"Tidak dok. Kedua orang tua saya sudah berpulang" Jawab Senja tegas
"Maafkan saya" Dokter Bella merasa bersalah akan perkataannya.
"Baiklah tidak apa apa. Beritahukan pada saya sakit saya apa dok, jangan beritahu pada kedua orang yg mengantar saya tadi"
"Baiklah saya harap kamu bisa menerima semuanya dengan bersabar ....."
Disisi lain Langit dan Bi Ija baru selesai sholat. Meraka berjalan menuju ruangan Senja. Langit menjadi tenang ia sudah memohon pada yang maha kuasa. Jika harus jujur, jujura saja Langit sudah lama tak bersujud pada yg maha kuasa. Bahkan, Langit lupa akan ada selalu ketenangan dalam keadaan segenting apapun ketika kita memohon pada sang pencipta.
Lagi lagi ia melakukan hal baik karena Senja. Langit yg tak tersentuh bahkan tak sudi membagi ilmunya, malah rela membagikannya dengan Senja. Langit yang sudah lama tidak Sholat malah Sholat demi kesembuhan Senja.
"Lo bawa kehangatan dihidup gue yg dingin Senja" Batin Langit tanpa Langit sadari senyum manis terlingkar di wajahnya.
"Suster, apakah kami sudah bisa menjenguk non Senja?" Tanya bi ija pada salah satu perawat yg berada diluar ruangan Senja. Perawat itu melihat membuka pintu sejenak memastikan Senja dan Dokter Bella menyudahi percakapan mereka.
"Sudah bu. Silahkan" Perawat itu mempersilahkan Langit dan Bi ija masuk.
Ketika berada diruangan Senja, entah dapat dorongan dari mana Langit langsung menghampiri Senja mengelus kepalanya dengan lembut.
"Lo gak apa apakan?" Tanya Langit khawatir
"Gak apa apa kok" Jawab Senja masih berusaha tersenyum.
"Gue kok ngerasa ada yg lo tutupin ya"
"Eng Engga enggak ada kok" Senja terbata bata
"Maaf mas, Senja harus disuntikkan obat terlebih dahulu" Potong salah satu perawat.
"Tugas saya sudah selesai. Saya permisi dulu" Pamit Dokter Bella
"Terima kasih dok" Ucap Senja
"Sama sama. Lekas la membaik yaaa" Dokter Bella melangkahkan kakinya keluar ruangan Senja
Langit yang menduga ada yang tak beres segera pergi dari ruangan Senja, mengikuti langkah kaki Dokter Bella
"Dok"
"Iya ada apa?" Dokter Bella menoleh ke sumber suara
"Senja sakit apa Dok?" Tanya Langit
"Tidak ada hal yang serius. Senja hanya butuh istirahat yang cukup" Dokter Bella tak ingin memperdalam kebohongannya ia segera pergi meninggalkan Langit.
"Gue kok ngerasa ada yang gak beres ya" Ucap Langit pada dirinya sendiri "Ah perasaan gue kali"
Tiba tiba ponsel milik Langit berdering. Langit segera mengangkat panggilan masuk dari ponselnya.
"Halo"
"Lo dimana? Kenapa ga masuk? Bu Dian nyariin lo ni, Katanya lo sama Senja ga masuk bersamaan, apa jangan jangan kalian skidipapap?" Ucap orang dari seberang sana
"Lo kira gue lo, yang gampang ngerusak perempuan"
"Ya elah sapa tau babang Langit udah mau nyoba nyoba"
"Pale lu" Jawab Langit santai "Gue Lagi ada dirumah sakit sama Senja. Senja sakit permisiin sama Bu Dian"
"Sakit apaaan? Rumah sakit mana?" Tanya Mars antusias
"Lo gak perlu tau. Gak usah banyak bacot atau pala lo besok udah lepas dari leher lo"
Mars bergedik ngeri Langit sungguh tak pernah main main dengan ucapannya. Mars memilih mematikan ponselnya dan segera menemui Bu Dian berkata sejujurnya
"Astaga" Bu Dian terkaget mendengar Berita dari Mars "Lalu di Rumah Sakit mana mereka sekarang?"
"Kalau itu saya kurang tau Bu. Ibu bisa menghubungi Langit langsung saja"
"Bagaimana kamu gak tau, kamu kan temannya"
"Maaf Bu. Soal ini saya ga ikut campur" Mars segera pergi dari ruangan Bu Dian "Saya pamit bu, sebentar lagi ada ulangan."
"MARS" Teriak Bu Dian yang belum selesai berbicara "Sayakan tidak punya nomor Langit. Oh iya Deyana, dia kan sahabat dekatnya Senja" Bu Dian segara menhubungi nomor Deyana
"Halo, Dey kamu keruangan saya sekarang"
3 menit berlalu Deyana sudah memasuki ruang Bu Dian
"Ada apa bu? Apa nilai saya jelek semua? Atau saya sudah melakukan kesalahan?" Tanya Deyana yang terlihat bingung mengapa ia dipanggil keruangan Bu Dian
"Tidak Dey. Kamu tau Senja kemana?"
"Hari ini dia tidak masuk bu, saya juga enggak tau kemana" Deyana memasang wajah sedihnya
"Apakah Senja punya permasalahan sehingga, kamu sedih begini bercerita tentang dia?"
Deyana tak menjawab pertanyaan Bu Dian. Deyana sangat mengenal Senja dengan baik, Senja tak suja dikasihani, dan tak suka jika banyak orang mengetahui permasalahannya.
"Gak. gue gak bisa ngasih tau Bu Dian" Batin Deyana
"Senja dirumah sakit sekarang" Ucapan Bu Dian membuat Deyana tersadar dari lamunannya, merasa sangat kaget
"Apakah semalam Senja terluka parah? Atau Om Reynand kembali memukuli Senja ketika gue pulang? Gue gak bisa maafin diri gue sendiri kalau itu benar kenyatannya" Batin Deyana
"Dey" Panggil Bu Dian lembut ketika melihat Deyana yg melamun tanpa Deyana sadari air matanya terjatuh
"Kita kesana ya. Saya tahu kamu teman dekatnya, kamu pasti sedih. Sekrang kamu hubungi Papanya pasti dia tahu di rumah sakit mana Senja"
"Deyana gak punya nomor ponsel Papa Senja Bu" Deyana kembali murung. Namun, ia teringat pernah meminta nomor ponsel Bi ija kemarin "Oh Deyana punya nomor ponsel orang yg bisa kita tanyai dimana Senja"
"Langit?" Tanya Bu Dian
"Bahkan Bu Dian tau kalau Senja dekat dengan Langit" Batin Deyana
"Bukan bu" Deyana segera mengeluarkan Ponselnya dan menelepon Bi ija, tanpa menjawab pertanyaan Bu Dian
"Halo bi"
"Halo non Deyana?" Jawab Bi ija dari sebrang sana
"Apa bibik sedang bersama Senja? Apa benar Senja berada dirumah sakit?"
Sementara disebrang sana Bi ija menoleh kearah Senja. Bahkan Bi ija tau bahwa Senja tak suka dikasihani.
"Jawab aja jujur Bi, tadi Langit ngizinin Senja ke wali kelasnya soalnya" Ucap Langit yg baru saja membuka pintu kamar rawat Senja
Setelah mendengar ucapan Langit Bi ija langsung beralih pandangan kearah Senja. Senja tersenyum seakan memberi jawaban. BI ija yg mengerti langsung mengangguk
"Iya non. Dirumah Sakit Harapan Kasih"
"Terima kasih bi" Jawab Deyana dan langsung memutuskan sambungan telepon Bi ija.
"Bu Senja di Rumah Sakit Harapan Kasih" Ucap Deyana antusias
"Baiklah segera ambil tas mu. Kita pergi menjenguk Senja"
"Tapi bu, Pak Marto?" Deyana teringat hari ini ia ada ulangan harian PKN. Ia takut tak diizinkan oleh Pak Marto
"Ibu sudah chat. Ibu sudah permisikan kamu dengan Senja, Segeralah ambil tas mu. Kita tak punya waktu banyak"
"Baik bu"
Deyana segera berlari ingin sekali rasanya cepat sampai dirumah sakit. Dimana ada Senja, Deyana sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya itu
"Senja lo kenapa si" Deyana mengusap matanya kasar. Ia prihatin sekali dengan kondisi sahabatnya itu, didepan matanya sendiri Reynand mampu berbuat sedemikian kasar.