Chereads / I Love You, Salsha! / Chapter 22 - Chapter 21

Chapter 22 - Chapter 21

Aldi mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. Sudah lebih dari seminggu setelah kejadian di rumah Salsha, mereka berdua sudah tak bertemu lagi. Sudah beberapa kali ia mendatangi rumah Salsha. Tetapi, gadis itu tak ada di rumah. Salsha juga tak pernah menangkat telfonnya atau sekedar membalas pesannya. Aldi juga mencari tahu tentang Salsha kepada Iqbaal, tapi laki-laki tak menjawab dan masa bodo. Mungkin Iqbaal masih marah kepadanya. Aldi mencoba maklum.

Hari ini hari pertama mereka Uas. Tapi Aldi malah menjawab soal-soal itu dengan asal-asalan. Ia juga tak belajar tadi malam. Pikirannya terganggu oleh perkataan Salsha waktu itu. Rupanya Salsha serius dengan perkataannya itu. Gadis itu menghindarinya dan tak ingin terlibat apa-apa lagi dengannya.

Aldi menghela nafasnya, entah mau kemana lagi ia mencari gadis itu. Gadis itu seolah hilang di telan bumi.

Kezia yang baru saja memasuki kantin duduk di samping Aldi, ia menepuk pundak lelaki itu, "Kenapa lo?"

Aldi terpengarah, ia melirik jam tangannya, "Lo baru keluar ujian? Lama amat," tanyanya.

"Bukan gue yang kelamaan. Tapi lo yang kecepatan. Cuma sepuluh menit udah selesai aja tuh soal," kekeh Kezia.

Aldi hanya menghendikkan bahunya acuh. Kemudian ia kembali mengetuk-ngetuk jarinya di meja. Sama sekali tak terlihat bersemangat.

Kezia mengernyitkan dahi heran melihat tingkah Aldi itu. Kezia perhatikan sudah hampir seminggu Aldi terlihat lesu, "Kenapa lo? Ada masalah?"

Aldi hanya menggeleng singkat. Ia meraih tasnya dan berniat cabut dari tempat itu, namun tangannya di cekal Kezia, "Gue mau cabut."

"Jelasin dulu lo kenapa?" desak Kezia, "Ada masalah? Sama siapa?" tanyanya lagi.

Aldi tak menjawab, ia melepaskan tangan Kezia dan berlalu dari kantin itu. Kezia tak tinggal diam. Ia melangkahkan kakinya untuk mengejar Aldi, "Kenapa sih, lo? Kalo ada masalah tu cerita."

Aldi hanya diam. Sesampainya di parkiran, Aldi memasuki mobilnya. Kezia pun sama, ia masuk kedalam mobil Aldi itu.

Aldi mengacak rambutnya frustasi, "Ngapain ikut, sih."

"Aneh, lo," komentar Kezia. Ia sudah tak tahan lagi di cuekin seperti ini, "Ada masalah sama Salsha?" Kezia menerka-nerka.

Aldi menghela nafas sembari mengangguk lesu, "Gue memang lagi ada masalah sama dia."

Perlahan Kezia menyunggingkan senyum. Ia bergelayut manja di lengan Aldi sembari mengusap pundak Aldi. Aldi hanya diam, tak menolak ataupun merespon, "Gue bakal bantuin lo baikan sama Salsha."

Aldi mengernyit, "Caranya?"

***

"Yakin nih, mau main kucing-kucingan mulu sama Aldi?"

Salsha menggerutu kesal. Ia sedang berusaha menghindari Aldi yang bertujuan untuk melupakan lelaki itu. Ia mati-matian untuk tidak menemui lelaki itu walaupun ia tahu setiap sore Aldi selalu datang kerumahnya. Ia hanya takut, di tengah kegundahan hatinya, Aldi datang dan membuatnya baper. Yang akhirnya malah kembali membuatnya sakit.

Ia tak bermaksud jahat kepada lelaki itu. Ia hanya memberikan sedikit celah untuk Aldi bisa berfikir. Jika memang lelaki itu masih memiliki rasa kepadanya, lelaki itu pasti akan berjuang. Tapi jika lelaki itu sudah tak memiliki rasa kepadanya lagi, biarlah Salsha mengubur dalam-dalam perasaannya.

"Udah kali, Sha. Dengan lo kayak gini, sama aja lo buktiin lo belum bisa lupain dia."

Salsha menatap tajam Steffi yang sedari tadi mengoceh hal yang tak penting. Salsha meraih ponselnya di atas nakas. Ada satu notif pemberitahuan dari Kezia.

Salsha kembali menatap Steffi, "Kezia ngajak gue ketemu," katanya.

Steffi terbelalak kaget. Ia langsung meraih ponsel Salsha dan membaca sendiri pesan dari Kezia, "Jangan mau. Tolak aja!"

"Kenapa?" tanya Salsha bingung.

"Pokoknya jangan mau. Tau sendiri dia itu gimana 'kan?" ujar Steffi.

Salsha hanya menghendikkan bahunya merasa acuh dengan ucapan Steffi. Kemudian ia membalas pesan singkat dari Kezia itu.

****

Salsha celigukan mencari keberadaan Kezia. Gadis itu meminta bertemu di cafe yang waktu itu mereka tak sengaja bertemu. Setelah melihat keberadaan Kezia, Salsha menyusulnya.

Salsha duduk di depan Kezia. Ia juga meletakkan tasnya di atas meja. Sesuai janji, tak ada Aldi, "Ngapain ngajakin gue ketemu?" tanya Salsha tak suka basa-basi.

Kezia tersenyum manis. Ia menyodorkan buku menu di depan Salsha, "Pesan dulu, kali."

Salsha tak bergeming, ia tak ingin berlama-lama dengan gadis itu, "Gue nggak punya banyak waktu. Langsung ngomong apa mau lo."

Kezia mengangguk sembari menghela nafasnya. Jika bukan karena Aldi dan rencananya dengan Dara, Kezia tak akan mau seperti ini. Buang-buang waktu saja.

"Gue mau minta maaf," ujar Kezia cepat hampir tak terdengar.

Salsha mengernyitkan dahinya bingung, "Kenapa?" tanyanya ulang.

Kezia menahan kesal. Tapi ia harus melakukan itu, "Gue-mau-minta-maaf." Kezia berkata dengan tegas dan penuh penekanan.

Salsha hanya manggut-manggut, sama sekali tak berniat menanggapi ucapan Kezia itu.

Kezia mengepalkan tangannya. Ia ingin mencakar wajah songon Salsha jika tak lupa Aldi sedang memperhatikan mereka.

"Gitu doang? Gue minta maaf. Mungkin selama ini sikap gue kurang ajar sama lo."

Salsha kembali manggut-manggut, "Iya. Gue udah dengar. Nggak usah di ulangi lagi."

"Satu lagi," Kezia menghela nafasnya, "Jangan cuekin Aldi. Kasihan dia."

Salsha tersenyum miring. Gadis di depannya ini suruhan Aldi, "Aldi mana?"

Kezia berusaha menahan kesal. Ia ingat ucapan dara yang mengatakan jika ia harus bisa berbaikan dengan Salsha untuk bisa menusuknya dari belakang.

"Gue mau kita temenan!" kata Kezia tiba-tiba.

"Aldi mana?" tanya Salsha lagi. Ia yakin Aldi pasti berada di sini.

"Sal, gue mau temanan sama lo!" paksa Kezia. Ia tak menjawab ucapan Salsha tadi, "Gue nggak mau musuhan sama lo lagi."

Salsha mengalah, dengan ogah-ogahan Salsha menjawab, "Iya."

Kezia cengo, "Gitu doang?"

"Trus mau lo apa lagi?" tanya Salsha balik, "Aldi nyuruh lo apa aja?"

"Dia mau minta maaf sama lo. Dan jangan cuekin dia lagi. Lagian lo baperan amat, sih. Gitu doang padahal!"

Salsha menghela nafasnya. Kezia menyalahkannya atas kesalahan yang gadis itu perbuat. Hampir saja Salsha ingin menggebrak meja jika tak sadar mereka lagi di cafe.

"Gue nggak punya teman. Makanya gue selalu sama Aldi. Harusnya kalo lo yakin Aldi sayang sama lo, nggak usah cemburu sama gue. Santai aja. Nggak usah kekanakan seperti itu. Kecuali kalo lo takut Aldi berpaling dari lo!" ucapan Kezia malah lebih cocok sebagai sindiran.

Salsha mengumpat dalam hati. Ia meraih tasnya dan berdiri, "Permintaan pertemanan lo nggak gue terima."

Salsha cabut meninggalkan Kezia yang kini mendengus kesal. Salsha ingin menyetop sebuah taxi tapi di urungkan karena tangannya di cekal.

Salsha tersenyum miring, "Keluar juga lo dari tempat persembunyian."

Aldi tersenyum tipis, "Harusnya yang bilang gitu aku. Kamu kemana aja?"

"Nggak usah pake aku-kamu. Risih!" cetusnya.

Aldi mengalah, tak ingin berdebat lagi. Lelaki itu menarik Salsha untuk kembali menemui Kezia. Salsha menurut, tak ingin di katakan 'kekanakan' lagi.

Aldi duduk di samping Kezia semantara Salsha di depan keduanya. Salsha mendengus kesal, "Apalagi, sih."

"Ada yang mau Kezia jelasin sama lo," kata Aldi.

Salsha hanya menatap keduanya datar. Sudah muak berada di tempat ini, "Apa?"

"Kezia mau minta maaf sekalian mau temanan sama lo," Aldi yang berbicara, mewakili Kezia, "Dia nggak punya teman. Jadi gue harap lo mau temanan sama dia."

"Iya," jawab Salsha acuh.

"Gue mau kalian bisa akur. Bisa jadi teman. Nggak kasihan apa sama Kezia sendirian mulu." Aldi seperti membela Kezia. Dan itulah yang tidak di sukai Salsha. Salsha menolehkan kepalanya ke arah Kezia. Sekarang gadis itu sedang tersenyum penuh harap.

Salsha melihat Aldi dan Kezia bergantian. Menghembuskan nafas kemudian menjawab, "Iya. Kita temanan."

Selanjutnya yang terjadi adalah sesuatu yang sama sekali tak ingin Salsha lihat. Tangan Aldi terulur untuk mengacak rambut Kezia dan mereka berdua sama-sama tersenyum manis tanpa memerdulikan kehadiran Salsha di tempat itu.