya, namun ia tak masalah memberikan itu pada Sera.
Sera tak berpikir panjang, ia menuangkan minuman itu ke gelas cantik yang mempesona. Seumur hidupnya batu kali ini ia meminum air seperti itu.
Keenan tidak keluar dari kamar itu, ia melihat sekeliling dan takut saja sampai Sera melompat atau sampai gantung diri di kamar hotelnya, ia benar-benar memikirkan saham yang mungkin akan anjlok, ditambah posisi CEO yang mungkin akan hilang.
Keenan kemudian membuka pembicaraan dan duduk di kursi samping gadis itu. "Apakah kamu disini untuk mendengarkan ceritaku lagi? lagi? lagi-lagi kamu!'' lirih Sera, ia menyadari selama datang ke negara ini, ia hanya terus merepotkan laki-laki yang baru dikenalnya baru-baru ini.
"Aku tidak menyangka laki-laki dari negaramu itu sangat jahat, apakah karena mereka memiliki kulit indah? apakah mereka bebas melakukan ini?" ucapan Sera mulai melantur, ia sudah menghabiskan dua gelas dengan waktu sekejap minuman itu.
"Aku merasa harus memaki laki-laki sialan itu, aku tiddak tahan karena sangat mencintai nya, apakah perempuan baik tidak untuk laki-laki yang baik juga? apa aku harus bersikap jahat kali ini, benar begitu , siapa namamu Keenan, ya Keenan!" Sera benar-benar kehilangan kesadaran.
Keenan takut gadis itu akan muntah dan mengotori semuanya, ia berinisiatif meminum sisa sampanye itu seluruhnya, dan membuat kepalanya sedikit pusing.
Gadis itu berusaha membuka matanya, namun ia melihat dengan tidak jelas, rasa gerah menjalar di tubuhnya karena efek panas di tenggorokan. Keenan membantu Sera untuk tidur dengan baik di kasurnya, ia mengangkat tubuh gadis itu ke atas kasur.
Begitu ia akan pergi, Sera menarik kerah baju Keenan, Keenan berusaha mengelak, entah tenaga dari mana Sera seakan berteriak dan mengamuk, ia benar benar menarik tubuh laki-laki itu sampai berada di atasnya.
Sera menarik bagian kepala belakang Keenan, ia meletakan bibirnya di bibir laki-laki itu, hal itu membuat Keenan kaget, namun pegangan Sera sangat kencang, Keenan juga tak cukup tenaga untuk menghindari serangan Sera karena efek minuman yang ia tenggak habis itu.
Sera membanting Keenan ke atas kasur, ia membuka seluruh kain yang melekat ditubuhnya, Keenan hampir kehilangan kesadarannya juga, ia membalas setiap perlakuan Sera, mereka juga saling menggoda, dengan kecupan yang dilayangkan Keenan di wajah Sera, kemudian menjalar ke bagian tubuhnya yang lain.
Dengan susah payah, entah kapan itu terjadi, sebuah cengkraman di pundak dan punggung Keenan tertancap dari kuku Sera, gadis itu melenguh kesakitan, sampai mereka berada dibawah selimut yang sama, hujan tampak turun di langit Istanbul, terdengar dari rincikan air yang membasahi kaca hotel itu.
Mereka tetap melanjutkan permainan itu tanpa sadar, tubuh Keenan sudah seperti dicabik oleh hewan yang sedikit buas, tubuh bidangnya kini penuh dengan bekas luka yang ditancapkan Sera ketika mereka menyatukan diri, gadis itu kehilangan kegadisannya di tangan seorang pria yang baru ia temui itu.
Malam cepat berlalu, matahari belum muncul seluruhnya, namun terang tampak menyelinap karena gorden kaca yang tidak tertutup rapih.
Sera membuka matanya yang terasa berat tidak seperti biasanya. "Aw," lirih gadis itu, ia merasa sesuatu yang sakit dibawah tubuhnya.
Ia kemudian merasa angin di kamarnya terlalu dingin, dan ia berniat menarik selimut namun kain itu tertahan oleh sesuatu, begitu ia menoleh ia begitu terkejut, seorang pria bertelanjang dada sedang terlelap di sampingnya. Kemudian tak kalah membuatnya kaget, ia tanpa busana.
"Apa ini, apa yang aku lakukan tadi malam, ah Ayah!" Sera teringat Ayahnya seketika.
Pikiran Sera sangat kacau, ia mengumpulkan bajunya dan mengambil baju lain dari kopernya, ia pergi ke kamar mandi dengan pelan, ia berganti baju segera setelah memasukan semua barang-barang nya ke koper.
Ia benar-benar merasa sesuatu yang aneh, seluruh tubuhnya juga sakit, pikirannya kini sedikit terbuka, ia mengetahui ia kehilangan kegadisannya begitu melihat bercak darah di atas seprai putih yang ditidurinya.
"Tidak, apa yang ku lakukan," Sera menutup mulutnya, ia menggeret kopernya tanpa pikir panjang, ia segera pergi ke lobby hotel dan melakukan check out.
"Tapi masih ada sisa 2 hari lagi dari pemesanan!" ucap sang staff hotel.
"Hangus tidak masalah," jawab Sera.
Setelah semua selesai ia segera pergi mencari taksi dan pergi ke bandara.
Ia menangis sepanjang jalan, tentang kebodohannya, ia mengingat dari ia mulai mengkonsumsi Sampanye itu.
"Apa yang harus aku lakukan, laki-laki memang tidak ada yang waras, apa yang harus aku lakukan dan katakan pada Ayah!" penyesalan Sera kini semakin menjadi, bahkan ketika ia berada di udara di dalam pesawat, ia bahkan tidak bisa tidur selama 12 jam penerbangan nya.
Keenan bangun dari tidurnya, kepalanya juga masih pusing. Ia membuka mata, dan melihat sekeliling ia berada di kamar yang bukan kamarnya, kemudian David staff sekaligus temannya itu ada di sampingnya. "Wah, malam yang panjang rupanya!" goda anak polos itu.
"Kenapa aku disini?" tanya Keenan bingung.
"Mana aku tau, aku kan gak ikutan!" balas David.
Keenan memikirkan kejadian semalam ia mengantarkan minuman, kemudian bercerita dan meneguk minuman itu sampai habis, ia juga melirik botol yang ada di meja di depannya. "Lalu," lirih Keenan berusaha mengingat kejadian itu lagi.
"Cepat keluar, bawakan bajuku aku mandi disini!" pinta Keenan, dan David segera pergi menjalankan suruhan Keenan.
Keenan merasa perih di bagian pundak nya, begitu ia menyentuhnya tampak ada sedikit luka terkelupas namun cukup banyak, itu membuatnya aneh, kemudian Keenan membuka selimut yang menutupi tubuhnya, ia juga kaget melihat bercak darah di seprai itu, kemudian ingatan nya kembali, pertarungan yang ia lakukan di atas ranjang semalam. "Apa yang aku lakukan, perempuan itu masih gadis?" Keenan membelalakan matanya tak percaya, mengapa ia bisa tidur dengan wanita yang baru dikenalnya, di tambah ia masih gadis, teriakan memenuhi kamar itu, Keenan benar-benar seperti kehilangan barang berharganya.