Happy reading!
"Lo ngapain ngikutin gue masuk ke dalam rumah?" tanya Sierra yang melihat Rizky ikut masuk ke dalam rumahnya.
"Mau mampirlah," jawab Rizky berjalan mendahului Sierra masuk ke dalam rumah.
"Eh gak ada ya, sana pulang."
"Jahat banget sih lo sama gue," ucap Rizky mendramatisir keadaan.
"Lagian lo ke-Ky Rizky woy." Sierra mendecak kesal saat Rizky berjalan meninggalkannya.
Sierra pun masuk ke dalam rumah kesal, ia menghentak-hentakkan kakinya.
"Sierra, kamu udah pulang?"
"Loh tante Rena kok di sini?" tanya Sierra bingung begitu melihat keberadaan Rena di rumahnya. Ia pun segera menyalami tangan tantenya itu.
"Mama kamu gak ngasih tau emang? Kan tante yang nyiapin gaun buat kamu," jawab Rena membuat Sierra menepuk jidatnya pelan. Sementara Rizky diam, memperhatikan interaksi antara Sierra dan Rena.
"Oh ya, kamu temennya Sierra ya?" tanya Rena kepada Rizky.
"Bukan tante," jawab Rizky membuat Rena heran.
"Saya pacarnya," lanjut Rizky dan menyalami tangan Rena.
Sierra menatap tajam ke arah Rizky, sedangkan Rena mengernyit kebingungan.
"Berarti kamu dateng bareng Sierra dong ke pernikahan papanya Sierra kan," ucap Rena tersenyum.
"Iya tan-"
"Enggak," ucap Sierra memotong perkataan Rizky.
"Sierra berangkat sendiri tan," lanjut Sierra membuat Rizky terkekeh kecil.
"Loh kok gitu sih, gak malu sama Aruka nanti?" ucap Rena membuat Sierra menghela napas.
"Lebih malu kalau aku berangkat sama Rizky tan, serius."
"Gue gak bakal malu-maluin kok, lo tenang aja." Rizky merangkul bahu Sierra dan tersenyum.
"Daripada lo dateng sendiri, kek bocah ilang," lanjut Rizky yang sontak langsung mendapat pukulan dari Sierra.
"Eh gak ya, yang ada kalau gue dateng sama lo dikira gue bawa orang sakit jiwa," balas Sierra kesal.
"Lo kali yang sakit, otak lo geser kayaknya Ra."
"Sumpah ya Ky, gue pengen banget jedotin kepala lo ke tembok."
"Udah udah, kok malah jadi berantem sih kalian ini," ucap Rena menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sekarang lebih baik kalian berdua ikut tante ke butik."
--
"Kalian langsung pulang kan?" tanya Rena saat sudah selesai memilihkan pakaian untuk Sierra dan Rizky.
"Iya tan," jawab Sierra sembari menganggukkan kepalanya.
"Ya udah hati-hati."
"Pulang dulu tante," ucap Rizky dan menyalami tangan Rena begitu juga dengan Sierra.
"Gue ngebut ya Ra, mendung udah mau hujan," ucap Rizky setelah naik ke atas motornya. Sierra pun hanya membalas perkataan Rizky dengan anggukkan kepala. Ia juga takut sebentar lagi akan turun hujan.
Hening. Selama perjalanan mereka berdua sama sekali tak mengeluarkan suara. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Tiba-tiba hujan mulai turun, membuat Rizky terpaksa memberhentikan motornya di depan sebuah toko yang sudah tutup.
"Ra kita neduh dulu ya, atau lo mau pulang naik taksi?" tanya Rizky setelah membawa Sierra berteduh bersamanya.
"Enggak deh Ky," jawab Sierra membuat Rizky menganggukkan kepalanya.
Sierra sedari tadi bergerak gelisah, dan Rizky menyadari hal itu.
"Ra lo gapapa kan?" tanya Rizky dengan nada cemas.
"Eh gue gapapa kok," jawab Sierra tersenyum kecil. Padahal dalam hati Sierra berharap agar tak ada petir. Ya, Sierra memiliki phobia terhadap petir atau biasa disebut dengan astraphobia.
Tak banyak orang yang tau bahwa Sierra memiliki phobia terhadap petir. Bahkan menurut Sierra tak ada yang tau phobianya itu.
Tiba-tiba ada panggilan masuk di handphone milik Rizky.
"Bentar gue angkat telpon dulu ya," ucap Rizky dan dibalas anggukkan kepala oleh Sierra.
"Halo."
"..."
"Sial, kok bisa?"
"..."
"Sekarang dia dimana?"
"..."
"Oke tahan dia, gue ke sana sekarang."
Tut tut tut.
"Ra lo pulang naik taksi ya, gue ada urusan. Gapapa kan?" tanya Rizky yang sekarang terlihat terburu-buru.
"Iya gapapa," jawab Sierra.
"Bentar gue cariin taksi buat lo," ucap Rizky dan pergi menerobos hujan untuk mencari taksi.
Tak lama kemudian Rizky sudah menemukan taksi untuk Sierra.
"Nanti kabarin gue kalau udah sampe rumah," ucap Rizky begitu Sierra sudah masuk ke dalam taksi. Sierra hanya mengangguk kecil.
Pak supir pun mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tadi Rizky sudah memberitahukan alamat Sierra sekaligus membayar ongkos taksi.
Dan setelah taksi yang ditumpangi Sierra melaju, Rizky segera menaiki motornya dan melaju dengan kecepatan tinggi. Sierra bisa melihat Rizky tanpa takut menerjang hujan.
"Hati-hati," gumam Sierra sembari menatap motor Rizky yang lama-kelamaan hilang dari pandangannya.
---
Sierra merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Ia sudah sampai rumah, ia juga sudah mandi. Saat ini masih hujan, namun tak sederas tadi. Ia teringat sesuatu dan langsung mengambil handphonenya.
Rizky
Gue udah sampe rumah, btw thanks ya.
Send
"Rizky ada urusan apa ya? Kok tadi buru-buru banget," gumam Sierra heran.
"Loh kok gue jadi mikirin si Rizky sih, anjir udah geser nih otak gue." Sierra memukul kepalanya pelan, menghilangkan Rizky dari kepalanya.
Rizky's calling....
"Ni bocah ngapa malah nelpon," ucap Sierra kesal.
"Halo."
"Lo tadi perjalanan pulang aman kan? Gak ada apa-apa kan?"
"Aman kok, emang ada apa?"
Sierra mengernyit bingung, mengapa Rizky terlihat begitu khawatir?
"Enggak kok gapapa, cuma mastiin aja."
"Oh."
Hening. Tak ada percakapan antara Rizky dan Sierra, padahal panggilan mereka masih tersambung.
"Ky."
"Ra."
Sierra menepuk jidatnya pelan saat tak sengaja memanggil secara bersamaan.
"Lo dulu deh."
"Enggak lo dulu aja."
"Lo..."
Sierra menggantungkan perkataannya, ia bahkan seketika lupa akan berkata apa.
"Iya gue kenapa Ra?"
"Lo gapapa kan?"
"Ooh ceritanya khawatir nih sama gue."
Terdengar Rizky terkekeh kecil membuat Sierra merutuki dirinya sendiri.
"Ih gue ngapain sih barusan," gumam Sierra menahan malu.
"Idih apaan sih pede banget."
"Lah bener dong, buktinya lo nanyain keadaan gue."
"Tau ah."
Tut tut tut.
Sierra memutuskan panggilan secara sepihak. Ia sudah terlanjur malu, bagaimana bisa ia mengatakan hal itu tadi ke Rizky.
Rizky
Gue gapapa kok sayang, gak usah khawatir gitu
Gak usah kepedean deh.
Read
Udah mulai tumbuh Ra?
Tumbuh? Apanya?
Read
Perasaan
Lo ngetik gak udah setengah-setengah, gua jadi bingung.
Read
Perasaan lo ke gue, udah mulai tumbuh?
To be continued...