Reynand masih dengan emosinya yg memuncak tangannya mengepal kuat, nafasanya tak teratur
"Bersyukur lah ada Deyana sekarang, kalau tidak sudah ku kirim kau bersama ibu mu dineraka" Ucap Reynand. Lagi lagi Reynand membawa Adisty ke perkelahian mereka. Senja tentu saja tak tinggal diam. Senja berdiri berhadapan langsung dengan Reynand
"Anda saja belum benar menjadi seorang Ayah. Malah menyalahkan orang lain. Anda orang yg seharusnya memberikan kasih sayang pada putri anda. Malah menghantamnya bertubi tubi." Ucap Senja. Kali ini air matanya tak berhasil ia bendung, Ia meneteskan air matanya
Deyana yang ketakutan akan ada hal yang tak diinginkan terjadi lagi. Langsung menarik lengan Senja duduk dikasur bersamanya. Lalu memeluk erat tubuh Senja, ikut merasakan setiap kehancuran yg Senja rasakan
Reynand terdiam Reynand memilih keluar dari kamar Senja. Ia membanting pintu kamar dengan sangat kuat.
"Lo liat. Bahkan hatinya udah mati" Senja kembali teriasak menahan sakit yg ada dihatinya. Bagaimana pun juga ia tak mungkin mati rasa pada laki laki itu. Senja selalu ingat itu papanya yang akan selalu Senja sayangi.
Deyana yang tadinya ingin menanyakan soal Adisty mengurungkan niatnya. Iya Deyana sudah mengetahu soal kematian Adisty dari BI ija, asisten rumah tangga Keluarga Setiawan.
"Banyak banget penderitaan yang gue hadapain" Mata Senja menatap nanar ke ke bawah, Sakit hatinya mulai menjalar ke Seluruh tubuhnya. Lagi lagi Senja dipatahkan oleh orang yg seharusnya memeluk nya dengan hangat.
"Lo kuat. Gue yakin lo bisa, jangan pernah ngerasa sendiri Senja. Gue selalu ada saama lo, bagi masalah lo sama gue, jangan sungkan" Deyana memeluk tubuh Senja erat. Entah karena sudah berteman lama atau karena apa entahla Deyana tak mengerti. Hatinya bak tersayat melihat Senja merasakan duka ini.
"Setalah mama gak ada dia jadi sering dirumah. Gue gak ngerti apa sebenarnya yg terjadi. Mama gue juga meninggal dengan mendadak. Makanya gue gamau keluar dari penjara ini, gue rasa ada yg mengganjal atas kematian Mama" Terang Senja pada Deyana.
"Gue bakal bantu lo. Gue bakal lindungi lo Senja" Deyana kembali memeluk Senja. Kini dibalas oleh Senja
Senja terus saja menangis segugukan. Bukan karena pukulan sang papa. Namun, karena papanya yg tak henti hentinya mengalahkan mamanya. Padahal, jelas jelas ia la yg tak pernah mengajari Senja menjadi anak yang baik. Bukan mamanya.
Setelah semalaman menemani Senja. Akhirnya Senja pun tertidur pulas mungkin, Senja kelelahan sudah Berjam jam menangis. Sekarang pukul 23.00 Deyana memutuskan untuk pulang karena sudah larut malam. Ingin menginap tapi tak mungkin karena besok harus pergi ke sekolah, lagian Papa Deyana sudah dalam perjalanan menjemputnya.
Deyana mengecup kening Senja. Rasanya ia sayang sekali pada sahabat sematawayangnya ini. Dari kecil mereka bersama, entah apa penyebabnya Mama dan Papa Deyana memutuskan untuk pindah. Deyana sangat susah menghubungi Senja lagi. Sebab kedua orang tuanya melarangnya. Entahla Deyana pun belum menemukan jawabannya Hingga saat ini.
Deyana memelih menghubungi Senja secara sembunyi sembunyi. Kadang melalu ponsel temannya atau pergi ke warnet sekedar untuk menanyai kabar Senja. Deyana tak tau papa Senja sekasar itu. Karena Deyana jarang bertemu Papa Senja yg selalu sibuk dan jarang pulang. Sesekali ketika cuti saja dulu, Hanya menatap Deyana lalu pergi kekamarnya.
Deyana berjalan menuruni tangga. Ia melihat Papa Senja bersama wanita lain di sofa kelihatan mesra. Entah siapa itu Deyana pun tak mengetahuinya. Ponsel Deyana berbunyi
"Papa" Deyana mengangkat teleponnya "Halo pa. Papa sudah sampai?"
"Sudah ini papa sudah digerbang"
"Baik pa. Deyana Segera kesana setelah meminta Izin"
"Iya sayang"
tuut tuuut sambungan ponsel pun terputus. Deyana berjalan kedapur baring kali masih ada bibi disini. Namun, tak ada mungkin sudah tidur. Deyana pun berjalan kearah dimana ada papa Senja dan wanita yg entah siapa itu.
"Om, Tante Deyana pamit pulang dulu" Deyana mengulurkan tangannya ingin bersalaman
"Eh nak Deyana. Kenapa tidak tidur disini saja? Lagian sudah malam" Reynand mengulurkan kembali tangannya
"Gak apa apa om. Deyana pulang saja, lagian besok masih sekolah" Ucap Deyana seraya tersenyum manis
"Dia siapa mas?" Tanya wanita itu.
"Dia teman si anak gak tau diri itu" Ucap Papa Senja. Membuat Deyana geram. Namun, tak berani melawan bagaimana pun juga dia adalah orang tua terutama Papa dari sahabatnya Senja
"Dia baik sekali mas. Tidak seperti anakmu" Ucap wanita itu seraya memasang wajah sinisnya.
Deyana mulai panas. Lebih baik dia pulang, sebelum membuat keributan disini
"Deyana pamit om"
"Eh sebentar biar om antar saja. Kamu naik taksi online kan? gak baik malam malam naik taksi online" Tawar Reynand
"Gak om. Deyana di jemput Papa. Deyana pamit dulu" Deyana segera meninggalkan Rumah yg sekarang seperti neraka bagi siapa pun itu. Padahal Deyana tidak ikut tinggal disitu. Namun, Deyana bisa merasakan penderitaan Senja dibalik rumah itu.
"Papa" Deyana melambaikan tangan ke mobil Papanya
"Sayang" Jawab Dirga Papa Deyana seraya mencium pipi putri kesayangannya itu.
"Ini rumah siapa Nak?"
"Rumah Senja Pa"
"Haaaaa?! Kamu masih berhubungan sama dia?" Tanya Dirga kaget
"Paa. Deyana udah gedek, Deyana berhak tau apa yg sebenarnya terjadi. Papa lihat? Senja butuh Deyana pa" Deyana menunjukkan ponsel nya. Deyana sudah menduga akan terjadi hal begini makanya ia menfoto Senja dengan mata sembabnya. Deyana melanjutkan ceritanya
"Sekarang Senja gak punya siapa siapa pa. Mamanya udah meninggal dan Papanya sama sekali gak peduli sama dia. Dia sendirian pa"
"Apa jadi Adisty sudah meninggal?" tanya Dirga lagi lagi ia dikagetkan oleh gadisnya ini.
"Iya Pa. Tante Adisty udah gak ada. Baru sekitar satu Minggu. Lebih parahnya lagi Om Reynand sudah membawa wanita lain kerumah. Dia selalu bersifat kasar pada Senja. Tadi saja, Om Reynand menampar Senja. Dan memaki Tante Adisty hanya karena Senja telat pulang" Terus terang Adisty pada papanya.
"Tidak berubah berubah pria itu" Dirga menggeram
"Pa. Apa yg sebenarnya terjadi?" Tanya Senja pada Dirga.
"Nanti kamu juga tau dengan sendirinya. Papa harap kamu tetap menemani Senja. Dia pasti sangat terpukul apalagi sekarang Senja tak punya siapa siapa"
"Baik pa"
Itulah Papa Deyana. Memiliki sifat yg sangat berbeda dengan Papa Senja. Ia masih memiliki hati.
Deyana melamun mengapa pikirannya terbang kembali kerumah Senja. "Mengapa om Reynand sangat baik padaku? Mengapa ia sangat menbenci Senja anaknya sendiri? Ini sungguh aneh benar benar aneh. Papa lagi kenapa ia tak memberitahu apa yg terjadi? Benar kata Senja ada yg tak beres" Batin Deyana.