Happy reading!
"Bi, Aruka udah pulang?" tanya Sierra begitu sampai di rumah.
"Sudah dari tadi non," jawab Bi Imah dan Sierra hanya mengangguk kecil dan berjalan menuju kamarnya.
Singkat cerita, Sierra Gretasha Rainsford adalah seorang perempuan cantik dengan segudang bakat. Sejak umur 14 tahun ia sudah menjadi seorang model di sebuah majalah remaja dan sekarang sudah duduk di bangku kelas 10. Memiliki kembaran bernama Aruka Reitasha Rainsford, seorang perempuan yang mempunyai cacat jantung sejak lahir. Mereka berdua kembar namun memiliki wajah dan fisik yang berbeda.
Sierra merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan memejamkan matanya. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan panggilan masuk di handphone miliknya.
"Halo kak?"
"ASTAGA SIERRA, LO KEMANA AJA? DARI TADI GUE CHAT GAK DIBALES, GUE TELFON GAK DIANGKAT."
Sierra sontak langsung menjauhkan saat suara sang managernya itu terdengar sangat keras, ia meringis kecil.
"Sorry kak tadi ada urusan, biasa orang sibuk."
"Dih biasanya gue yang selalu urusin schedule lo."
"Hehe iya deh, lo yang paling tau. Btw ada apa kak?"
"Besok jam pemotretan dimajuin jadi jam 11."
"Tap-"
"Gak ada alesan pokoknya jam 11 harus udah sampai titik."
"Iya kak Dara sayangkuu."
"Ya udah bye."
"Iy-"
Tut tut tut
Belum sempat Sierra menyelesaikan kalimatnya, Dara sudah mematikan sambungan terlebih dahulu. Fyi, Dara adalah manager Sierra yang sudah Sierra anggap seperti keluarganya sendiri.
Sierra meletakkan handphonenya dan bergegas untuk tidur sebelum ada panggilan masuk lagi.
"Haduh ini pasti kak Dara lagi nih yang nelpon," kesal Sierra dan mengambil handphonenya.
"Hallo kak Dara apa lagi sih? Gak usah marah marah, besok gue berangkat jam 11 beneran."
"Hallo Ra?"
Sierra mengernyit bingung saat suara di seberang adalah suara laki-laki. Sierra segera melihat ke layar handphonenya yang ternyata panggilan tersebut dari Rizky.
Sierra sontak langsung menepuk jidatnya pelan.
"Eh Rizky? Anjir gue kira kak Dara."
"Makanya kalau angkat telpon dilihat dulu oneng."
"Iya dih sorry, btw Ky."
"Napa?"
"Lo kan pacar gue nih, besok anterin gue ya."
Sierra menahan tawanya, mengingat bagaimana tadi Rizky menembaknya.
"Gue bukan supir."
"Ya siapa juga yang bilang lo supir. Gue bilang pacar, jadi lo berlaku sebagai layaknya pacar gitu ke gue."
"Iya iya serah lo."
"Oke besok lo jemput gue jam 11 ya, gak boleh telat!"
"Iya sayang."
Sierra tertawa mendengar perkataan Rizky barusan. Baginya itu hanya sebuah candaan, entah bagi Rizky.
Tut tut tut
Sierra memutuskan panggilannya dengan Rizky dan bergegas untuk tidur karena sudah pukul 23.12.
Keesokan harinya.
"Lo gimana sih Ky kan gue udah bilang jemput jam 11 tepat, lihat nih udah jam 11 lewat 5 menit." Sierra berjalan kesal menuju motor Rizky.
"Heh lo aja yang dandannya lama," ucap Rizky mendengus malas.
"Enak aja, gue dandan cuma 10 menit." Sierra memakai helm yang diberikan Rizky dan naik ke atas motor.
"10 menit apaan, 1 jam kali."
"Masa sih selama itu?" tanya Sierra berpikir.
"Hm, pegangan biar kagak terbang lo." Mendengar perkataan Rizky barusan, sontak Sierra memukul punggung Rizky pelan.
"Dih kagak mau, modus lo," ucap Sierra dan walau pun begitu, ia tetap melingkarkan tangannya di pinggang Rizky. Rizky hanya nengendikkan bahu acuh. Ia mulai melajukan motornya dengan kecepatan normal, membelah kemacetan kota Jakarta.
---
"Ini udah jam berapa?" tanya Dara begitu melihat kedatangan Sierra.
"Hehe maaf banget deh kak," jawab Sierra meringis kecil dan bergegas masuk ke dalam ruang rias.
Tak lama setelah itu, Gera yang tak lain adalah perias model tersebut mulai merias wajah Sierra.
"Loh ini pipi kamu kenapa Ra?" tanya Gera begitu melihat lebam di pipi Seyla.
Dara menepuk jidatnya pelan, Sierra ini selalu ada saja tingkahnya.
"Lo ngapain sih Ra? Bisa bisanya pipi lo sampai lebam begitu," ucap Dara menahan kekesalannya.
"Kemarin gue kesandung," ucap Sierra yang tentu saja Dara tak percaya. Bagaimana bisa tersandung bisa menyebabkan lebam di pipi. Sangat tidak bisa diterima oleh akal.
"Bisa ditutupin pake make up gak Ger?" tanya Dara kepada Gera.
"Bisa kok, tenang aja." Perkataan Gera barusan membuat Dara menghela napas lega. Sementara Sierra hanya cengengesan, sepertinya ia selalu senang membuat orang lain panik.
"Kak Gera terbaik lah," ucap Sierra mengacungkan jempolnya.
Selang beberapa menit Sierra sudah nampak siap untuk pemotretan.
"Siap Ra?" tanya sang photographer yang biasa dipanggil dengan sebutan mas Deren. Sierra pun mengangguk dan mulai melakukan pemotretan.
Ckrek
Cahaya menyilaukan kamera mengarah kepada Sierra yang tengah berpose indah. Beberapa foto diambil dan Deren tersenyum melihat hasil fotonya. Setelah selesai, Sierra berganti menggunakan baju selanjutnya dengan riasan make up yang berbeda.
Sierra kembali berpose, ia sesekali mengeluh karena baju yang dipakainya itu sangat menyusahkan.
"Kapan selesainya sih, mas Der udah belum?" tanya Sierra kepada Deren yang fokus dengan kameranya.
"Satu kali lagi Ra," jawab Deren. Sierra mendesah pelan dan kembali berpose seraya mengembangkan senyum indahnya.
Ckrek
Foto terakhir berhasil diambil dengan sempurna.
"Oke selesai Ra," ucap Deren membuat Sierra menghela napas lega.
Sierra berjalan menuju ruang ganti dan segera mengganti bajunya.
"Gue pulang dulu ya mas Der, kak Gera, kak Dara." Sierra mengambil tasnya dan berpamitan dengan orang di studio foto tersebut.
"Udah mau pulang?" tanya Deren yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Sierra.
"Hati-hati ya Ra," ucap Gera.
"Siap kak. Kak Dara sayangkuh bye bye," ucap Sierra melambaikan tangan ke arah Dara. Dara hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah Sierra.
Sea berjalan menuju parkiran, namun ia tak melihat keberadaan Rizky sama sekali. Sierra pun memutuskan untuk menghubungi Rizky.
"Hallo Ky."
"Kenapa Ra?"
"Lo ada dimana sih? Kok gue cariin di parkiran gak ada."
"Lo ngapain nyariin gue di parkiran?"
"Ya anterin gue pulanglah Rizky. Gue kan tadi berangkat sama elo."
"Lah gue kira cuma nganterin lo doang, habis itu gue pulang."
"Anjir ya emang lo Ky, cepetan sini jemput gue."
"Iya ratu 15 menit lagi gue sampe."
"Kelamaan, 10 menit!"
"Iya Sierra, tunggu ya pangeranmu akan segera menjemput kamu."
Tut tut tut
20 menit berlalu, namun Rizky tak kunjung datang juga. Hal itu membuat Sierra kesal sendiri sedari tadi.
"Loh Ra kok lo masih ada di sini?" tanya Dara yang hendak pulang.
"Hehe masih nunggu jemputan," jawab Sierra tersenyum kecil.
"Gue kira lo bawa mobil, bareng gue aja gimana?" tanya Dara membuat Sierra berpikir sejenak.
"Boleh deh kak gue pul-"
Tin tin
Tiba-tiba perkataan Sierra terpotong oleh suara dari klakson motor Rizky.
"Eh itu jemputan gue udah datang kak," ucap Sierra melihat ke arah Rizky yang ada di seberangnya.
"Lo sekarang naik ojol?" tanya Dara mengernyit bingung, sementara Sierra berusaha menahan tawanya.
"Bye kak Dara."
Sierra berjalan menghampiri Rizky dengan memasang raut muka kesal.
"Katanya 10 menit malah sampe 20 menit," ucap Sierra setelah memakai helm yang diberikan oleh Rizky.
"Macet Ra," ucap Rizky dan mulai melajukan motornya dengan kecepatan normal.
"Lo kan naik motor."
"Motor gue kan gede."
"Dasar banyak alesan," kesal Sierra. Rizky mulai menambah kecepatan motornya.
"Ra lo mau makan dulu gak?" tanya Rizky.
"Apa? Lo ngomong apaan Ky?" tanya Sierra yang tak begitu mendengar suara Rizky dengan jelas.
"Lo mau makan dulu kagak?" tanya Rizky lagi.
"Lo mau boker?"
"Makan bego, bukan boker."
"Hah? Lo mau ke makam?"
Rizky mendengus kesal dan mengurangi kecepatan motornya.
"Makan woy, lo mau makan dulu kagak?" ucap Rizky mengulang pertanyaannya.
"Oh lo nawarin makan, bilang dong. Boleh deh ayo makan."
Rizky hanya menggeleng gelengkan kepalanya dan menuju sebuah restoran terdekat.
Selang beberapa menit, mereka berdua sudah sampai di sebuah restoran. Mereka berjalan beriringan menuju restoran, namun tiba-tiba langkah Sierra terhenti saat melihat seseorang yang sangat ia kenal.
"Ga kita cari restoran lain aja yuk."
"Emang kenap-"
"Sierra kamu di sini? Ayo makan bareng aja."
To be continued...