"Iya langit. Langit Aryana Dezz yg waktu itu ngelawan gue balapan"
"Wah lo kenal Langit? Ada hubungan sama dia lo?" Tanya Thomas antusias
"Engga ih. Gak ada apa apa cuman temen biasa doang"
"Terus lo kenal dia dari mana?"
"Kita satu sekolah, dan dia yg disuru wali kelas gue buat ngajarin gue. Makanya gue bilang sama lo jangan bocorin identitas gue. Langit itu orang nya payah deh. Gue harap lo tetap bisa jaga identitas gue. Dan urus ini semua entar bawa mobil gue balik, siniin kunci mobil lo"
Thomas segara merogo saku celana miliknya dan memberikan kunci kepada Senja
"Eh gak usah deng. Lo pulang bareng gue aja ini mobil nanti gue suruh anak buah papa buat jemput. Gue ngantuk banget soalnya pengen tidur" Senja menyerahkan kembali kunci mobil Thomas
"Gini ni kalo Queen plus sultan Suka sukanya bae"
Senja tak menjawab dan segera berjalan memasuki mobil Thomas. Senja memelih duduk di belakang meregangkan tulang tulangnya yg sudah lelah sedari tadi
"Woi etdah mobil lu noh. Main tidur tidur segala"
"Oh iyaa hahaha" Senja segara mengeluarkan ponselnya membuka aplikasi hijau miliknya alangkah banyak pesan yg masuk. Sudah lama ia tak membuka aplikasi itu karena permasalahan dirinya yg tak kunjung selesai
Pak Harto
Pak nanti ambil mobil saya disekolah dan tolong ganti kaca belakang nya.
Send
Seketika Senja tersenyum melihat satu nama yg entah kapan mengirimkannya pesan.
08566011xxxx
Jangan lama tidur besok sekolah.
Langit
"Manis banget si babang Langit gue" ucapnya dalam hati sesekali tersenyum manis menatap ponselnya.
Tiba tiba hp nya berbunyi membuatnya tak jadi merenggangkan badan kembali
"Mars? ah iya dia temen Langit" Senja mengingat saat pertama kali ia masuk sekolah dan berkenalan dengan Mars dan Reyno. Namun, setelah itu kedua manusia itu tak pernah menampakkan diri lagi.
Senja mengangkat sambungan telefon dari Mars
"Haai cantiikkkk" Ucap Mars penuh semangat
"Hai ganteng " Balas Senja tak mau kalah dengan nada manjanya. Membuat Thomas bergedik ngeri dan seakan akan mau muntah
"Kemana aja si babang Mars gak pernah lihat wa kamu aktif"
"Ih iya nih...." Senja memikirkan alasan yg tepat lalu ia teringat akan Deyana yg mengatakan bahwa langit memberitahukan Senja sedang Liburan
"Heeey kenapa diem aja?" Tanya Mars
"Oh ini gue abis pulang liburan. Lo sendiri kemana aja gak pernah nongol lagi?" Tanya Senja kembali
"Oooh jangan panggil lo dong. panggil kamu aja atau sayang" Rayu Mars. Senja bukannya geli malah ingin terus mengerjainya terus terusan
"Panggil mas ajala" Senja tertawa geli disaut tawa Thomas juga dari sebrang sana.
"Bisa aja neng" Thomas kembali tertawa
"Eh pertanyaan aku belum dijawab ni. Kamu kemana aja?" Senja mengulangi pertanyaannya.
"Oh itu anu. Si Langit, sejak kejadian itu Langit gak ngizinin aku dan Reyno nunjuin muka dihadapan kamu. Hal hasil kita berdua setiap lihat keberadaan kamu selalu ngindar"
Senja terdiam dalam hatinya ingin berteriak, bukan karena ia benci pada Langit. Namun, karena ia bahagia
"Apakah langit cemburu? Apakah dia suka sama gue?" Batin Senja. Sesekali Senja tersenyum hatinya berdebar begitu hebat ia semakin mengagumi Langit.
"Senjaaa heeeey. Kenapa diem aja?" Ucap Mars membuat lamunan Senja buyar
"Eh engga engga. Lo tau kenapa dia nyuruh lo dan Reyno jauhi gue?"
"Kamu ni yaa. Kan udah Mars bilang jangan panggil lo gue"
"Eh iya maaf maaaf khilaf" Senja menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Engga si. kamu jangan sakit hati ya"
"Iya kenapa emang nya?" Tanya Senja antusias
"Katanya dia gak suka liat kita kalau dekat dekat cewek ganjen. Buat dia kamu ganjen, Padahal kamukan cantik manis Lagi" Lagi lagi Mars merayu Senja. Sungguh tak mempan hanya langit yg mampu mengguncangkan hatinya
"Oh iya gila tu si Langit. Btw aku istirahat dulu ya"
Senja memutuskan telefonnya sepihak, tanpa mendengar dahulu balasan Mars. Hatinya sunggu berbunga bunga rasa lelahnya tiba tiba hilang.
"Alasan lo ga logis banget Langit" Senja tersenyum sinis. "Gue emang bodoh soal pelajaran. Tapi gue gak bodoh soal hati" Senja kembali tersenyum Lalu meregangkan badannya dan tertidur pulas
"Gue udah duga lo punya hubungan spesial sama Langit. Kabar bagus ni" Thomas tersenyum sinis
20 menit berlalu mereka pun sampai dirumah Senja. Lama memang sebab hari sudah sore. Hal hasil membuat mereka terjebak macet.
"Senja. Senjaaaaaaaaa" Thomas membangunkan Senja dan mengguncangkan badannya.
"Eh apaaan si lo ahhh"
"Udah sampek turun lo. Gue mau balapan"
"Oh udah Sampek ya?" Senja membuka matanya dan duduk "Oh iya beneran udah sampe gue kira lo bohong. Soalnya muka lu muka muka penipu"
"Enak ajalo. Turun"
"Gue masih ngantuk thom. Sini aja kali ah ela gue males banget jalan kebelakang"
"Gue jam 8 Harus pergi Senja. Dan ini udah jam 7 kalo gue tunggu lo bisa bisa 5 Jam lagi gue balik"
"Ah ela parah bat lu" Ucap Senja. Bukannya keluar dari mobil milik Thomas. Senja malah merebahkan badannya kembali
"Senjaaaaaaaaaaaa" Seseorang tak asing itu mengeluarkan suaranya. Membuat mata Senja seketika menjadi jernih "Turun kamu. Sudah jam berapa ini dan kamu baru pulang dari sekolah. Sama cowok lagi. Turun atau saya pecahkan mobil ini"
Thomas yg mengetahui itu adalah papa Senja, yg memiliki kegarangan sebelas duabelas dengan harimau. memohon pada Senja untuk segera keluar, Senja pun keluar tanpa rasa takut. Thomas segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Sini kamu" Reynand menarik paksa tangan putrinya itu. Tak ada perlawanan, Senja sudah pasrah akan apapun yg akan dilakukan dengan pria ini. Baginya jika harus mati ia pun pasrah. Mungkin itu lebih baik. asal jangan coba bunuh diri saja.
Reynand membawa Senja kekamar Senja. Membanting badannya dikasur. Deyana wanita itu sudah menunggu Senja dikamarnya sejak pulang sekolah. Parahnya Reynand berbuat baik pada Deyana namun tidak pada Senja, Lihat saja sekarang didepan Deyana ia menghantam tubuh Senja ke kasur.
"Kamu lihat? Kamu lihat dia?" Tunjuk Reynand Kearah Deyana "Dia teman mu dan dia sudah pulang dari tadi. Kamu malah keluyuran dengan laki laki lagi. Sungguh ibu macam apa yg membesarkan anak sepertimu ini?"
Cukup sudah pertahan Senja sudah runtuh
"ANDA BISA MENGHINA SAYA. TAPI TIDAK IBU SAYA"
"Berani kau membentak papamu?" Paaaar satu tamparan kembali mendarat di pipi Senja. Deyana yg tak tahan melihat sahabatnya itu diperlakukan seperti itu, segera menghampirinya dan memeluknya.
"Udah om. Deyana minta udah om, bagaimana pun juga dia anak om. Darah daging om" Deyana meneteskan air matanya ikut merasakan sakit yang dirasakan Senja.