Chereads / Black Dark / Chapter 7 - Cerita Pilu Agnimaya

Chapter 7 - Cerita Pilu Agnimaya

Agnimaya tidak lagi tertawa terpingkal-pingkal seperti biasanya. Kali ini senyumnya lembut dan lebih teduh. Ia mengusap rambut Arjuna, seraya berkata, "Kalau kau sudah besar, nantin paham kok."

Arjuna mengangguk. Ia menanti cerita lain, cerita yang menjadi kegalauan sang kakak.

"Kemarin, aku bertemu dengan ibuk."

Arjuna terkejut! Bagaimana mungkin? Selama ini dia pikir kedua orangtua Agnimaya telah meninggal, maka itu dia ada di sini.

"Sama suaminya. Di swalayan Bulan Sabit. Lagi belanja keperluan bulanan kurasa."

Arjuna masih diam, mendengarkan.

"Mereka punya anak. Dua. Sepasang. Cewek ama cowok. Yang cowok mungkin masih sepuluh tahun, yang cewek tujuh tahun. Mereka keliatan seneng. Aku bertanya-tanya, apakah pernah walau sekali, ibuk ingat aku. Pernah gak, ibuk rindu atau ...." Agnimaya  tak sanggup melanjutkan. Ia sudah tergugu dengan menelungkupkan wajah di kedua lutut yang bertumpu.

Dari situ, Arjuna menyimpulkan, bahwa saudarinya ini benar-benar kuat. Tangisan Agnimaya yang di hadapannya ini bukan tanda remaja perempuan tersebut lemah, tetapi tanda bahwa hatinya belum mati.

"Ayahku juga masih hidup." Arjuna berkata malas.

Agnimaya sudah tahu itu. Bagaimana tidak? Anak laki-laki itu terus saja berkata ingin membunuh ayahnya suatu hari nanti. Membalas laki-laki keji penyebab penderitaan ibu dan dirinya sendiri. Agnimaya sering mencibir. Jika menghadapi orang-orang di panti ini saja, ia masih tidak bisa, apalagi membalas ayahnya. Lelucon itu sangat lucu bagi Agnimaya.

***

Untuk pertama kalinya, Arjuna menitikkan air mata untuk perempuan selain ibunya. Perempuan itu yang bisa dikatakan ibu kedua bagi Arjuna. Kini, ia telah bebas melihat dunia luar. Meninggalkan panti asuhan dan memulai kehidupan baru di luar panti.

"Jaga diri baik-baik, Arjuna. Kakak akan sering-sering ngunjungin kalau situasi stabil."

Agnimaya memeluk Arjuna yang mulai sesegukan. "Kakak sayang sama kau,"

"Aku juga." Arjuna membalas pelukan, bahkan lebih erat. Seakan ia tidak mau melepaskan.

Mereka bertangisan. Sedih rasanya jika harus berpisah. Namun, perpisahan ini bukanlah sebuah perpisahan abadi. Ada waktu di kala mereka akan berjumpa kembali.

"Hanya lima tahun. Tunggulah lima tahun lagi, bersabar. Ya?"

Mereka melepas pelukan. Arjuna mengangguk tanda mengerti apa yang Agnimaya maksud. Banyak orang di sana jadi berkasak-kusuk tentang mereka. Ada yang meragukan hubungan mereka yang hanya sebatas kakak dan adik. Bahkan ada pula yang menuding aneh bahwa ini adalah 'setting-an' agar 'viral' saja, dan sebagainya lagi. Hidup di dunia memang aneh. Kita memang yang menjalani hidup, tetapi orang-orang yang menghakimi. Persis seperti ujian, kita yang mengerjakan soal, orang lain yang menilai.

Kemudian Agnimaya berpamitan kepada semua kawan-kawan di sana. Pada ibu kepala panti lagi, karena sebelumnya, tentu saja ia lebih dahulu membicarakan hal ini kepada kepala panti beserta staf yang ada.

Arjuna menegarkan diri demi wibawa. Ia juga khawatir, jika terlihat lemah dan cengeng, bisa-bisa Agnimaya tidak mau menganggap dirinya lagi di kemudian hari, dan itu bukanlah hal yang ia inginkan.

Arjuna berulang kali menarik napas dan mengembuskannya secara kasar. Ia ingin sekali tampak normal dan biasa saja. Namun, manusia sekuat apa pun, jika hatinya yang diganggu, maka takkan berdaya.

"Jika kau sudah keluar dari sini, aku akan memberimu kejutan. Aku janji." Agnimaya berkata kepada Arjuna dengan raut serius sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan panti.

Arjuna tersenyum. Meski sangat menyebalkan, cerewet dan susah sekali dilawan kata-katanya, Agnimaya adalah kakaknya. Kakak yang sangat berjasa di hidupnya, setelah sang ibu.

Dalam hati, ia pun berjanji akan melakukan hal terbaik untuk kakaknya, ia juga akan menjadi kuat demi melindungi orang-orang yang ia kasihi. Dia akan tunjukkan pada dunia, terkhusus kepada kakak perempuannya, kalau Arjuna bisa dibanggakan. Selain itu, untuk membalas dendam pada Yosi——ayahnya——ia memang wajib menjadi kuat dan tak terkalahkan.

Bersambung ....