Malam itu adalah malam yang kelam bagi Arjuna. Ia dilecehkan!
Bagaimana kronologinya?
Malam itu, ibu Sri tidak sedang berada di tempat. Maka selama beliau pergi, tugas kepemimpinan diembankan kepada Syafitri selama sepekan. Momen ini, Syafitri gunakan untuk menjerumuskan Arjuna ke lembah kenistaan.
Malam itu, Arjuna dibawa Syafitri kepada sesosok orang yang tidak dikenal. Tidak ada yang tahu siapakah gerangan lelaki itu, bahkan Syafitri. Ia bertudung hitam. Setelah itu, ia menyutikkan cairan yang membuat Arjuna tak sadarkan diri.
***
Orang itu menuliskan beberapa huruf yang terdiri dari huruf vokal dan huruf konsonan dengan darah yang mengalir dari tangannya.
Ia menuliskan nama Arjuna di dinding kusam yang cat temboknya sudah terkelupas. Setelah itu terdengar tawa nyaring yang membahana.
"Agama hanya racun yang membuat tubuh penderitanya lemah dan mati. Tak boleh ada satu agama pun di dunia ini. Hanya boleh ada satu sesembahan di dunia yang harus disembah oleh semua manusia."
Tawanya kembali terdengar, bahkan lebih keras dan menakutkan.
Hanya ruangan sunyi pengap dan agak lembap itu saja yang menjadi saksi bisu.
"Hanya orang yang memiliki agama saja yang akan aku jadikan persembahan untuk Yang Mulia!" lanjutnya dengan suara dingin.
Ia menoleh ke samping kanan, menyeringai sadis ke satu titik. Ketika kakinya sedikit bergeser, terdengar suara akibat gesekan aluminium dan semen juga kakinya sendiri. Sebuah kapak besar tergeletak bersimbah darah adalah pemandangan yang disapa netra cokelat tuanya.
Sementara di sudut gelap ruangan, ada mayat tanpa kepala yang terpuruk. Cahaya purnama akibat biasan sang surya menerobos di sela-sela kisi kayu, menyoroti kulit tanpa busana nan pucat. Orang itu bergerak di bawah cahaya kelabu, dan suaranya mengalun lagi, "Tubuhnya harus kubakar, karena abunya sangat berguna."
Lelaki itu meringkuk di atas jasad tersebut. Dengan cepat, jemarinya yang bagai cakar menusuk jantung tubuh tak bernyawa itu sangat dalam. Pakaiannya semakin berlumuran penuh darah akibat muncratan dari kegiatannya ini dan pemenggalan kepala yang baru ia lakukan sesaat yang lalu.
Tak lama, ia memekik mencemooh, "Hah, lihat dirimu, Orang Bodoh! Menyedihkan sekali kau."
Kemudian ia berdiri tegak sambil menenteng kepala tanpa badan yang tergeletak tak jauh dari jasadnya. Membawa penggalan kepala tersebut ke belakang ruangan untuk dicacahnya dan mengeluarkan otak juga mencungkil dua bola matanya.
Di sana, seseorang yang sudah lebih dulu melakukan ritual sesat tersebut tersenyum misterius.
"Bagus. Kau memang kekasihku, Permadi."
Ponsel orang itu berbunyi, sebuah pesan singkat ia terima:
[Arya, target telah menuju ke sana. Kau dan Permadi bisa bersenang-senang dengan laki-laki ini. Oh ya! Namanya adalah ... Arjuna]
Arjuna dikirim ke tempat di mana para pemuja ilmu sesat itu berkumpul. Mereka melecehkan Arjuna, dan sudah mendapatkan penghukuman langsung oleh Arjuna. Tanpa jejak. Begitu rapi.
Bersambung ....