Keesokan paginya Senja di bangunkan oleh Bi ija. Sudah pukul 05.00 Namun, Senja tak kunjung turun. Bi Ija takut Senja telat. Dan ia memutuskan masuk kekamarnya, betapa kagetnya ia saat memegang badan Senja yg amat panas.
"Maaaa Maaamaaaa" Senja mengingau memanggil manggil sang Mama. Bi Ijah yg kaget Segera turun menghampiri Tuan Reynand ayah Senja.
Reynand Pagi ini sudah berada di ruang tengah rumah mewah miliknya itu menikmati kopinya, Reynand dikagetkan dengan larian Bi ija segera menoleh kearahnya.
"Kenapa lari?" Tanya Reynand
"Tuan non Senja Tuan"
Reynand langsung memasang wajah acuh tak acuhnya. "Kenapa lagi dengan dia?"
"Badannya panas sekali Tuan. Sepertinya dia sakit, Ia mengigau memanggil manggil Mamanya."
"Dia selalu saja menyusahkan. Biarkan saja biar jerah, biar tak melawan lagi" Lanjut Reynand seraya menyeruput kopi digelas yg ia genggam.
"Tuan, sepertinya non Senja sangat membutuhkan dokter sekarang" Ucap bi ija masih tidak menyerah.
"Biarkan saja bi. Saya mau pergi kekantor dulu, masih pagi sudah mengganggu mood saya saja." Reynand berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Bagai manusia tak punya hati. Reynand sama sekali tak memperdulikan putri sematawayangnya itu. Bi ijah kembali berlari kedapur menggambil air dingin dan sebuah handuk, berharap bisa meredahkan sedikit panas Senja.
***
"Langit pamit Ma"
"Hati hati dijalan sayang"
Langit menjalankan motornya, dengan kekuatan sedang. Pagi ini entah mengapa tiba tiba hatinya ingin melewati rumah Senja. Setibanya rumah besar dan mewah itu Langit dikagetkan dengan mobil Senja yg masih berada disana. Langit memilih berhenti dan menanyai satpam rumah Senja.
"Pak"
"Eh den Langit"
Tak heran jika satpam itu mengenali Senja, Sudah seminggu ini Langit selalu menghampiri rumah Senja sekedar melihat keadaannya, Membuat ia akrab dengan meraka.
"Senja nya belum pergi?"
"Belum den, dari tadi juga belum kelihatan. Biasanya sih udah kelihatan ya, mungkin telat bangun"
"Tapi ini udah hampir pukul 7 mana mungkin dia belum pergi. Atau dia ga sekolah?"
"Kalau itu, kurang tau den masuk saja kedalam. Eh tapi den nanti telat"
"Gak apa apa pak. Sudah biasa saya masuk ya"
Langit segera mengambil motornya yg ada disebrang jalan rumah Senja. Tadinya ingin segera pergi namun, hatinya merasa ada yg tak beres. Membuat ia penasaran sedang apa gadis itu.
Belum sempat memasuki pekarangan rumah Senja. Langit melihat mobil BMW putih keluar dari rumah Senja.
"Di dalam pasti Papanya Senja" Batin Langit
Langit segera memasuki pekarangan rumah Senja. Memarkirkan Motornya dan memasuki rumah megah itu. Ia berjalan kedapur mencari Bi ija, Atau menemukan Senja sedang makan. Namun nihil, tak ada siapa pun disana.
Langit memutuskan naik keatas. Dimana kamar Senja berada. Pintunya tertutup Langit semakin tak enak hati apa yg sebenarnya terjadi, Ingin membuka pintu tapi takut kalau didalam Senja sedang pakai baju atau entalah. Setalah hampir 10 menit berfikir ia memutuskan untuk menggedor saja.
Tookk Toookkkkkk
Tak ada jawaban, Langit semakin dilema. Rasa khawatirnya semakin memuncak namun, ia tak enak hati jika harus membuka pintu kamar Senja dengan lancang. Apalagi dia laki laki dan Senja wanita.
Akhirnya setelah berkutat dengan fikirannya. Ia memutuskan untuk membuka saja pintu kamar Senja.
Ceklekkkk
Betapa Kagetnya Langit melihat Senja yg terbaring lemah Di atas kasur dengan handuk yg mengompres di kepalanya. Sementara Bi Ija tertidur di bawah pinggir kasur.
Langit membangunkan Bi Ijah dengan lembut.
"Biiiiiii"
"Eh den Langit, maaf bibik ketiduran"
"Senja kenapa?"
"Badannya panas sekali den. Dari tadi mengigau manggiilin nama ibu, Tadi juga sempat keringat dingin. Mau bawa ke rumah sakit bibik gak ada uang baru kirim keluarga dikampung"
Langit beralih kearah Senja. Memegang kening gadis itu benar saja, badannya panas sekali. Langit panik segara membopong tubuh Senja.
"Cepat cari kunci mobil Senja bik"
Bi Ija langsung menarik kunci mobil milik Senja yang ada diatas nakas. Senja masih saja menyebut nyebut nama mamanya. Kekhwatiran Langit semakin memuncak kala Senja mengeluarkan keringat dingin yang tak henti henti membuat badannya dan bajunya sedikit basah.
Setiba di mobil, Langit meminta kepada Bi Ija untuk menemaninya membawa Senja kerumah sakit.
"Buka pagar pak" Teriak Langit pada Satpam rumah Senja.
Langit melajukan mobil itu dengan kecepatan diatas rata rata. Mengklekson siapa pun, dan memaki siapa saja yg coba coba menghalangi jalannya.
Setiba di rumah sakit Langit membopong tubuh Senja segera menuju UGD.
"Lakukan yang terbaik dok" Pinta Langit pada dokter yg menangani Senja.
Langit duduk menatap tembok kosong. Pikirannya melayang hatinya seakan hancur melihat Senja terkapar didalam sana. Ia kembali mengingat moment saat Kakaknya meninggalkannya, Kejadiannya hampir sama Mengigau dan keringat dingin.
Hati Langit tak berhenti berucap "Ya Allah Selamatkan Senja" Tanpa Langit sadari air matanya perlahan menetes, Bi ija yg melihat kejadian itu. Ikut merasakan kekhawatiran dimata Langit. Langit memang tak mengakui bahwa ia mencintai Senja tapi, segala perbuatan yg Langit lakukan sudah membuktikan bahwa Langit sangat mencintai gadis itu.
"Den, Kita Sholat dulu. Kita doakan kesembuhan Non Senja" Bi ija memegang pundak Langit, membuat Langit tersadar dari lamunannya dan mengusap air matanya.
"Ayok bik"
Mereka berdua berjalan menuju mushola rumah sakit. Sementara Senja didalam sana masih berjuang dengan sakitnya. Tak lama, Senja tersadar ia melihat sekeliling dimana dia sekarang berada.
"Saa saya dirumah sakit?" Tanyanya pada dokter yg menanganinya.
"Iya kamu dirumah sakit, Biar suster panggilkan kerluarga kamu ya" Jawab dokter itu "Suster panggilkan keluarganya bilang Senja sudah siuman" Suruh dokter itu pada salah satu suster yg menangani Senja.
"Tidak ada siapa siapa di luar dok. Ada yg melihat mereka berjalan kearah musholla" Ucap suster itu
"Keluarga mu sedang sholat, sabarlah menunggu sebentar lagi ya"
"Keluarga? siapa? papaku? Mana mungkin" Batin Senja.
"Saya sakit apa dok?" Tanya Senja.
"Saya tidak bisa beritahu kamu. Saya bicarakan dulu dengan keluargamu"
"Tapi mereka bukan keluarga saya dok" Senja meyakinin yg dimaksud dokter adalah pembantu dan supirnya.
"Lalu? yang satu kakakmu dan yg satu ibumu kan?"
"Kakak? Pak Dadang di bilang kakak?" Senja tertawa
"Dia masih muda, mengenakan seragam yg sama sepertimu, dia juga tampan. Apa dia kekasih mu?" Ucap Dokter Bella merayu Senja.
"Dia teman ku dok" Senja sudah menebak pasti dia adalah Langit. Siapa lagi teman sekolah laki laki yg peduli padanya kecuali Langit.
"Lalu, bagaimana saya bisa memberitahu penyakitmu? Atau mungkin saya harus ketemu kedua orang tua mu. Ini tidak main main Senja, saya harap saya bisa ketemu kedua orang tuamu" Ucap Dokter Bella