Chereads / Black Dark / Chapter 11 - Pengaduan Arjuna

Chapter 11 - Pengaduan Arjuna

Keringat dingin mengucur deras dari dahi perempuan yang rambutnya digerai. Dia tak menyangka bahwa Arjuna senekat itu. Pastilah setelah ini, Arjuna akan menargetkan dirinya. Sebab, ia yang mengantar Arjuna ke tempat itu. Pantas saja sebelum ini Arjuna berterima kasih dengan senyuman misteriusnya. Kemudian teriakannya barusan, menandakan bahwa Arjuna menyadari kalau Syafitri terlibat dan akan menuntut balas.

Arjuna telah membunuh. Telah terjadi pembunuhan di gudang itu. Pembunuhan yang rapi.

Anak yang bergulat dengan Arjuna, tumbang. Napasnya seperti orang terkena penyakit asma. Pendek-pendek, putus-putus, juga berat.

Arjuna mendekati Syafitri. Menyodorkan tangan. "Kakak, mana hadiahku? Kan aku yang menang."

Syafitri bergidik. Nada suara Arjuna memanglah lembut, tetapi bagi telinga Syafitri, itu seperti tanda bahaya. Tangannya gemetaran. Belum lagi tatapan misterius dari Arjuna kepadanya.

"Juna!"

Suara Agnimaya menyelamatkan jantung Syafitri. Wajah Arjuna yang ambigu tadi, berubah menjadi remaja yang senang ketika ibunya pulang dari pasar dengan isi keranjang belanjaannya adalah mainan untuk dirinya.

"Kakak!"

Agnimaya memerhatikan wajah-wajah semua orang di sana. Ia melihat sesuatu pada Arjuna. Ada bekas gigitan di bahu Arjuna.

Agnimaya mengulurkan tangan, "Ayo, kita temui Ibu Sri dulu."

"Ibu lagi pergi, ngunjungin anak kembarnya, Mas Iky dan Mbak Ikyra di Palembang." Arjuna menyambut uluran tangan kakaknya.

"Yang jadi penanggung jawab, siapa?"

Arjuna menyeringai, ia tolehkan kepala menghadap Syafitri yang sibuk bercengkrama dengan ponselnya.

Sementara anak-anak panti lain mengerubungi Agnimaya yang membawakan makanan untuk mereka. Ia meminta Rida untuk membagikan secara adil dan merata.

"Apa cerita, Jun?" tanya Agnimaya yang kini berdua duduk di teras ruang kepala panti, agak jauh dari pembagian makanan yang dibawa gadis itu.

Arjuna tertawa keras. Bagi yang mendengar tawanya, merasa ketakutan. Bahkan ada yang sampai menghentikan gerakan memasukkan makanan ke dalam mulut. Seperti perpaduan orang marah, kesal dan rasa ingin membunuh. Akan tetapi bagi Agnimaya, itu tawa keputus asaan dan kesedihan yang mendalam. Karena itu, ia meminta izin Syafitri untuk membawa Arjuna ke ruang pribadi yang tak seorang pun bisa menginterupsi atau mengganggu mereka.

Syafitri mengizinkan. Ia menyarankan aula. Agnimaya hendak protes, tetapi Arjuna melarang. Remaja laki-laki itu memang sudah memiliki rencana. Ia memang sengaja membiarkan Syafitri yang berencana mendengarkan cerita luar biasa seorang Arjuna.

"Juna?" Agnimaya bertanya dengan isyarat memanggil.

Arjuna menggumam untuk menjawab panggilan sang kakak. Tatapannya lurus ke depan, seperti melamun, karena matanya terlihat kosong.

Agnimaya mengusap pelan bahu Arjuna. Tatapan mata gadis itu seakan-akan menyuruh Arjuna untuk menceritakan kejadian yang Arjuna alami.

"Aku membunuh kaum Luth moderen, Kak."

Agnimaya tercengang. Ia tahu kalau Arjuna tidak sedang bergurau seperti biasanya.

"Apa maksudmu, Dek?"

"Si Homo itu. Aku udah hilangkan dia dari dunia. Itu kan hukuman bagi penyuka sesama jenis?"

Ah ternyata benar. Adiknya menjadi pembunuh?! Mestilah Arjuna memiliki alasan kuat selain korban adalah salah satu dari kelompok LGBT.

Agnimaya bertanya dengan terbata-bata karena saking terkejutnya.

"Ke-ke-kenapa?"

"Dia ...," Arjuna menjeda. Ia pandangi wajah sang kakak yang tengah menatapnya prihatin, lembut dan penuh kasih sayang. Tatapan yang sering ia dapatkan dari Maurasika dulu, sang ibunda.

"Dia mau memperkosa aku."

Bersambung ....