"Heeeh, kenapa bengong?" Tanya Deyana
"Engga" Senja terhentak dari lamunannya.
Deyana mengangguk tiba tiba ia teringat sesuatu
"Eh ayo dong Lo cerita sama gue"
"Nanti ya dey. Kita kerjain tugas dulu" Senja membuka buku Matematika miliknya
"Tumben amat dah" Deyana menggaruk tengkuknya yang tak gatal
Belum 5 menit berkutat dengan buku miliknya, Senja sudah menyerah
"Dey lu kan Matematika gak bego bego amat kan, ajarin gue dong ini gimna ni?
"Duh Senja. Lo hutang cerita banyak banget sama gue serius deh"
"Lu ya. Temen lo rajin gini malah lo bingung, heran banget deh gue"
"Tapi Senja. Kita temenan sedari bocil, udah lama. Walaupun kita sempat terpisah beberapa tahun tapi gue paham banget sama sikap lu. Mana mungkin Lo mau megang buku. Kerasukan lo ya?" Deyana bergedik ngeri
"Sekate kate lo" Senja menggeplak kepala Deyana membuat sang empu kesakitan
"Sini dah gue ajarin"
10 menit Senja berhasil memahami soal yang ada dihadapannya. Entah kekuatan dari mana yg tuhan kirimkan untuk membuka pikirannya.
"Wah lo udah jadi pinter Senja salut gue" Sorak Deyana seraya menepuk tangan
"Iya ya Dey. Gue pinter ya cepat nangkep lagi" Senja menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Wah wah wah ada faedahnya juga lu liburan"
Mereka berdua pun tertawa. Tiba tiba Deyana memotong ucapan Senja.
"Senja?"
"Kenapa?" Senja menoleh
"Gue minta maaf sebelumnya, kalo pertanyaan gue nyinggung perasaan lo" Ucap Deyana tidak enak
"Iya kenapa dah, Gaya bat lu minta maaf minta maaf"
"Setau gue kan ya, Lo putus sama Arga itu dalam keadaan yg gak baik. Maksudnya kalian putus karena masalah besar. Gue boleh tau gak? Sumpah Gue kepo banget. Udah 2 tahun gue pendam karena, ga enak sama lo"
Senja terdiam menarik nafasnya dalam dalam ia mengingat kembali masa masa pahit itu. Ketika dia mulai percaya akan pria yang dia fikir mampu menggantikan kasih sayang seorang Ayah. Namun, Tidak. Jika ditanya soal itu, Senja tentu saja tak siap untuk membuka luka lamanya. Kembali mengingat betapa perihnya saat saat itu. Dimana ia sulit mengendalikan emosinya membuat nya harus terjerat dengan dunia balapan. Kekacauan itu membuat segalanya berubah, Senja menjadi sosok tak tersentuh, pemarah, bahkan pemabuk.
"Gue ceritanya lain kali ya, Gue belum siap" Senja tertunduk dihadapan Deyana ada rasa tak enak dihatinya namun, Senja tak mungkin membahasnya sekarang sungguh Senja tidak siap. Atau mungkin tidak akan pernah siap.
"Gueee. Gue minta maaf yaaa, bukan bermaksud buka luka lama Lo, Tapi gue jahat banget mulut gue. Plis maafin gue" Ucap Deyana terbata bata sungguh Deyana amat merasa tidak enak pada sahabatnya ini.
"Gak apa apa kok Dey. Ini kan lo lakuin semata mata krna lo peduli sama gue, lo pengen tau semua yg gue alamin" Senja memeluk Deyana.
Deyana membalas pelukan Senja.
"Udah udah yuk kita lanjuti. tugasnya, takutnya entar malah ga siap lagi" Senja melepaskan pelukannya dari Deyana.
Kring kring kring
Tanda bel istirahat pun berbunyi membuat seluruh teman teman Senja bersorak gembira. Ada juga yg sedih sebab tugas dari pak Hasan belum diselesaikan.
"Senja lihat deh. Kali ini gue bener bener salut banget lo. Lo berhasil ngerjain semuanya" Ucap Deyana gembira sembari memeluk Senja
"Woi maaau juga dong di pelukkk" Ucap Dodit sang murid alay
Deyana menoyor kepala Dodit "Rasain lo Upik abu"
Dodit yg kesakitan akibat toyoran Deyana segera langsung memegang kepalanya
" Wow what the fuck bro. Upik abu itu perempuan keles gue ni cwo tulen" Dodit menunjukkan otot otot dilengannya membuat otak jahil Deyana kembali bekerja untuk mencubit Dodit
"Aaaaaawsssssh"
Senja tertawa renyah. Kebetulan hanya tinggal mereka ber tiga yg ada dikelas sementara teman temanya yg lain sudah bisa dipastikan berada di kantin. surganya anak anak sekolahan
"Udah ah yuk kekantin lapar banget gue"
"Yukkkkk gue ikut yaaa" Ucap Dodit sambil merangkul Lengan Senja.
"Ih apa apaan lo. Sono jauh jauh ga terima bencong bercula kayak lo " Ucap Deyana
"Bencong pale lu" Kini gilaran Dodit yg menoyor kepala Deyana. Sebelum Deyana mengamuk Dodit telah mengeluarkan jurus seribu bayangannya terlebih dahulu
"Wah kurang ajar lo ya bencong" Deyana berlari mengejar Dodit untuk memberikannya pelajaran
"Loh kok gue jadi ditinggal si?
Senja berjalan sendirian menuju kantin. Seperti biasa ia akan selalu mendengarkan pujian pujian terhadap dirinya. Namun, lagi lagi tak dihiraukannya.
Tuuuut tuuuuut ponsel Senja berbunyi
Thomas Davidson
Dia Dateng lagi nyariin lo lagi
Senja melihat pesan dari Thomas. ia sudah tau siapa yg dimaksud Thomas. Senja tak ingin memperdulikan hal itu. Senja tak ingin berurusan lagi dengan orang orang yg telah membuat hidupnya hancur. Sudah cukup baginya, sekarang Senja ingin membahagiakan Mamanya.
Senja memilih duduk dipojok sendiri, Entah dimana keberadaan Deyana dan Dodit. Senja tenggelam dalam fikirannya, Senja sangat merindukan mamanya.
"Senja rasa ini ada yg ga beres ma, Senja janji akan menuntaskan persoalan ini. Senja akan cari tau penyebab mama meninggal tiba tiba seperti ini" Batin Senja
Lamunan Senja buyar ketika seseorang tiba tiba duduk disampingnya.
"Sendirian aja gue temenin ya"
"Wah lumayan ganteng ni" Batin Senja
"Eh iya silahkan" Senja merapikan rambutnya dan memasang senyum manis
"Gue Rio. 12 IPS 1" Rio menjulurkan tangannya.
"Eh gue Senja. 12 IPA 3" Senja membalas uluran tangan Rio
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yg memperhatikan mereka.
"Lo belum mau pesan?" Tanya Rio yg tidak melihat ada makanan di meja Senja.
"Eh oh iya gue lupa"
" Mikirn gue aja si" Gombal Rio sambil mencolek dagu Senja.
Seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka mulai panas. ia berdiri dari tempat duduknya menghampiri Senja dan Rio
Braaaaak
Pria itu menggeplak meja tempat Senja dan Rio. Rio yang menyadari bahwa yg didepannya ini adalah Langit langsung ketakutan. Rio tertunduk lemah badannya gemetaran
Braaaak sekali pukulan mendarat di pipi Rio membuat Rio terjatuh dan meringis kesakitan. Seluruh warga kantin turut menyaksikan aksi tersebut. Tentu saja tak ada yg berani menghentikan Langit. Senja yg menyaksikan terlihat kaget. Namun, ia tak berani berkata apa apa, tak berani melawan bukan karena takut. Melainkan karena mengingat masa depan tugasnya.
"Ini baru sekali pukulan. Harusnya lo bersyukur karena gue masih berbaik hati hari ini. Sekali lagi lo dekati dia gue habisin lo" Bentak Langit. Lalu berjalan meninggalkan kantin.
Senja berusaha membantu Rio. Namun tangannya dihempas oleh Rio.