Chereads / Unhappy Without U / Chapter 4 - Bagian 4

Chapter 4 - Bagian 4

Happy reading!

"Anjir gue kesiangan," ucap Sierra begitu melihat sudah pukul 06.18. Ia bergegas menuju kamar mandi.

Sierra melakukan ritual mandinya dengan kilat. Setelah mandi, ia memasukkan buku ke dalam tasnya. Ia tak peduli mata pelajaran hari ini, yang penting ia membawa buku.

Sierra berlari keluar rumah.

"Non gak sarapan dulu?" tanya Bi Imah yang melihat Sierra langsung keluar rumah.

"Gak usah bi, nanti aku sarapan di sekolah."

Sierra segera masuk ke dalam mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan halaman rumahnya.

Tak butuh waktu lama, Sierra sudah sampai di sekolah.

"Shit! Gue lupa ini upacara," ucap Sierra begitu melihat beberapa petugas upacara di lapangan.

Sierra melangkahkan kakinya dengan langkah lebar menuju kelas.

"Woy tumben lo baru berangkat," ucap Luna begitu melihat kedatangan Sierra.

"Kesiangan gue." Sierra duduk di sebelah Luna.

"Ya udah ayo cepetan ke lapangan," ucap Alya yang sudah rapi dengan memakai topi dan dasi. Sierra meringis kecil, ia lupa memakai dasi. Bahkan ia tak membawa topi, alamat dia akan dihukum hari ini.

"Gue gak bawa topi hehe," ucap Sierra.

"Udah ntar lo dihukum sama bebeb Aro," ucap Luna menggoda Sierra.

Sierra hanya nendengus malas, mendengar namanya saja sudah membuat Sierra sakit hati. Apa lagi jika berhadapan dengan orangnya langsung? Sierra menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sierra berjalan menuju lapangan, ia langsung menuju barisan murid yang tidak tertib (tidak memakai seragam lengkap). Lebih baik Sierra langsung berbaris daripada disuruh oleh Aro.

Terlihat hanya ada 6 orang yang dihukum, 7 dengan Sierra. Sierra menghela napas lega saat melihat ada Rere di sana. Salah satu teman sekelasnya. Bukan rahasia publik lagi bahwa Rere itu memang seorang badgirl. Walau pun begitu, Rere merupakan orang yang sangat humble.

"Tumben banget," ucap Rere begitu melihat Sierra berbaris di sampingnya.

"Sekali-kali pengen nemenin lo," ucap Sierra sembari terkekeh kecil.

Sierra menguap beberapa kali selama upacara berlangsung. Bagaimana tidak? Semalam dia tidur jam 02.57, karena tidak bisa tidur. Entah mengapa Aro selalu menghantui pikirannya.

Upacara akhirnya telah selesai, Sierra melihat bahwa Aro tengah berjalan ke arahnya. Oh ralat, ke arah barisannya. Sierra tak memperhatikan apa yang Aro katakan. Yang ia dengar hanya berlari mengelilingi lapangan upacara.

Melihat yang lainnya mulai berlari, Sierra pun ikut berlari dengan langkah kecil. Ia terus saja menguap saat berlari. Sierra bahkan tak menghitung sudah berapa putaran ia berlari.

Tiba-tiba Sierra terkejut saat Aro menepuk bahunya.

"Ra mau sampai kapan kamu lari terus?" tanya Aro membuat Sierra mengernyit bingung.

Melihat ekspresi Sierra, Aro kembali membuka suaranya.

"Saya cuma nyuruh kamu lari 3 putaran, tapi kamu sudah lari 5 putaran."

Perkataan Aro barusan membuat Sierra meringis malu.

"Eh iya, sorry tadi sekalian olahraga," ucap Sierra memberi alasan. Namun hal itu membuat Aro terkekeh kecil.

"Kamu sakit?" tanya Aro membuat Sierra terkejut. Lagi-lagi detak jantungnya tak bisa ia kendalikan.

"Enggak kok gue gak sakit sama sekali. Ya udah gue ke kelas dulu," ucap Sierra langsung berjalan menuju kelas dengan langkah lebar.

"Ciee tadi ngapain di lapangan lama banget," ucap Luna yang melihat Sierra duduk di sampingnya.

Alih-alih menanggapi perkataan Luna, Sierra malah menelungkupkan kepalanya dan tertidur.

Jam istirahat.

"Pas pelajaran aja molor. Pas istirahat langsung bangun," ucap Luna yang melihat Sierra sudah membuka mata.

"Ngantuk banget gue semalam gak bisa tidur," ucap Sierra sembari menguap kecil.

"Pasti mikirin Aro," ucap Luna.

"Udahlah ayo ke kantin," ucap Sierra yang sudah berdiri dari duduknya.

"ALYA KE KANTIN GAK LO?" teriak Sierra kepada Alya yang tempat duduknya jauh dari Sierra.

Teman satu kelasnya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Mereka sudah terbiasa dengan sikap Sierra. Alya pun bergegas menghampiri Sierra dan Luna yang sekarang sudah berada di depan kelas.

"Mau pesen apa?" tanya Luna begitu sudah duduk di kantin.

"Gue bakso," jawab Sierra yang sepertinya sudah tak sabar untuk makan.

"Gue siomay aja Lun," ucap Alya. Luna mengangguk dan segera pergi untuk memesan.

Selang beberapa menit, Luna kembali dengan membawa nampan penuh makanan di tangannya.

"Nih," ucap Luna.

"Lo yang bayarin ya Lun?" tanya Sierra.

"Ya enggaklah, enak aja." Sierra terkekeh kecil mendengar perkataan Luna barusan.

Sierra segera memakan baksonya, tak peduli keadaan kantin yang sangat ribut.

"Eh eh itu bukannya Aruka ya? Sama Aro?" tanya Alya begitu melihat ada Aruka dan Aro makan bersama.

Sierra melirik sebentar dan mengendikkan bahu acuh.

"Ra," panggil Luna membuat Sierra menghentikan aktivitas makannya.

"Biasa aja kali kan mereka berdua udah jadian," ucap Sierra membuat Luna dan Alya terkejut.

"What?!" ucap Luna dan Alya bersamaan.

"Bisa lebih keras gak suaranya?" tanya Sierra kesal.

"Bisa, WHA-"

"Ssstt diem bisa gak sih," ucap Sierra memotong perkataan Luna.

"Kok bisa sih mereka berdua jadian?" tanya Alya dengan jiwa penasaran yang menggebu-gebu.

"Bisa ajalah orang saling suka," jawab Sierra.

"Loh, bukannya selama ini Aro deketinnya elo ya? Kok jadiannya sama Aruka?" tanya Luna membuat Sierra meringis kecil.

"Udah sih biarin aja," ucap Sierra bertingkah seolah tak peduli.

"Iya lupain Aro Ra, masih banyak ikan di lautan."

"Maksud lo Sierra pacaran sama ikan?" tanya Luna menanggapi perkataan Alya tadi.

Sierra dan Alya sontak memukul kepala Luna pelan.

"Gak gitu konsepnya jaenap."

To be continued...