"Maybe, nyokap lu tau kalau dia punya pesaing baru yang langsung terkenal juga. Gak mungkin gak taukan. Cuma dia gak tau kalo itu nyokap gue, soalnya nyokap gue pake nama kita sekeluarga disambungin, terus juga kalo ada acara dia selalu nyuru tangan kanannya buat turun. Jadi dia gak langsung terjun kelapangan." Terang Deyana panjang lebar
"Iya si nyokap gue juga gak terlalu perduli sama pesaing pesaingnya dia. Buat dia hidup itu udah diatur indah banget sama Tuhan, jadi jangan pernah takut miskin atau gagal. Kadang sebelum punya segalanya, kita harus ngerasain kehilangan segalanya." Ucap Senja
"Yuppssss! Bener banget. Gue juga selalu ingat sama kata kata nyokap lo. Orang besar itu berasal dari orang kecil yang selalu berusaha jadi besar. Jangan bangga karena terlahir dari keluarga yang sudah mampu, karena itu bukan hasil kerja kerasmu. Banggalah ketika kamu berhasil membuat nama itu menjadi lebih besar karena hasil kerja kerasmu sendiri." Deyana mengingat saat dirinya dan Senja dinasehati oleh almarhumah Adisty.
"Iyaaa. Nyokap gue emg orang hebat, yang selalu bisa jadi obat penenang buat gue."
Langit menatap Deyana dan Senja tak percaya. Ternyata kedua makhluk didepannya ini bisa juga mengingat hal hal baik yang diberikan oleh orang lain.
"Tumben lo berdua bahas yang berfaedah. Biasanya berantem melulu" Langit menyambung dalam obrolan mereka. Namun, ia kembali fokus menatap layar laptopnya dan tak menghiraukan mereka lagi
Namun, Senja dan Deyana tak menanggapi Langit. Deyana teringat sesuatu lalu ingin menanyakannya pada Senja.
"Butik nyokap lo gimana? Siapa yang ambil alih?"
"Buat sementara belum dijalanin dulu. Tapi nanti gue yang bakal lanjutin, entah kenapa Mama sama sekali gak mau Papa ikut campur atas butiknya. Bahkan, dia sudah mengatur semuanya. Bahwa butik itu cuman bisa gue yang nerusin. Tanpa campur tangan Papa. Seakan akan Mama tu takut banget kalau Papa ngambil alih butiknya dari gue"
"Kenapa gitu? Kan dia suaminya" Tanya Deyana heran mendengarkan pernyataan Senja.
"Gue gak tau. Mama gak pernah ngasih alasan yang jelas. Bahkan dia bilang semuanya demi masa depan gue. Dia juga pernah bilang kalau jangan ceritain apa apa ke Papa tentang butik, termasuk semua isi atau dokumen penting butik Mama itu gak pernah ada dirumah. Dia punya tempat rahasia dan yang tau cuma gue sama dia"
"Gue jadi curiga ada apa sebenarnya" Deyana bahu Senja pelan.
Tak lama ponsel milik Deyana berbunyi membuat ia segera keluar untuk mengangkatnya. Takut menggangu Senja yang sudah sedikit mengantuk. Namun, ia tahan hingga menunggu Deyana pulang.
Papa is calling
"Halo pa"
"Papa sudah dilantai 1. Kamu ada dimana sekarang, Papa ingin menjenguk Senja terlebih dahulu"
"Deyana di lantai 2 Pa. Ruang vvip mawar 3"
"Okee sayaaang wait ya"
3 Menit berlalu Deyana melihat kedatangan Papanya yang membawa beberapa parcel buah dan makanan.
"Papa" Deyana berlari kecil mengejar Papanya
"Sayang"
"Banyak banget pa makannya"
"Gak apa apa. Biar cepet sembuh si Senja"
"Ayuk pa masuk. Senja udah nunggu dari tadi"
Deyana dan Dirga memilih berjalan menuju ruangan Senja. Deyana membuka pintu ruangan Senja, mata Senja yang mulai mengantuk menoleh kearah pintu. Senyuman tipis terukir diwajahnya yang masih sedikit pucat.
"Om Dirga" Deyana mencoba duduk ketika Dirga menghampirinya. Deyana menyalami tangan Dirga, Dirga menerima uluran tangan Senja dan sedikit mengelus kepala Senja.
Entah mengapa lagi lagi perasaan aneh muncul di hati Dirga. Ada rasa iba di hatinya melihat gadis dihadapannya ini harus menerima segala perbuatan Papanya.
Langit yang sadar akan kehadiran Dirga. Turut berdiri meninggalkan tugasnya, dan ikut menyalami Dirga, Dirga terkaget karena melihat Langit berada di ruangan Senja
"Langit"
"Iya om" Langit tersenyum manis kearah Dirga dan sedikit menunduk.
"Kamu kok ada disini?"
"Senja ini juga temen saya om, kan dia satu sekolah sama saya dan Deyana."
"Oh iya iya om hampir lupa, kalau Senja sudah pindah ke Galaxy"
Langit hanya membalas ucapan Dirga dengan Senyuman. Lalu memilih pamit untuk mengerjakan kembali tugasnya.
"Saya pamit mau ngerjain tugas lagi om"
"Oh iya iya silahkan"
"Om Dirga kenal Langit?" Tanya Senja
"Kenal. Mamanya kan temen Istri saya" Dirga menjawab sambil tersenyum kearah Senja
"Astaga Senja lupa padahal sudah pernah dikasih tau Dey" Deyana memotong ucapan Papanya dan Senja.
Senja hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal, sambil tersenyum kikuk.
"Kamu jaga kesehatan dong, harus kuat ya biar gak masuk rumah sakit. Disini banyak hantunya lo" Ucap Dirga sedikit bercanda, berharap gadis kecil dihadapannya ini bisa sedikit terhibur. Dirga merasa sedikit hancur ketika melihat Senja.
Deyana dan Senja hanya tertawa. Oleh ucapan Dirga, Senja dari kecil ketika melihat Dirga selalu merasa seperti dalam ketenangan. Senja sering bertemu dengan Dirga ketika kecil, karena Dirga selalu berusaha meluangkan waktu untuk keluarganya.
Senja yang selalu kesepian dirumahnya. Sering diajak Deyana bermain bersamanya dirumahnya, berbeda dengan rumah Senja, rumah Deyana memang sedikit lebih kecil dari rumah Senja. Namun, memiliki kehangatan yang begitu besar. Mama Deyana selalu ada dirumah untuk menemani perkembangan gadis kecilnya. Dan Papa Deyana yang selalu bersedia menemani Senja dan Deyana saat bermain
Sama seperti Papa Deyana, Mama Deyana juga memperlakukan Senja dengan sangat baik. Beberapa kali Senja memilih tidur dirumah Deyana karena Mama dan Papanya harus keluar kota. Dan Papanya selalu tak setuju jika Senja ikut.
Terkadang Senja suka merasa iri pada Deyana. Deyana selalu mendapat kasih sayang yang full dari kedua orang tuanya. Sementara Senja ia hanya mendapatkan kasih sayang dari Mamanya. Papanya memang selalu menuruti kemauannya, dan memberikan uang setiap bulannya lebih dari apa yang ia butuhkan. Namun, entah mengapa akhir akhir ini sifat kasarnya semakin terlihat.
Senja kecil pernah memohon kepada Tuhan. Agar ia terlahir kembali dan menjadi anak dari Dirga, ketika berada diantara mereka, Senja kecil merasakan seperti berada di keluarga seutuhnya.
Seolah tak membedakan kasih sayang antara Senja dan Deyana. Apa yang Dirga beri pada Deyana, akan ia berikan juga pada Senja. Baik mainan, makanan ataupun perhatian. Senja selalu merasakan mendapat kasih sayang seorang ayah saat bersama Dirga.
Sementara Dirga melakukan hal itu karena kasihan kepada Senja kecil. Dirga sendiri sering mendengar perdebatan antara Adisty dengan Reynand saat mengantarkan Senja pulang kerumahnya.
Dalam perdebatan itu Reynand selalu berkata pada Adisty bahwa ia tak menyukai Senja. Namun, ia akan tetap memenuhi pendidikan dan segala kebutuhan Senja lainnya. Karena, itu adalah janji Reynand pada almarhum Ayahnya.