"Eh ada Aldi."
Salsha mengetuk kepalanya saat dengan polosnya Steffi mengatakan itu. Sedari tadi, Salsha mencoba menjaga jarak agar Aldi tak mengetahui keberadannya disini. Dan sekarang, Steffi dengan datarnya menyapa Aldi.
Aldi dan Kezia yang sedang bersanda gurau mendadak diam. Keduanya menatap Steffi yang tengah meletakkan mangkok bakso di mejanya. Kezia tersenyum senang karena niat jahatnya akan semakin berhasil sementara Aldi merasa tak enak hati. Karena baru tadi pagi menemui Salsha di butik dan sekarang ia sudah bersama Kezia.
"Kalian makan disini juga?" ntah mengapa, Steffi bertingkah menjadi sangat ramah.
"Bego, Step, bego." maki Salsha pelan.
"Apa? Lo ngomong apa?" tanya Steffi dengan polosnya.
Salsha hanya mampu menghela nafas pasrah dan mengaduk baksonya sedikit. Kemudian ia menambahkan cabe ke dalam mangkok bakso itu.
"Jangan banyak-banyak makan cabenya. Nanti lo sakit."
Tubuh Salsha sedikit menegang saat mendengar suara sok lembut gadis itu. Dan entah sejak kapan pula, Aldi dan Kezia sudah beralih duduk di meja mereka. Kezia yang berada di sampingnya sementara Aldi berada di depannya.
"Nggak papa 'kan kalo kita gabung disini?" lanjut Kezia lagi. Ia bermaksud memanas-manasi Salsha.
"Terserah. Ini tempat umum," balas Salsha. Ia kembali menuangkan tiga sendok cabe ke dalam baksonya. Kemudian mengaduk bakso itu. Merasa kurang puas, Salsha kembali menuangkan cabe itu lagi tapi dengan gesit Aldi menjauhkannya.
"Apa?" tanya Salsha. Ia ingin menarik tempat cabe tapi di halangi Aldi, "Lepas, ih.."
"Udah banyak. Nanti lo sakit perut." Aldi peduli. Ia meletakkan tempat cabe ke meja yang lain.
"Apa peduli lo?" kesal Salsha. Ia melirik Steffi yang kini tampak semangat melahap baksonya. Bahkan ia sudah tak peduli dengan keadaan sekitar. Benar-benar keterlaluan.
Sedangkan Kezia mendengus kesal. Aldi masih saja peduli kepada Salsha. Kezia tak menyukai itu. Ia ingin Aldi benar-benar menjauhi Salsha.
Salsha mulai fokus terhadap bakso di depannya. Ia sangat merasa lapar, ia belum sempat mencicipi apapun setelah makan siang bersama Aldi tadi.
Salsha sedikit merasa risih saat tiba-tiba saja Kezia tersedak dan Aldi yang begitu perhatian kepadanya. Lelaki itu meraih gelas dan menuangkan air kedalam gelas tersebut. Lantas memberikannya kepada Kezia.
Salsha sudah tak selera makan. Ia menghempaskan sendok dengan sedikit keras. Ia meraih lembar uang lima puluhan dari dalam saku dan meletakkannya di atas meja. Salsha berdiri, "Step, bayar nih. Gue pulang duluan."
Steffi yang masih asyik memakan baksonya mendadak diam. Ia mengernyit saat Salsha berlalu dari hadapannya. Dengan ekspresi bodohnya Steffi menatap Aldi dan Kezia bergantian lalu menepuk wajahnya, "Oon banget, gue." makinya.
Steffi menenguk air putih dan berdiri dari duduknya, "Bayarin, Ald. Gue pulang dulu."
***
Salsha hanya bisa mendengus kesal kala melihat Aldi memasuki ruangannya. Salsha hanya tak habis pikir, untuk apa lagi lelaki itu menemuinya jika ia sudah memiliki Kezia. Untuk apa mencari yang lain lagi jika Kezia saja sudah lebih dari cukup.
"Ngapain lagi, sih, Ald, kesini? Nggak bosan, ya?" tanya Salsha saat Aldi sudah duduk di depan.
"Udah jam makan siang. Tapi lo masih aja kerja." Aldi meletakkan sebuah plastik di depan Salsha, "Gue bawain makan siang sama lo."
Salsha tak ingin munafik atau jual mahal. Ia meraih plastik itu dan membukanya. Ia memang sangat lapar sekarang, "Makasih. Pintu luar di sebelah sana kalo lo mau pergi. Udah nggak ada urusan lagi, kan?"
Aldi membelalakkan matanya melihat respon cuek Salsha, "Sha, lo kenapa lagi, sih? Gara-gara tadi malam? Kezia, iya?"
Salsha yang ingin menyantap chicken wings yang di bawa Aldi mendadak diam. Mendengar nama gadis itu membuat nafsu makan Salsha menguap, "Nggak usah sok tau. Dan jangan sebut nama dia lagi di depan gue."
"Oke!" jawab Aldi, "Makan, dong."
Salsha menolak, "Kenapa belum keluar?"
"Lo ngusir gue?" tanya Aldi, "Segitu doang? Gue udah beliin lo makanan kesukaan lo. Dan lo malah ngusir gue?"
Salsha menggeser bekal itu menjauhinya. Ia melipat kedua tangannya di depan meja dan menatap Aldi sembari memutar bola matanya, "Tujuan utama lo ngasih makan ke gue apa?"
"Maksud lo apasih. Gue cuma mau perhatian doang sama lo." Aldi menyandarkan tubuhnya.
"Lo aneh!" cibir Salsha, "Gue suruh keluar lo nggak mau. Gue suruh lo jujur kenapa datang kesini juga nggak mau. To the point, aja, mau lo apa?"
Aldi menggaruk tengkuknya, "Gue masih berharap lo mau dinner di rumah gue," Aldi berkata dengan hati-hati, "Mama nanyain mulu. Gue nggak tahu jawab apa."
Salsha menghela nafas jengah. Sudah menduga akan mendengar kalimat itu lagi. Salsha menarik kembali bekal itu dan memakan isinya, "Yaudah gue mau dinner di rumah lo?"
"Seriusan?" Aldi segera menegakkan badanya. Matanya menatap Salsha dengan binar, "Seriusan mau kan?"
Salsha menghendikkan bahunya acuh, "Iya. Tapi dengan satu syarat."
"Apa?" tanya Aldi dengan semangat.
"Lo harus bisa jamin Mama lo nggak bakal maki gue lagi."
"Gue jamin!" jawab Aldi, "Mama nggak bakal kayak gitu lagi. Kalo pun Mama gitu, gue yang selalu belain lo."
"Ok!" Salsha melanjutkan makannya. Tak peduli lagi dengan apa yang Aldi lakukan di depannya. Ia hanya perlu makan dan menghilangkan kegugupannya nanti malam dengan Mantan calon mertua.
Salsha mengernyit bingung saat Aldi masih belum pergi dari hadapannya. Lelaki itu malah menatap Salsha dengan intens. Salsha menghentikan makannya, "Ngapain masih disini? Pergi lo!" usir Salsha.
"Yee, udah kenyang aja belagu," cibir Aldi.
"Suka-suka gue, lah," cetus Salsha, "Pulang atau gue nggak mau ke rumah lo!"
"Main ngancem ternyata," Aldi geleng-geleng. Tapi tak urung ia juga bangkit, "Gue jemput jam 7. Dandan yang cantik, yaa."
Salsha hanya terkekeh kecil saat Aldi keluar dari ruangannya. Ia menghela nafas panjangnya. Menyiapkan stok kesabaran dan mental yang kuat untuk menemui Mellina.
***
"Lo yakin?" tanya Steffi sembari memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya. Ia sedang tengkurap di kasur dan menggelengkan kepalanya saat melihat Salsha tengah berkutat di depan cermin.
Salsha hanya berdehem singkat. Ia mencoba satu persatu gaun yang sekiranya cocok untuk ia kenakan bertemu dengan Mama Aldi. Ada beberapa pilihan gaun, tetapi Salsha merasa tak cocok memakainya. Gaunnya juga sudah terlihat usang.
"Segitunya banget," sindir Steffi sembari turun dari kasurnya. Ia menghampiri Salsha dan berdiri di samping gadis itu, "Nggak usah ribet, la. Belum tentu lo di terima," kekehnya.
Salsha memutar bola matanya malas, "Kalo nggak mau bantu nggak usah nyinyir."
Steffi semakin terkekeh. Ia mencari gaun di lemari Salsha dan meraih gaun berwarna hitam, "Pake ini aja."
"Gelap amat." komentar Salsha.