Chereads / Unhappy Without U / Chapter 5 - Bagian 5

Chapter 5 - Bagian 5

Happy reading!

"Lo nanti ada pemotretan gak Ra?" tanya Luna setelah selesai menghabiskan makanannya.

"Hm hari ini kagak ada," jawab Sierra.

"Main yuk ntar pulang sekolah. Gue ada film baru," ajak Luna yang diangguki kepala oleh Alya.

"Kuy lah, udah lama kita gak main bertiga."

"Lo nya sibuk mulu, gue sama Alya mah sering," ucap Luna dan Sierra hanya terkekeh kecil.

Sepulang sekolah, di rumah Luna.

"Anjir lo ngapain ngajak nonton film beginian?" tanya Sierra kesal saat tahu film yang akan mereka tonton bergenre horror.

"Ini lagi viral tau," ucap Luna sembari menonton film yang baru saja ia putar.

Sierra pun menonton film tersebut dengan menutupi matanya dengan bantal. Dan saat ada adegan jumpscare, Sierra yang paling terkejut.

"Ih anjir itu mba kunti gak ada akhlak tiba-tiba nongol," ucap Sierra yang terkejut saat melihat tiba-tiba wajah hantu tersebut memenuhi layar laptop Luna.

"Setan mana ada akhlak," ucap Alya asal.

"Bilang kek ntar gue kasih, akhlak gue kan melimpah."

Luna dan Alya hanya mengiyakan perkataan Sierra barusan dan fokus pada film. Sementara Sierra sedari tadi hanya mengintip, tak berani menonton secara full.

Selang beberapa menit, akhirnya mereka telah selesai menonton film horror tersebut. Dan Sierra menghela napas lega, olahraga jantungnya telah selesai.

"Cupu banget lo Ra, masa kagak berani nonton."

"Kata siapa tadi gue nonton," ucap Sierra.

"Mana ada orang gue lihat tadi lo tutupan bantal mulu," ucap Luna.

"No no tadi gue ngintip dikit," elak Sierra disusul tawa dari sahabatnya.

"Gue laper."

"Sama, ayo pesen makan aja," ucap Luna menanggapi perkataan Sierra barusan.

"Lo pada mau makan apa?" tanya Alya yang sudah membuka aplikasi di handphone miliknya.

"Gue pengen sate ayam tapi gue juga pengen nasi goreng," jawab Sierra.

"Ya udah dua-duanya aja," ucap Luna yang niatnya bercanda.

"Okay, gue sate ayam sama nasi goreng." Alya dan Luna menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban dari Sierra barusan.

"Hati-hati ntar kena amuk sama kak Dara lo," ucap Luna terkikik kecil.

"Biarin, gue udah puas diet minggu kemarin."

Mereka bertiga pun segera memesan dan selang beberapa menit makanan mereka telah sampai.

Sierra yang memang sudah sangat lapar pun langsung menyantap makanannya dengan lahap.

"Lo kayak udah gak makan 1 tahun," ucap Alya melihat Sierra yang makan dengan lahap.

"Seminggu kemarin gue makannya rumput mulu," balas Sierra. Padahal yang ia maksud sayuran tentunya bukan rumput.

"Sapi kali lo makan rumput," ejek Luna yang diabaikan oleh Sierra.

Tak lama kemudian, mereka bertiga sudah menghabiskan makanan mereka masing-masing.

"Gue pulang duluan ya udah dijemput sama abang," ucap Alya beranjak dari duduknya dan menggendong tasnya.

"Abang yang mana Al?" tanya Luna sebelum Alya keluar dari kamarnya.

"Bang Dimas," jawab Alya.

"Hah? Bang Dimas yang ganteng banget itu? Anjir gue nganter lo ke depan deh," ucap Sierra yang langsung berdiri.

"Mata tuh dijaga," ucap Luna.

"Gapapa kali cuci mata liat yang bening-bening," balas Sierra dan mulai berjalan keluar kamar Luna.

"Tapi abang gue bawa cewek Ra," ucap Alya yang langsung membuat langkah Sierra terhenti.

"Yah gak jadi ah, males." Sierra kembali duduk di samping Luna.

"Gue pulang ya bye," ucap Alya dan sudah menghilang dari pandangan.

"Makanya cari pacar Ra, gak gedek apa lo lihat Aruka sama Aro."

"Gue sih bodoamat," ujar Sierra berlagak tak peduli.

"Halah sok-sokan bodoamat padahal sakit hati kan lo," kata Luna.

"Ya iyalah sakit hati gue, kirain hati gue dari besi apa."

"Tapi ya udahlah ngapain juga galau. Lagian kerjaan gue juga kagak ngejar-ngejar si Aro doang," lanjut Sierra sembari mengibaskan rambutnya.

"Ra lo nyium bau sesuatu gak?" tanya Luna serius.

"Bau apaan?"

"Oh ternyata bau rambut lo, udah berapa minggu gak keramas lo?"

"Sialan lo ya!"

---

"Papa ngapain di sini? Tumben," ucap Sierra begitu melihat keberadaan Andre di rumahnya.

"Kamu gak suka papa ke sini?" tanya Andre yang membuat Sierra menggelengkan kepalanya.

"Ya enggak sih, cuma tumben aja. Biasanya kan waktu papa buat Aruka terus," ucap Sierra dan duduk di sofa seberang Andre.

"Sierra."

"Iya pa iya, jadi ada apa?" tanya Sierra to the point.

"Papa mau ngasih ini buat kamu," ucap Andre sembari memberikan sebuah undangan untuk Sierra.

"Undangan apa pa?" tanya Sierra yang terlihat bingung.

"Undangan pernikahan, papa bakal menikah lagi."

To be continued...