"Kenapa Langit?" Senja segera menoleh kearah Langit.
"Kenapa Mars sama Reyno bisa bawain makanan dari Bu Dian?"
"Oh. Tadi Mars dan Reyno dihukum Bu Dian karena cabut, dan rumah Bu Dian kan deket sama Galaxy tu jadi pas masa hukuman mereka selesai Bu Dian minta tolong anterin makanan buat Senja. Bu Dian ngerasa bersalah tadi katanya, soalnya gak bawak apa apa karena buru buru"
Langit tak menjawab perkataan Senja. Ia memili duduk di sofa dan melanjutkan tugasnya.
"Langit" Senja kembali membuka suara membuat Langit menoleh kearahnya.
Masih tak ada jawaban, Langit menoleh hanya sekilas lalu kembali melanjutkan tugasnya. Kesabaran Senja mulai habis sungguh! Laki laki didepannya ini bagaikan kulkas.
"Langit!" Senja kembali meneriaki Langit.
"Apaan gue capek banget. Dan tugas gue masih banyak tolong jangan ganggu" Ucapan Langit membuat Senja merasa bersalah. Ia memilih diam sambil memandangi Langit dalam dalam.
Tiba tiba pintu ruang rawat Senja dibuka, menampilkan Deyana dari luar sana, perhatian Senja dan Langit kini beralih ke Deyana.
"Lo dari mana?" Tanya Senja membuka suara terlebih dahulu.
"Dari luarlah" Deyana berjalan ke tempat tidur Senja, dan memilih duduk disamping Senja.
"Iya tau dari luar. Tapi, dari mananya"
"Dari taman tadi. Taman rumah sakit ini keren banget, lumayan juga ada WiFi gratis. Jadi, gue bisa download Drakor sepuasnya deh." Deyana tersenyum manis kearah Senja.
Deyana memperhatikan jam ditangannya
"Astaga sudah pukul 22.00" Deyana menepuk jidatnya karena Drakor ia melupakan segalanya.
"Kenapa?" Tanya Senja.
"Gue harus pulang. Tugas gue belum selesai"
"Kasian" Senja mengejek Deyana yang sekarang penuh kepanikan.
"Emang tugas lo udah selesai?" Tanya Deyana.
"Yah belumlah. Tapi kan, gue dikasih waktu 2 Minggu buat ngerjain tugasnya."
"Dan sekrang hanya tersisa 5 Hari" Deyana menjulurkan Lidahnya
"Gampil lah" Ucap Senja anggap remeh
Deyana menghampiri Langit yang sedang fokus pada laptop didepannya itu. Ia ingin pulang menebeng dengan Langit. Karena rumah mereka berdekatan.
"Langit" Panggil Deyana dengan lembut.
Tak ada jawaban Deyana kembali mengulang panggilannya.
"Langit" Kali ini lebih lembut lagi
Senja bergedik ngeri. Deyana berani beraninya membangunkan macan yang sedang tidur
"Dey" Senja mengeluarkan suara bak berbisik kepada Deyana
"Apa" Deyana pun ikut menirukan suara berbisik bisik seperti Senja.
"Tumben lo manggil nama Langit lembut banget. Ada maunya lo ya?"
"Tau aja lo" Deyana dan Senja tertawa bersama. Mereka sudah memahami satu sama lain.
"Emang lo mau apa?" Masih dengan nada berbisik
"Gue mau nebeng pulang"
"Langit kagak pulang egeb"
"Masa iya?!" Deyana terkaget suaranya membesar membuat Langit menoleh kearahnya.
"Dari tadi ganggu mulu. Gak fokus gue ni" Ucap Langit sedikit membentak.
"Nah lo" Deyana menunjuk kearah Senja.
"Lo kali yang berisik" Ucap Senja.
"Lo lah"
"Lo kok yang teriak"
"Apaan si lo kok yang ngajak ngomong Luan"
"CUKUP!" Langit mengeluarkan suara yang cukup keras. Membuat Senja dan Deyana terdiam, cukup sudah pertahannya sudah runtuh. Dibuat kedua perempuan ini yang seperti ke kanak Kanakan.
"Langit" Deyana kembali memanggil Langit dengan lembut. Kali ini Deyana berhasil Langit menoleh kearahnya
"Gue pulang bareng lo yaaa. Kan kita satu komplek"
"Gue gak pulang. Lo pulang sendiri aja naik taksi online kek apa kek" Ucap Langit acuh lalu kembali menatap layar monitornya.
"Loh Lo ga pulang?"
"Budeg lo?" Ucap Langit sedikit membentak
"Lo tidur sini?"
"Selain berisik lo juga bego ternyata"
"Wah wah wah lu gue bilangin Tante Selly lu ya. Mau berdua berduaan sama anak orang" Tantang Deyana.
"Bilangin aja Bunda juga uda tau kok" Senja menyambung percakapan antara Deyana dan Langit.
"Lah udah manggil Bunda aja" Deyana kembali terkaget. Ternyata banyak hal yang tidak ia ketahui tentang Senja dan Langit.
"Jangan jangan kalian udah....?" Deyana menutup mulutnya tak percaya
"Udah apa?" Langit dan Senja serentak
"Nah kan" Deyana kembali menutup mulutnya. Ia benar benar tak percaya dengan kedua manusia dihadapannya ini.
"Apaan si lo gak jelas banget" Langit kembali fokus pada layar laptop miliknya itu.
"Kalian udah nikah?" Tanya Deyana. Langit dan Senja seketika menoleh kearah Deyana, tak percaya akan apa yang diucapkan gadis itu.
"Gila lo" Jawab Langit
"Apa apaan si lo" Senja melempar Deyana dengan kotak tissu yang ada disampingnya.
"Lo tadi bilang Tante Selly dengan sebutan Bunda. Dan lo Langit malem ini ga pulang, lo milih buat tidur disini bareng Senja."
"Siapa yang bilang tidur bareng Senja?" Tanya Langit."
"Itu lo tadi bilang gak pulang"
"Gak pulang, bukan berarti gue tidur sama Senja kan. Gue tidur di sofa ini dan Senja tidur di situ. Selesai!"
"Ta tapi tetep aja kalian satu ruangan seperti orang yang sudah menikah"
"Gilak pikiran lo ya" Senja kembali menggeram melihat tingkah laku sahabat semata wayangnya itu.
"Mending lo pulang deh. udah jam segini juga entar lo diculik tau rasa" Langit menyambung omongan Senja dan Deyana
"Ih iya yaa. Gue telfon papa aja deh" Deyana bergedik ngeri
Tuuuut tuuuut tuuuuut
"Halo papa"
"Iya sayang? Kamu dimana kok tadi kata Bibik kamu buru buru. Sampai belum makan, papa telfon gak bisa bisa" Jawab seseorang dari sebrang sana.
"Maaf pa. Tadi Deyana lagi download Drakor jadi untuk aplikasi lain Deyana matikan. Sekarang Deyana ada dirumah sakit pa, Senja sedang sakit. Papa kesini sekarang yaa. Jemput Deyana, nanti Deyana Share lock"
"Innalilahi. Baik nak, papa kesana sekarang"
Deyana memutuskan sambungan telefonnya dan beralih ke aplikasi Hijau. Lalu mengirimkan lokasinya pada sang papa.
"Sudah selesaikan. My father is the best pokoknya" Deyana mencium ponsel miliknya. Membuat Senja berekspresi seakan akan sedang ingin muntah.
"Eh Dey sini" Senja menlonggarkan tempat disampingnya sedikit agar Deyana bisa duduk.
"Apa?" Deyana berjalan lalu, mendudukkan bokongnya di samping Senja.
"Tadi papa lo bilang dia nyariin lo karena lo, gak ngabarin mau kesini. Emang Mama lo ga izin sama nyokap lo?" Tanya Senja.
"Nyokap gue lagi ke London sekitar 2 Minggu lah. Baru 3 hari dia kesana, ada bisnis butiknya"
"Wah sekarang nyokap lo udah jadi desainer juga?"
"Iya. Dia terinspirasi dari nyokap lo Tante Adisty. Dan, Alhamdulillah langsung di restui sama papa. Dan perusahaan butiknya lumayan berkembang juga. Karena banyak bantuan dari rekan rekan papa"
"Kenapa nyokap gue gak tau ya? Kalo nyokap lo jadi desainer. Secara mereka kan udah sama sama terkenal. Dan pasti mereka udah sering dong ketemu dalam satu pekerjaan"