Pagi-pagi sekali, Aldi sudah rapi dengan baju casualnya. Rambutnya ia berikan pomade dan merapikannya. Ia tersenyum senang saat melihat penampilannya.
Aldi meraih ponsel dan dompetnya dan masukkan ke dalam saku. Ia juga meraih kunci motor dan menggoyang-goyangkannya di tangan. Lelaki itu pun keluar dari kamarnya dan menemui Mellina di ruang makan.
Aldi mencium pipi Mellina dan duduk di samping Mamanya itu. Ia meraih roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang. Senyum masih menghiasi wajah lelaki itu.
Mellina sampai heran melihat Aldi yang tersenyum di pagi hari ini, "Kamu kenapa?"
Aldi memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya dan mengunyah, "Nggak papa, Ma. Cuma aku lagi senang aja."
"Jadi kapan kamu bawa Salsha kerumah? Udah lebih dari satu minggu tapi kamu belum ngajak dia kesini."
Pertanyaan itu lagi. Aldi juga ingin cepat-cepat membawa Salsha ke rumah ini. Tapi melihat bagaimana hubungannya dengan Salsha, ia semakin ragu.
Aldi sudah tak selera makan lagi setelah mendengar ocehan Mamanya itu. Ia meletakkan sisa rotinya di atas piring dan meminum air putih. Selanjutnya ia mencium punggung tangan Mellina dan berkata, "Aku lagi usahin biar bisa dekat lagi sama menantu Mama. Mama tenang aja, secepatnya aku bakal bawa dia kesini.
Aldi melenggangkan kakinya setelah mengucapkan kata itu tak memedulikan lagi ucapan Mellina selanjutnya. Yang ia pikirkan sekarang adalah cara agar Salsha mau di ajak makan malam di rumahnya.
Aldi melesat cepat dengan mobilnya. Hari ini, ia akan mengunjungi Salsha di butik gadis itu. Aldi cukup merasa senang karena tau apa saja kegiatan Salsha selama seminggu ini walaupun pertemuan mereka di butik sangat tidak menyenangkan.
Aldi menyetop mobilnya saat sudah sampai di depan butik itu. Di depan butik, Aldi terkekeh singkat karena tidak mengetahui butik ini adalah milik Salsha sebelumnya. Padahal ia sering melewati butik itu.
Aldi masuk ke dalam butik itu dan melihat Irene yang sedang merapikan sebuah gaun pernikahan. Aldi langsung menghampiri Irene.
"Ren, ruangan Salsha dimana?" tanyanya.
Irene terkesiap karena sebelumnya ia tengah menata gaun. Irene pun tersenyum sebagai tanda hormat kepada Aldi, "Ruangan Bu Salsha ada di lantai dua, Mas. Tangganya di sebelah sana." Irene menunjukkan sebuah tangga dengan hormat.
Aldi mengangguk, "Salsha ada di atas 'kan?" Irene pun mengangguk mengiyakan, "Oiya, jangan panggil Mas, panggil Aldi aja."
"Iyaa, Aldi." Irene berkata dengan kikuk karena sebelumnya ia menyapa para tamu dengan panggilan Mbak dan Mas.
Aldi tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangan Salsha.
***
Salsha sedang membolak-balikkan berkas di hadapannya. Keningnya mengernyit saat melihat ada beberapa kesalahan di berkas itu. Pengeluaran butik yang semakin melejit naik sementara pemasukan yang semakin menurun. Salsha juga sudah menyuruh Irene untuk memanggil Nayla, karyawan bagian keuangan untuk menjelaskan ini semua.
Jika mereka ingin bermain-main dengannya karena ia hanya lulusan SMA. Tentunya mereka salah orang. Salsha cukup mengetahui banyak perihal Akuntansi. Dan membaca jurnal seperti ini bukan masalah besar untuknya.
Salsha mendengar seseorang membuka pintu ruangannya dan tanpa menunggu lagi, Salsha langsung berkata, "Nay, kenapa laporan keuangannya seperti ini."
Salsha terkesiap malu saat yang datang bukan Nayla tetapi malah seseorang yang sangat tak ia inginkan kehadirannya. Orang itu adalah Aldi.
"Ngapain kesini?" ketus Salsha.
Lelaki itu, Aldi malah terkekeh ringan. Dengan santainya ia malah duduk di depan Salsha dan menopang dagunya menatap gadis itu intens.
Salsha menghela nafasnya, ia menatap Aldi tajam, "Pulang lo!"
Tetapi Aldi sepertinya menulikan pendengarannya. Ia malah bersandar di kursi itu, "Bos kita ini makin dewasa kalo penampilannya seperti ini. Makin cantik."
"Kalo lo cuma mau ngacauin gue, mending lo pulang, deh. Gue masih punya banyak kerjaan." Salsha kemudian beralih menatap berkas di depannya.
"Kalo mau kerja ya kerja aja. Gue nggak bakal gangguin lo, kok." Aldi terkekeh. Ia menelisik semua ruangan Salsha ini. Hingga matanya terfokus pada sebuah bingkai di ujung sisi meja Salsha. Aldi meraihnya dan menatap bingkai itu dengan seksama. Aldi menaikkan sebelah alisnya saat melihat foto itu. Merasa terkesan dan juga mau senang.
"Lo masih simpan foto ini?" Aldi tersenyum lebar.
Salsha mengalihkan pandangannya ke arah Aldi. Ia merasa terkejut sekaligus malu saat Aldi melihatnya, "Apaan, sih. Balikin bingkainya," Salsha mencondongkan badannya di depan Aldi dan mencoba mengambil bingkai itu. Tetapi dengan gesit Aldi menghindarinya, "Balikin!"
Aldi malah mengangkat bingkai itu tinggi-tinggi, "Terharu gue, foto gue masih lo simpan."
"Nyebelin lo!" cetus Salsha, "Emang salah gitu kalo gue simpan. Lagian disitu gue cantik." Salsha kembali duduk dan memasang wajah cemberut.
Aldi terkekeh. Ia mengembalikan bingkai itu di tempat semula, "Gue juga ganteng disini. Kita serasi, yaa."
Salsha memasang wajah ingin muntah, kemudian mencibir, "Ngimpi!"
Aldi hanya menanggapinya dengan kekehan ringan. Ia pun meraih dompet di dalam saku dan membukanya. Ia mengeluarkan sebuah foto dari dompet itu, "Gue juga punya."
Salsha menatap foto itu. Foto itu di ambil saat akhir-akhir sebelum kelulusan. Salsha sangat itu, "Ini kenapa lo simpan?" tanya Salsha sembari meraih ponsel itu.
"Gue suka. Itu sumber penyemangat gue," kata Aldi sungguh-sungguh.
Salsha menaikkan sebelah alisnya, "Ini buat gue aja," katanya sembari memeluk foto itu.
"Nggak bisa gitu, dong," Aldi tak terima. "Itu sumber semangat gue."
"Alay," cibir Salsha. Ia memasukkan foto itu kedalam dompetnya.
"Lagian lo ngapain simpan foto gue. Takut kangen ya," ledek Aldi.
"Suka-suka gue lah. Ada foto gue kok disitu, bukan foto lo aja," ketus Salsha. "Udah deh, jangan ganggu gue."
Salsha berusaha menghiraukan Aldi. Ia kembali fokus terhadap berkas di hadapannya. Namun hanya sesaat, karena Aldi kembali berulah.
"Sals, lo masih marah ya sama gue?"
Salsha hanya diam.
"Sals, lo jangan ngilang-ngilang lagi dong."
Salsha hanya diam.
"Sals, gue nggak mau jauh-jauh dari lo." Aldi masih saja mencoba mengacaukan Salsha. Tetapi gadis itu tetap diam.
Akhirnya Aldi menarik rambut Salsha sedikit kuat. Ia juga menyentil kening gadis itu, "Lo dengarin gue nggak, sih."
"Berisik, Ald," Salsha mengeluh. Ia menatap Aldi kesal, "Pulang deh lo daripada bikin kacau."
"Yaah, malah di usir," Aldi merenggut, "Gue kan masih kangen sama lo."
"Kangen sama gue tapi mainnya sama Kezia. Lucu nggak, sih?" sindir Salsha.
"Baperan, cihh."
Salsha semakin kesal. Ia melemparkan pulpen kearah Aldi. "Diam atau gue panggil satpam buat usir lo," ancam Salsha.
Bukannya takut, Aldi malah terkekeh, "Bosan kali disini mulu. Keluar, yuk, cari makan. Gue laper."
"Gue banyak kerjaan. Pergi aja sendiri." Salsha menutup berkasnya dan menyimpannya. Salsha mengutuk Nayla yang sampai saat ini belum juga datang.