Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Sera sudah berdandan untuk sekedar berkeliling! Ia ingin mencari tahu tempat kerja Sahin, namun tetap tidak memberi tahu kekasihnya itu bahwa ia sudah tiba di negaranya.Tapi tetap saja Sera mengenakan Coat untuk berjalan-jalan, panas terik membuatnya khawatir cahaya matahari merusak kulitnya, padahal ia sadar ini masih jam bagus untuk berjemur.
Ini di Indonesia sudah pukul 1 siang, rasanya Sera seperti keluar tengah hari bolong. "Hei mau kemana?" tanya laki-laki yang memberi tabu Sera tentang menu makan pagi amat pagi itu, Keenan menghampiri Sera yang mematung menatapnya, laki-laki pemilik tubuh atletis itu hanya mengenakan kaos putih dan celana selutut saja.
"Aku ingin pergi berkeliling, dan mencari alamat! ngomong-ngomong terimakasih atas info tadi, aku benar-benar menikmati makanannya," ucap Sera.
Keenan mengangguk, "mau aku temani berkeliling?" tawar Keenan, ia melihat Sera sepertinya pertama kali datang ke negaranya itu.
Sera awalnya akan menolak, tapi ia mengetahui bahwa orang Turki terkadang memberi tahu jalan jika ada yang bertanya, padahal mereka tidak tau. Akhirnya gadis itu mengangguk menerima tawaran Keenan.
"Aku akan berganti pakaian dulu!" Keenan segera berlari ke kamarnya, Sera hanya mematung melihat laki-laki itu pergi memunggunginya.
Dengan tingkahnya memasukan tangan ke saku coatnya, Sera menggerak-gerakkan kakinya sebari menunduk, Keenan datang kembali dengan berlari! Kini dengan stelan amat berbeda membuat Sera hampir tak mengenalinya.
"Apa kamu akan rapat?" tanya Sera, bingung melihat stelan baju yang Keenan kenakan.
"Tidak, ini jam kerjaku! Tapi aku akan menemani mu dulu," jawab Keenan.
Sera tidak ingin banyak bicara, ia juga tidak penasaran dengan pekerjaan yang dilakukan Keenan.
Mereka berdua keluar dari hotel besar itu, seorang staff hotel langsung memberikan kunci mobil padanya, Sera dibuka kan pintu mobul oleh Keenan, ia malu sekali orang-orang disana memperhatikannya.
"Mau kemana kita?" tanya Keenan begitu menginjak pedal gas nya.
"Aku ingin tempat ini, apakah kamu punya waktu! Kamu bisa meninggalkan aku disana, jika kamu terburu-buru," ucap Sera, memperlihatkan secarik kertas bertuliskan alamat yang sudah ia tulis tadi di kamarnya.
Keenan hanya mengangguk pelan, sebuah restoran sebrang sebuah pabrik adalah tujuan yang Sera maksud, Keenan memarkirkan mobilnya disana.
Kedua orang itu turun, "apa yang kamu cari?" tanya Keenan.
"Seseorang," jawab Sera.
"Apakah keluarga mu disini?"
"Tidak, dia seseorang yang akan aku temui pertama kalinya," jawab Sera, wajahnya menyunggingkan senyuman dan raut wajah yang amat bahagia.
Keenan mengangguk tersenyum.
"Kamu bisa pergi Keenan, maaf karena merepotkan mu!" Ucap Sera
Keenan merasa Sera ingin sendiri karena ingin bertemu dengan orang spesial, namun hatinya sebagai pemilik hotel bukan bermaksud ingin ikut campur urusan sang tamu, namun ia hanya khawatir pada gadis itu. "Lanjutkan saja Sera, aku akan makan di meja lain, aku belum sempat sarapan!" Jawab Keenan beralasan.
Ia mencari meja kosong, dan menemukan sebuah space yang terhalang oleh pepohonan hijau membelakangi Sera yang duduk di meja dekat kaca besar.
Sera memesan sebuah kopi, ia memang pecandu kopi! Dimana saja pasti setiap hari ia harus mengonsumsi minuman itu.
Kania tau jam istirahat Sahin adalah pukul 11.40, ini sudah pukul 10.00 dan itu tidak masalah untuknya, menunggu Sahin keluar dari pabrik sebrang restoran itu.
Keenan memesan makanan, ia sesekali menelpon ke hotel untuk menanyakan pekerjaan, dan menyuruh para staffnya bekerja dengan baik sementara dia ada di luar.
Akhirnya waktu yang Sera tunggu datang, orang-orang Drai dalam pabrik itu keluar, banyak sekali sampai Kania kebingungan mencari wajah Sahin disana, wajah orang-orang itu amat terlihat sama dengan warna mata cantik yang menghipnotis siapa saja yang melihatnya. "Ah, wanita disini ternyata amat sangat cantik!" Lirih Sera sebari menyeruput kopinya, matanya tetap melihat-lihat siapa tahu Sahin lewat.
Padahal Sera sudah cantik dan membuat siapa saja yang melihatnya jatuh cinta.
Dari hampir ratusan pegawai yang keluar, Sera dapat melihat keberadaan laki-laki yang dicarinya.
Namun Sera yang sudah menyunggingkan senyum, harus menahan langkahnya ketika seorang perempuan menghampiri laki-laki yang dikenalnya itu, ia memberikan sebuah bingkisan kepadanya.
Sera beranjak dan keluar dari restoran itu, mendekati Sahin yang sedang mengobrol sebari berdiri. "Sahin?" ucap Sera.
Laki-laki yang baru pertama kali ditemuinya itu, langsung terpaku melihat Sera. "Sera!" Jawabnya, dengan pandangan mata yang diikuti sunggingan senyum.
"Kenapa sudah disini? bukankah kamu datang Minggu depan?" tanya Sahin.
Sera tersenyum pada Sahin maupun perempuan yang didepannya. "Aku ingin memberikan kejutan untukmu," lanjut Sera, senyum nya yang indah membuat lesung pipinya terlihat sempurna.
"Siapa ini Sahin, bukan orang dari negara kita? bagaimana kamu bisa mengenalnya?" tanya perempuan yang sedari tadi memperhatikan penampilan Sera yang seperti turis pada umumnya.
Sahin diam cukup lama ia tampak berpikir, "Dia kenalanku!" Lanjutnya kemudian.
Sera menatap Sahin dengan seksama, bagaimana Sahin tidak bereaksi melihatnya untuk pertama kali, apakah ia terlihat tidak cantik dan Sahin tidak tertarik? pikir Sera!
Padahal bayangan romantis FIRST MEET seperti di YouTube sudah menjadi bayangan Sera.
"Halo, aku Melsa! Istri Sahin, senang melihat orang dari negara lain!" Ucap perempuan itu.
Sera membelalakkan matanya mendengar penuturan perempuan itu, ia hanya mematung dan menatap Sahin dengan seksama tanpa suara. "Hai!" Ucap Sera terbata-bata, menyembunyikan rasa kagetnya.
Sahin tampak menatap Sera dengan mata yang sesekali ia pejamkan diikuti pijatan tangan di pelipisnya, Sera menginginkan penjelasan saat itu juga, namun itu tidak mungkin, terlalu banyak manusia disana.
Sera berpamitan, meninggalkan keduanya. Ia kembali masuk ke restoran dan mencari keberadaan Keenan, hanya laki-laki itu yang ada di ingatannya.
Begitu melihat Keenan, Sera segera menghampirinya, "Keenan, bisakah aku ikut pulang denganmu lagi?" ucap Sera, dengan wajah pucat.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Keenan.
Sera mengangguk pelan, Keenan merasa gadis itu tidak dalam keadaan baik. Ia menghentikan makannya yang baru saja ia siap beberapa kali, dan segera pulang bersama Sera.
Sahin melihat Sera memasuki mobil seseorang, begitupun istrinya Melsa, "apakah itu kekasihnya? bukankah itu pemilik hotel Manches?" tanya Melsa.
Sahin mengerutkan dahinya, ia melihat mobil itu melaju pergi.
"Bagaimana pertemuan mu?" tanya Keenan.
"Aku seharusnya mendengarkan Ayah, seharusnya aku tidak pergi jauh-jauh kemari, aku tidak seharusnya mempercayai laki-laki yang tidak aku kenal baik," lirih Sera, ia menangis di dalam mobil Keenan, melihat gadis itu menangis Keenan merasa bersalah telah bertanya.
Ia juga tidak tau apa yang terjadi dengan Sera, sesampainya di lobby hotel, Sera langsung berlari menuju kamarnya.
Ponselnya terus berdering, Sahin tidak berhenti memanggil. Kekecewaan yang Sera rasakan belum pernah terpikirkan olehnya.
Bagaimana bisa Sahin menutup hal itu dengan baik, Sera membenamkan wajahnya dibalik selimut hotel yang besar, dan meraung semaunya menumpahkan kesedihan dan kekecewaannya.