Happy reading!
Sierra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Ia masih memikirkan perkataan Rizky tadi.
"Masa sih Rizky suka sama gue?" tanya Sierra pada dirinya sendiri.
Sierra juga tak mengelak bahwa akhir-akhir ini ia juga merasakan debaran aneh saat bersama Rizky. Namun bagi Sierra ini masih terlalu cepat.
Sierra menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tak mau terlalu memikirkan hal ini.
"Emangnya apa yang salah sama Leo si, sampe Rizky gak suka banget kalau gue deket sama Leo."
"Kalau aja lo tau Ky sebenernya gue juga suka sama lo," ucap Sierra lirih.
Tak lama kemudian turun hujan deras yang membuat lamunan Sierra terhenti. Tiba-tiba lampu seluruh rumah mati seketika, membuat Sierra terkejut. Ia mengambil handphone dan segera menyalakan senter, setelah itu ia langsung turun ke bawah.
"Bi Imah, bi," ucap Sierra memanggil-manggil Bi Imah di ruang tamu.
"Iya non ada apa?" tanya Bi Imah datang sembari membawa sebuah lilin.
"Ini listriknya kenapa bisa mati bi?" tanya Sierra bingung.
"Bentar ya non biar bibi liat dulu," jawab Bi Imah dan dijawab anggukkan kepala oleh Sierra.
Sierra berniat untuk duduk di sofa. Namun tiba-tiba ada petir menyambar dengan kencang. Membuat Sierra reflek jongkok sembari menutup telinga. Seluruh tubuhnya langsung bergetar mendengar petir yang begitu kencang.
Petir masih terus menyambar semakin keras dan kencang, membuat Sierra seakan lupa cara bernapas. Ia sudah terduduk di lantai karena tak mampu lagi untuk menahan tubuhnya sendiri.
Astraphobianya kambuh lagi.
Sierra berusaha meminta pertolongan namun suaranya tak terdengar.
"Bi..Imah, bi..," ucap Sierra dengan suara yang bergetar.
Tanpa diduga tiba-tiba Rizky datang menghampiri Sierra.
"Ra, Sierra hey lo denger gue kan?" tanya Rizky sembari berjongkok di depan Sierra. Ia memegang kedua bahu Sierra.
"Riz..ky?" tanya Sierra lirih.
"Iya ini gue Ra, dengerin gue ya. Lo tenang, ambil napas pelan-pelan, jangan panik. Oke?" ucap Rizky berusaha menenangkan Sierra.
Rizky membawa tubuh Sierra ke dalam dekapannya. Sierra membalas pelukan Rizky dengan kedua tangan yang masih bergetar.
"Gu..e takut Ky," ucap Sierra yang sekarang sudah menangis.
"Gak perlu takut, ada gue Ra."
"Jangan pergi," ucap Sierra yang semakin erat memeluk Rizky.
"Iya."
"Jangan tinggalin gue."
"Iya Sierra. Gue bakal terus di samping lo."
---
Sierra terbangun dari tidurnya, dan menatap ke sekelilingnya. Ternyata ia ada di kamarnya sendiri. Tiba-tiba Sierra merasa sangat pusing, ingatannya melayang pada kejadian semalam.
Sierra langsung bergegas berjalan menuju ruang tamu.
"Bi Imah," panggil Sierra.
"Iya kenapa non?"
"Rizky dimana bi?" tanya Sierra.
"Ooh den Rizky? Tadi malam sewaktu non Sierra udah tidur, den Rizky langsung pulang non."
"Ya udah makasih ya bi," balas Sierra dan berjalan kembali menuju kamarnya.
Sierra mengambil handphone miliknya dan mendapat sebuah notifikasi.
Leo
Ra, nanti sore jadi ke acara ulang tahunnya adek gue kan?
Sierra sempat ragu untuk menerima ajakan Leo. Karena ia memikirkan apa yang akan terjadi jika Rizky mengetahui hal ini.
Leo
Iya, jadi kok
Btw adek lo suka apa ya? Gue bingung mau ngado apaan
Read.
Apa aja kali adek gue mah, santai aja
Ntar gue jemput jam 5 ya
Oke
Send.
--
"Ayo masuk aja Ra," ucap Leo saat sudah sampai di rumahnya. Sierra pun mengangguk dan berjalan mengikuti Leo masuk ke dalam rumah.
Sierra mengernyit bingung saat keadaan di dalam rumah Leo sangat gelap. Tak ada penerangan lampu sama sekali.
"Kok gelap banget Le?" tanya Sierra.
"Ini mau kasih surprise buat adek gue. Lo tunggu sini ya gue mau nyalain lampu dulu," jawab Leo dan dibalas anggukkan kepala oleh Sierra.
Tiba-tiba mulut Sierra dibekap, Sierra mencoba berteriak namun sia-sia. Suaranya tak keluar sama sekali. Kepala Sierra mulai terasa pusing sampai akhirnya ia kehilangan kesadaran.
To be continued...