Setelah sekian detik, Paman Hilal masih memelukku. Aku bahkan sudah merasa gerah karena diperlakuan seperti anak kecil begini.
"Paman, lepaskan Juna!" aku berucap lirih, tidak ingin membuat lelaki yang menolongku ini merasa terluka.
Sudah beberapa kali Paman Hilal menolongku. Bahkan sebelum tahu bahwa aku ini adalah anaknya Mama Maurasika, Paman Hilal sudah berbuat baik padaku.
Ingat tentang seseorang yang menghentikan ku dari percobaan bunuh diri? Well, Paman Hilal adalah orangnya. Dia menyelematkanku dari tindakan bodohku saat itu. Mungkin jika ku benar-benar mati saat kecil, aku tidak akan bisa membalaskan semua dendamku pada orang-orang yang menyakitiku sebelumnya.
Tentu saja aku masih memiliki dendam di dalam hatiku ini meski aku sudah berubah menjadi Arjuna yang manis, yang selalu dibanggakan oleh Paman Hilal. Ingat, ini hanyalah pencitraan! Aku tidak mungkin mengaku pada Paman Hilal bahwa aku pernah berkali-kali membuat seseorang menjadi istimewa dengan melenyapkan mereka.
