Langit memarkirkan mobil Senja dihalaman rumahnya. Lalu masuk masih didepan pintu ia sudah dikejar anak kecil yg rambutnya dikucir dua, siapalagi kalau bukan Ara
"Abaaaaang skyyy" Ara menghamburkan pelukannya ke Langit. Langit menggendong tubuh adik kecilnya itu dan mencium kepalanya dengan sayang.
Bunda Langit yang mendengar teriakan Ara langsung ikut menghampiri Langit dari arah Dapur.
"Bagaimana keadaan Senja? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa sebenarnya dia?" Tanya Selly terus menerus membuat Langit menggelengkan kepalanya.
"Bunda ini. Yang sebenarnya anak bunda Langit atau Senja?" Langit berjalan menuju sofa ruang tengah dan mendudukkan bokongnya disana. Selly mengikuti langkah Langit dan turut duduk disampingnya.
"Abang?" Panggil Ara yang masih dalam pangkuan Langit.
"Kenapa sayang?" Jawab Langit dengan lembut
"Kakak Sunset kenapa?"
"Sedikit sakit. Dan sedang dirawat dirumah sakit"
"Ara mau lihat. Pasti tangannya disuntikkan sungguh itu sangat menyakitkan bukan?" Ara menoel Hidung Langit dan membuat ekspresi seperti sedang kesakitan.
Selly dan Langit tertawa melihat tingkah lucu nan bijak. Gadis kecil cantik itu, Selly mengambil alih Ara dari pangkuan Langit.
"Ara minum susu dulu ya. Bunda sudah buatkan" Selly memberikan botol susu yang tadi baru ia buatkan.
"Bunda. Tapi Ara mau lihat kakak Sunset, kasihan dia bunda itu sangat menyakitinya"
"Besok kita lihat kakak Senja ya. Sekarang Ara minum susu dulu dikamar, biar kuat"
"Oke Bunda sayang" Ara berdiri diatas sofa ia mencium pipi Bundanya dan Langit.
"Ara pergi dulu. Jangan rindu, rindu itu berat kayak badan Abang Sky" Ara tertawa bak nenek sihir Lalu berlari meninggalkan Selly dan Langit.
"Ara! bisa bisanya bilang Abang Berat" Langit menggeram. Ingin rasanya mengejar Gadis kecil itu dan menggelitikinya hingga ampun ampun. Namun, ia urungkan. Langit harus segera sampai dirumah sakit untuk menemani Senja.
"Kamu belum menjawab pertanyaan Bunda"
"Senja udah gak apa apa Bunda. Dua hari lagi Senja sudah bisa pulang"
"Syukurlah besok Bunda akan kesana bersama Ara. Kamu besok ke sekolah?"
"Tidak bunda. Langit sudah diberikan tugas untuk olimpiade, Langit ganti baju dulu Bunda"
Selly hanya mengangguk mengiyakan. Ia memutuskan menyiapkan makanan untuk Langit dan Senja, Ia tau bahwa dari wajah ceria Senja. Senja memiliki sejuta masalah. Membuat dia harus sering menahan apa yang ia inginkan.
Setelah selesai menyiapkan makanan untuk Langit dan Senja. Selly menuliskan sepucuk surat untuk Senja.
Selamat malam cantik. Cepet sembuh ya! Bunda buatkan sup untukmu. Semoga kamu suka
Bunda❤️
Selly meletakkan kertas tersebut, di dalam tas bontot makanan untuk Senja. Setelah 30 menit Langit turun dari kamarnya. Wangi parfum khas Langit mengelilingi setiap ruangan yang ia lewati.
Selly yang menunggu kedatangan Langit di sofa. Sembari melihat serial kesukaannya IKATAN BATIN.
"Gerem banget Bunda liat si elsut. Banyak banget ke bohongannya demi cinta"
Langit menggeleng gelengkan kepalanya. Pantas saja adik kecilnya begitu rewel dan bawel. Ternyata sudah bawaan pabriknya begitu.
"Kamu mau makan disini apa dirumah sakit?" Tanya Selly, yang menyadari akan kehadiran anaknya itu.
"Dirumah sakit aja Bunda. Takut Senja nungguin lama"
"Sudah Bunda duga. Akan seperti itu jawabanmu" Selly menaik turunkan kedua alisnya. Menyadari ada sesuatu yang berbeda pada diri Langit.
"Kamu sangat mengkhawatirkannya bukan" Lagi lagi Selly merayu putra semata wayangnya itu.
"KE MA NU SI AAN" Jawab Langit menekankan setiap bait yang ia sebutkan.
"Hem ye la tu"
"Dimana tas Langit?" Tanyanya yang melihat sekeliling namun tak menemukan keberadaan tasnya.
"Tadi kamu bawa kekamar sayang"
"Bukankah tadi sudah Langit letakkan disini?" Tanya Langit. Lalu menunjuk sofa tempat mereka duduk saat Langit pulang tadi
"Bukankah parfum kesenangan mu itu hanya ada didalam tasmu? Lalu bagaimana kamu tadi memakainya?" Tanya Selly kembali
Langit menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Lagi lagi ia lupa meranuh barang barang yang baru saja ia pegang.
"Kenapa pikun mu kambuh lagi?" Selly mengajukan pertanyaan lagi.
Biasanya Langit akan menjadi pelupa luar biasa begini, hanya karena sedang sangat khawatir akan sesuatu atau sedang ada masalah besar.
"Kamu sangat mengkhawatirkannya bukan?" Lagi lagi Selly menggoda putra semata wayangnya itu
"Siapa yang Bunda maksud?" Tanyanya heran dengan apa yang diucapkan Bundanya.
"Senja lah. Siapa lagi kalau bukan dia"
"Sebaiknya Bunda lanjutkan saja tontonanya" Langit berjalan kearah meja, melihat ada dua kotak bekal makanan yang ada disana.
"Ini untuk Langit dan Senja kan?" Tanya sembari mengambil kedua kotak bekal itu.
"Iya. Kotak hitam untuk mu dan kotak ungu untuk calon menantu Bunda" Selly menggoda Langit kembali, kali ini diikuti dengan tawa gelinya.
"BUNDA!" Langit menggeram melihat tingkah Bundanya itu.
Selly tak memperdulikan panggilan Langit. Ia melanjutkan tontonan kesukaannya, dan memilih duduk kembali
"Langit pamit dulu Bunda" Langit menyalami tangan Selly. Lalu, mengambil tas dan bekalnya.
"Biar Bunda antar kedepan"
Selly dan Langit berjalan beriringan. Selly terkaget melihat mobil yang seperti pernah dilihatnya itu. Namun, ia tak melihat keberadaan motor Langit.
"Mobil ini?" Tanya Selly heran
"Iya. Ini mobil Senja"
"Pantas saja seperti pernah Bunda lihat"
"Ya pernah lah. Pertama kali Senja kesini kan dia pakai mobil ini" Terang Langit.
"Senja anak yang mandiri ya"
"Senja itu manja. Apa apa atas kekuasaan Mama dan Papanya. Bahkan dia bisa masuk Galaxy di kelas 12 ini juga karena, Kepala Sekolah adalah teman Mamanya"
"Oh Senja itu anak pindahan?" Selly terkaget mendengar pernyataan Bundanya itu.
"Iya. Denger denger kabarnya pindahan dari Laksana"
"Denger denger? Berarti dia jadi pusat perhatian?"
"Iya Bunda. Langit akui bahwa yang dibilang anak anak Galaxy adalah benar. Senja itu Cantik, Putih, Rambut panjang yang sedikit bergelombang, Badan mungil, dan pipi yang Chubby. Sudah pastilah dia menjadi incaran" Jelas Langit panjang lebar.
"Tumben sekali kamu memuji seseorang. Dan tumben sekali kamu berbicara panjang lebar" Heran Selly. Lalu tersenyum kearah Langit menaik turunkan alisnya
"Bunda nanya dan Langit jawab. Salahnya dimana?" Tanya Langit tak mau kalah.
"Tidak tidak. Sudah sudah pergilah Senja mu sudah menunggumu" Selly memilih mengalah saja pada putranya itu. Payah memang menghadapi seseorang yg sedang jatuh cinta.
"Langit pamit Bunda"
****
Langit berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Sudah pukul 20.00. Fikirannya berkecamuk ia cemas pada Senja. Karena ia tau wanita itu sekarang hanya sendiri di ruangan itu
Langit mempercepet jalannya. Bahkan, ia sedikit berlari agar cepat sampai tak sengaja ia menabrak seseorang
Brukk. Gadis itu terjatuh tubuhnya lemah. Badan mungil kalah jauh dengan badan kekar ideal milik Langit.
"Eh sorry sorry. Gue bantu berdiri" Langit menjulurkan tangannya.
"Terimah kasih kakak" Gadis itu menerima uluran tangan Langit. Wajahnya sangat pucat, Langit merasa iba.