"Lo gak apa apa?" Tanya Langit
"Gak apa apa kak"
"Ruangan lo dimana? Biar gue anter"
"Gak apa apa kak. Bisa sendiri kok" Gadis itu menghempaskan tangan Langit.
Langit terdiam. Baru kali ini ada wanita yang mengenolaknya mentah mentah padahal, ia hanya merasa kasihan bukan untuk menggoda gadis itu.
Gadis itu berjalan dengan sangat pelan. Langit memperhatikannya seksama. Tiba tiba seseorang mengejutkannya.
"Hayo lo liatin siapa?" Tanya Deyana yang entah sejak kapan berada disana.
"Apaan si lo gak jelas banget" Langit meninggalkan Deyana, Ia berjalan menuju ruangan Senja.
Ketika membuka pintu, Langit dikagetkan dengan kebaradaan Mars dan Reyno disana. Rahangnya mengeras tangannya mengepal.
"Keluar atau gue buat kalian babak belur sekarang" Pinta Langit dengan wajah sangarnya.
"Kita cuma jalanin tugas Bu Dian untuk mengantarkan makanan pada Senja. Lo selo dong pake otot amat" Bantah Reyno yang mulai tak segan sengan melawan Langit.
Langit berjalan mendekati Reyno. Ia menarik kerah baju sahabatnya itu, nafasnya tak beraturan Mars hanya bisa bergedik ngeri. Menunggu apa yang akan terjadi pada Reyno.
"Udah udah! Apa apaan si kok malah berantem" Senja mencoba melerai perdebatan yang hampir terjadi itu.
Langit melepaskan tangannya dari kerah baju Reyno.
"KE LU AR!" Langit kembali meninggikan suaranya. Kali ini tak ada yang berani melawannya, Reyno pun sudah terlihat pucat.
Reyno dan Mars memilih mengalah mereka meninggalkan ruangan Senja. Tak lama Deyana muncul dengan senyum manisnya, ia yang tahu apa apa, langsung menghampiri dua orang yang terlihat pucat itu.
"Kalian kenapa?" Tanya Deyana kebingungan.
"Noh si Langit! sensian amat liat orang dekat dekat sama Senja" Ucap Reyno masih dengan kesalnya.
Deyana tertawa terbahak bahak ternyata lagi lagi Langit membuat kedua kuman didepannya ini ketakutan.
"Makanya jadi laki laki jangan Cemen" Deyana menjulurkan lidahnya. Lalu memilih masuk kedalam ruangan Senja.
Langit mendekati Senja dan memberikan bekal yang ia bawakan tadi.
"Apa ini?" Tanya Senja yang terlihat kebingungan.
"Makanan dari Bunda"
Senja melihat disebelah kanannya ada makanan dari Bu Dian yang dibawakan Reyno dan Mars. Sementara didepannya ada makanan yang dibawakan Langit dari Bunda.
"Bagaimana aku bisa menghabiskan semua makanan ini?"
Deyana yang baru datang langsung menoyor kepala Senja.
"Sejak kapan lo ngomong pake aku aku segala" Tanya Deyana.
"Gak ada yang ngomong sama lo. Gue lagi ngomong sama Langit" Jawab Senja sembari memegangi kepalanya yang di toyor Deyana tadi
"Biar gue yang abisin makanan dari Bu Dian. Gue belum sempat makan tadi xixi" Ucap Deyana langsung mengambil makanan yang dibawakan oleh Mars dan Reyno.
Deyana langsung duduk di sofa ruangan Senja dan menyantap makanan itu dengan lahap. Namun, ada yang baru ia sadar.
"Wait" Ucap Deyana secara tiba tiba, membuat Langit dan Senja langsung menoleh kearahnya.
"Tante Selly buat makanan untuk Senja?"
"Iya." Jawab Langit dingin. Lalu mengambil kotak bekal untuk Senja dan membukanya.
"Berarti Tante Selly kenal sama Senja?"
"Enggak. Gue cuman ngasih tau tadi ada temen gue yang sakit..." Belum sempat menersukan ucapannya.
"Maka atas dasar KE MA NU SIA AN Tante Selly suru lo bawain makanan" Deyana memotong ucapan Langit.
"Itu pinter"
"Lo kan dikit dikit kemanusiaan. Sampek perasaan lo sendiri lo sembunyikan dengan kata KE MA NU SIA AN."
"Tau apa lo tentang perasaan gue?" Tantang Langit, kalo ini Deyana berhasil membuat ia menggeram
"Eh! Kalian ini kalo jumpa ribut mulu" Bentak Senja.
Deyaa dan Langit memilih diam dan tak melanjutkan pertengkaran mereka lagi. Langit memberikan makanan yang sudah ia buka itu kepada Senja.
"Ini makan"
"Suapiinnn" Senja membuat suaranya seperti anak kecil yang sedang manja pada ibunya.
"Tangan lo kemarin luka?" Tanya Langit pada Senja.
Senja melihat kedua tanganya yang tak apa apa. Lalu menggeleng kepada Langit.
"Ya udah bisa gerak kan?" Langit kembali memberikan pertanyaan.
Senja membalas dengan mengangguk. Namun, wajahnya ia buat membulat seperti anak kecil.
"Makan sendiri"
"Langit! aku lagi sakit ni. Tu liat tangannya di infus" Ucap Senja sambil tetap menggunakan nada manjanya.
"Gue juga mau makan Senja. Gue belum makan"
"Oh oke oke. Makan nya disini aja ya" Senja menepuk tempat kosong di sampingnya, dan menggeser sedikit tubuhnya.
"Hueeeek" Ucap Deyana yang mendengar Senja dari tadi berbicara bak anak kecil itu.
"Apaan si lo jorok banget" Ucap Senja memandang tajam kearah Deyana.
"Tiba sama gue aja, ngomong ya kek Dugong. Giliran sama Dugong beneran ngomongnya bae banget" Ucap Deyana sambil memasukan makanan kembali kemulutnya.
"Kalau makan itu makan aja. Jangan ngobrol" Langit menatap Senja dan Deyana dengan tajam.
"Ho oh! Denger tu Dey." Senja mengajukan jempolnya ke arah Langit
"Lo juga! Makan" Bentak Langit pada Senja.
Senja langsung melahap nasi dan lauk yang dibawakan oleh Langit.
"Enak banget masakan Bunda" Senja dengan lahapnya memakan masakan Selly. Masakan Selly dan Mamanya hampir sama mirip, membuat Senja menimkati dan memakan makanan itu buatan Selly itu dengan Lahap.
"Kalau makan itu pelan pelan" Ucap Langit sambil membersihkan sisa makanan yang ada dibawah bibir Senja. Senja seketika mematung detak jantungnya seakan berhenti berdetak, ingin rasanya ia melayang ke awan sana sekarang
"Kenapa bengong?! Makan!" Bentak Langit.
Senja yang tadi masih melayang langsung terkaget, dan kembali menyantap makanannya. Deyana yang sudah selesai dengan makannya langsung berdiri dan menghampiri Senja.
Tatapan Deyana beralih ke piring kosong bekas makanan rumah sakit yg berada diatas nakas samping tempat tidur Senja.
"Loh ini makanan lo?" Tanya Deyana heran
"Iya" Jawab Senja seadanya.
"Lo tadi udah makan dan sekrang lo ngabisin makanan ini semua?" Tunjuk Deyana pada bekal yang cukup banyak dihadapan Senja itu.
"Kenapa emangnya?" Tanya Senja polos.
"Banyak banget makan lo"
"Namanya juga orang sakit"
"Orang sakit itu gak selera makan. Lo ini yang ada namanya Sanyo"
"Sanyo apaan?"
"Sakit Congok" Jawab Deyana enteng dan segera keluar dari ruangan Senja.
"Egeb lo" Teriak Senja
"Udah udah. Lanjut makannya" Ucap Langit yang dari tadi memperhatikan Deyana dan Senja yang sedang ejek ejekan.
Senja memilih melanjutkan makannya dan sesekali curi curi pandang kearah Langit.
"Tampan" Batin Senja. Senja tersenyum tipis melihat Langit yang begitu fokus dengan makanannya.
Senja dan Langit kini sudah selesai dengan makannya. Langit membereskan kotak bekal makanan meraka dan memilih melanjutkan tugasnya yang belum selesai tadi. Namun, sebelum itu ia sudah memakaikan kembali selimut pada Senja.
"Senja" Langit teringat sesuatu dan ingin menanyakannya pada wanita itu.