Happy reading!
Hari ini Sierra sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit, dan tentu saja Rizky yang menjemputnya.
"Ra sebelum kita pulang gue mau ngajak lo dulu ke suatu tempat oke," ucap Rizky setelah melajukan mobilnya dengan kecepatan normal meninggalkan wilayah rumah sakit.
Sierra tidak merespon perkataan Rizky barusan. Ia tetap terdiam dan membiarkan Rizky membawanya entah kemana.
Selang beberapa menit, mereka berdua sudah sampai di sebuah pantai. Rizky membukakan pintu mobil untuk Sierra.
Langit yang mulai berwarna jingga membuat pemandangan di pantai menjadi sungguh indah.
Rizky menarik tangan Sierra dan membawanya menuju ke tepian pantai. Ia duduk di tepi pantai dan membawa Sierra duduk di sampingnya.
Sierra duduk dan membiarkan angin menerpa wajahnya sembari menikmati matahari yang mulai terbenam.
"Ra lo tau nggak? Dulu kalau gue ada masalah gue selalu pergi ke pantai, karena ombak-ombak pantai ini kadang bisa ngebuat gue rileks dan lupa sama semua masalah gue," ucap Rizky membuat Sierra mengalihkan pandangannya menatap Rizky yang berbicara begitu serius.
"Lo harus tunjukkin ke semua musuh lo kalau lo bisa ngebales mereka. Lo juga nggak boleh lemah di hadapan mereka. Lo juga harus nunjukkin kalau hal kayak gini nggak akan bisa ngebuat lo jatuh," ucap Rizky menatap intens kedua bola mata Sierra.
"Sierra yang gue kenal tuh cewek yang selalu berani, nggak gampang dijatuhin, dan kuat," lanjut Rizky membuat Sierra mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Makasih Ky," ucap Sierra dengan senyuman di wajahnya.
Rizky terlihat terkejut karena sedikit demi sedikit Sierra sudah mau berbicara dengannya. Ia membawa Sierra ke dalam dekapannya. Sierra pun tidak menolak, hingga ia bertanya-tanya sendiri dalam hati. Mungkinkah ia sudah jatuh cinta kepada Rizky?
---
Sierra memakai dasinya dan menatap pantulan dirinya di cermin.
"Sierra yang dulu udah nggak ada, sekarang gue tunjukkin ke kalian gimana caranya gue ngebales perbuatan kalian," ucap Sierra dengan raut wajah datar.
"Non, den Rizky sudah ada di bawah," ucap Bi Imah di depan kamar Sierra.
Sierra pun segera turun ke bawah dan melihat Rizky di depan pagar rumahnya.
"Ayo berangkat tuan putri," ucap Rizky dan membukakan pintu mobil untuk Sierra.
Sierra tersenyum kecil dan masuk ke dalam mobil Rizky, ia belum sepenuhnya terbiasa dengan sikap manis Rizky. Ia masih kesulitan mengendalikan degupan jantungnya sendiri.
"Ky kayaknya lo nggak perlu sampe nganterin gue ke sekolah segala deh," ucap Sierra karena arah sekolahnya dan sekolah Rizky berbeda dan sangat jauh.
"Kenapa? Gue mau nganterin pacar sendiri masa nggak boleh," ucap Rizky membuat Sierra mendengus kesal. Ia sudah menduga jawaban Rizky barusan.
"Nanti pulang sekolah gue ada pemotretan," ucap Sierra karena semalam Dara mengubunginya bahwa ada pemotretan.
"Gue anter," ucap Rizky membuat Sierra mengangguk-anggukkan kepalanya.
Selang beberapa menit mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah Sierra. Rizky bisa melihat bahwa Sierra terlihat seperti gugup.
"Ya udah gue masuk dulu," ucap Sierra dan bersiap keluar dari mobil Rizky sebelum Rizky menahan tangannya membuatnya menatap Rizky bingung.
"Kenapa?" tanya Sierra mengernyitkan dahinya.
"Nggak mau salim dulu sama calon suami?" tanya Rizky sembari menyodorkan tangannya ke depan wajah Sierra.
"Najis," ucap Sierra dan segera turun dari mobil Rizky membuat Rizky terkekeh kecil.
Sierra menghela napasnya beberapa kali dan masuk ke dalam sekolah. Ia berjalan menuju kelasnya.
"Sierra!" panggil Luna begitu Sierra sudah sampai di kelas.
"Lo ada sesuatu yang mau diceritain ke gue?" tanya Luna sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Sierra mengernyitkan dahinya bingung, apa yang harus ia ceritakan kepada Luna?
Luna menghela napas sejenak melihat ekspresi Sierra.
"Kok lo nggak cerita ke gue kalau lo udah punya pacar sih?" tanya Luna membuat Sietra memelototkan matanya terkejut.
"Sstt lo tau darimana?" tanya Sierra karena ia tidak pernah cerita ke temannya.
"Pacar lo sendiri yang ngasih tau," jawab Luna dengan nada kesal.
"Rizky ngasih tau lo?" tanya Sierra dengan tatapan tak percaya.
"Iya," jawab Luna menganggukkan kepalanya.
"Lo jangan bilang siapa-siapa ya," ucap Sierra menepuk dahinya sendiri.
"Iya siap, aman sama gue mah," ucap Luna mengacungkan ibu jarinya.
Jam istirahat.
"Alya mana?" tanya Sierra saat berjalan di kantin.
"Alya nggak masuk, dia ada acara keluarga katanya," jawab Luna membuat Sierra mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tiba-tiba ada seseorang yang menabrak Sierra sehingga jus yang dipegang orang tersebut tumpah di seragam Sierra. Hal itu tentu saja menarik perhatian sesisi kantin.
Sierra menatap orang tersebut yang ternyata itu adalah Amel. Dan ia yakin pasti Amel sengaja melakukan hal ini kepadanya.
"Sorry ya gue nggak sengaja," ucap Amel dan mengambil tissue berniat untuk membersihkan seragam Sierra.
Sierra menahan tangan Amel agar tidak menyentuhnya. Ia sedikit meremas pergelangan tangan Amel sehingga membuat Amel kesakitan.
"Nggak usah sentuh gue, gue alergi sama sampah," ucap Sierra yang bisa didengar sesisi kantin sementara Amel menggertakkan giginya kesal.
Sierra melepaskan tangan Amel, ia memegang bahu Amel dan membisikkan sesuatu di telingan Amel.
"Trik lo udah murahan banget, persis banget kayak lo," bisik Sierra dan setelah itu ia segera meninggalkan kantin dan mengambil seragam gantinya di loker.
Sementara Amel menahan kekesalannya pada Sierra.
"Gue pengen tau, apa lo masih bisa bersikap kayak gitu setelah gue sebarin berita itu."
To be continued...