Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi, tapi Salsha sudah berpakain rapi. Ia memakai baju casuel dan high heels. Ia juga memoleskan wajahnya dengan make up tipis. Salsha tersenyum memperhatikan penampilannya. Kini ia sudah berubah menjadi gadis yang lebih dewasa berbeda dengan penampilannya dulu saat masih berstatus pelajar.
Salsha meraih tas selempang dan menentengnya. Dengan langkah semangat Salsha keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga satu persatu dan membuka pintu rumahnya.
Salsha terperanjat kaget saat melihat Aldi sedang tidur di kursi teras rumahnya. Lelaki itu masih menggunakan setelan baju tidur. Dengan pelan, Salsha keluar dari rumahnya, ia mengunci pintu dengan pelan agar tidak membangunkan Aldi.
Salsha bingung harus melakukan apa, membangunkan lelaki itu atau pergi sendiri. Salsha hanya ingin menghindari interaksi dengan Aldi.
Sudah lebih seminggu, Salsha selalu menghindari Aldi. Setiap pagi, ia selalu berangkat pagi-pagi ke butik dan menghabiskan waktunya disana. Ia ingin menghilangkan Aldi dari hati dan pikirannya. Salsha baru pulang ke rumah pukul 10 malam.
Pernah sekali, Salsha pulang kerumah jam 8 malam. Dan ia melihat Aldi yang sedang duduk di teras rumahnya. Salsha tak berani mendekat, ia malah menunggu Aldi di dalam mobilnya. Sampai akhirnya lelaki itu lelah dan pulang, barulah Salsha masuk ke rumah.
Dan ini, pagi-pagi sekali Aldi sudah berada di rumahnya. Salsha terharu, ia yakin Aldi sengaja melakukan itu. Salsha melangkahkan kakinya pelan dan duduk di kursi samping Aldi. Tangan Salsha tergerak untuk menggeser rambut yang menutupi wajah lelaki itu. Salsha tertegun, jika melihat dari dekat wajah Aldi jauh lebih tampan.
Salsha menepis airmatanya yang sempat menetes. Seminggu tak bertemu dengan Aldi membuatnya rindu. Bahkan saat ini, Salsha ingin memeluk erat Aldi. Tapi ia tak akan melakukan itu. Ia tak ingin terlihat lemah dan terlihat membutuhkan Aldi. Dengan cara seperti ini, Salsha ingin Aldi memilih antara dirinya dan juga Kezia.
Salsha menghembuskan nafas kasarnya. Tangannya menepuk bahu Aldi dengan pelan, berusaha membangunkan lelaki itu.
Aldi terusik, ia membuka matanya. Di sampingnya sudah ada Salsha dengan pakaian rapinya. Aldi mengucek matanya, takut jika ia hanya bermimpi. Namun gadis di depannya itu memang Salsha.
"Jam berapa ini?" tanya Aldi dengan suara seraknya.
"Jam 7," Salsha berkata dengan cuek, "Ngapain disini?"
"Lo mau kemana?" Tanya Aldi. Ia tak menjawab pertanyaan Salsha tadi. Ia malah menelisik penampilan Salsha dari atas sampai bawah. Aldi tertegun, Salsha tampil sangat elegan dan cantik. Berbeda dari Salsha yang sebelumnya.
"Mau pergi, lah. Lo dari jam berapa disini? Masih pake baju tidur aja."
Aldi melihat penampilannya. Saat terbangun pukul dua pagi, Aldi memutuskan untuk mendatangi rumah Salsha. Untunglah, pagar rumah itu tak terkunci, memudahkan Aldi untuk masuk ke terasnya.
"Jam 2." jawabnya sembari menguap.
"Pulang deh, lo," Salsha berdiri dan merapikan bajunya, "Gue mau pergi."
Aldi mencekal lengan Salsha lembut, "Gue anter. Lo mau kemana?"
"Gak perlu, gue bisa sendiri."
"Angkutan umum jam segini bakal susah," Aldi menarik tangan Salsha ke mobilnya terparkir.
"Nggak perlu," Salsha melepaskan lengannya dari tangan Aldi, "Gue udah punya ini!" Salsha memperlihatkan kunci mobil.
"Sejak kapan?" Alis Aldi terangkat. Sebelumnya Salsha tak pergi pergi menggunakan mobil sendiri.
"Sejak gue hidup sebatang kara," jawab Salsha ngasal. Ia masuk ke dalam mobilnya dan memanaskan mesin mobil itu. Salsha menatap Aldi, "Gue nggak perlu lo lagi. Gue udah punya kesibukan sendiri."
Aldi mengusap wajahnya, Salsha begitu keras kepala, "Salahnya apa lagi, sih? Kenapa lo jadi gini?"
"Gini gimana?" Salsha balik bertanya, "Gue cuma nyari kesibukan lain daripada harus sama lo mulu. Kezia udah cukup jadi beban sama lo, gue nggak mau lagi."
Memang, hampir dua bulan Salsha berada di Indo, Salsha selalu ikut dengan Aldi. Seolah ia ketergantungan dengan lelaki itu. Sekarang Salsha sudah tak mau lagi. Ia ingin mandiri.
Lo ngomong apa, sih," Aldi tak terima, "Lo mau kemana, kasih tau gue," desak Aldi.
"Kemana pun gue bukan urusan lo. Sekarang mundurin mobil lo, gue mau lewat."
Aldi seolah menulikan pendengarannya. Ia tetap berdiri di samping mobil Salsha, enggan menggeser mobilnya yang menghaligi mobil milik Salsha pergi.
Salsha mengklakson mobilnya berulang kali. Ia juga menatap Aldi tajam, "Mundurin!" teriaknya.
"Kasih tau dulu lo mau kemana?" Aldi masih bersikeras.
Salsha menghela nafasnya. Sudah lelah menghadapi tingkah Aldi, "Mundurin, atau lo nggak akan bisa ketemu gue lagi."
Ancaman Salsha itu membuahkan hasil. Dengan langkah malas, Aldi masuk kedalam mobilnya dan memundurkan mobil itu, memberikan ruang untuk Salsha pergi. Tentunya dengan perasaan yang tidak rela.
Aldi mengepalkan tangannya saat mobil Salsha berlalu begitu saja. Sekarang Aldi tak mau kehilangan Salsha lagi, ia akan mengikuti Salsha dan tahu kemana gadis itu pergi.
Dengan kecepatan di bawah rata-rata Aldi mengemudikan mobilnya. Mencoba sebisa mungkin tetap berada di bekalang mobil Salsha. Ia tak akan mau kehilangan jejak gadis itu. Cukup seminggu Salsha membuatnya uring-uringan.
Sementara Salsha tampak santai mengemudikan mobilnya. Sesekali ia menyelinap di samping beberapa mobil yang lewat. Pikirannya masih di penuhi oleh Aldi. Lelaki itu yang tiba-tiba datang dan mengacaukan semaunya. Awalnya, Salsha hanya perlu beberapa hari lagi menghindari Aldi dan semuakan akan kembali ke sedia kala. Tapi, karena kembali berinteraksi dengan Aldi membuat Salsha harus lebih lama lagi menghindar.
Selama seminggu ini Salsha fokus di butik dan juga fokus untuk melupakan Aldi. Salsha rasa, ia hanya tertekan dengan perasaannya dan berakhir ia selalu baper. Andai ia bisa menahan perasaannya, hubungannya dan Aldi tak akan seperti ini.
Salsha menatap ke belakang melalui kaca spion. Ia membelakkan matanya kala melihat mobil Aldi tepat di belakangnya. Salsha pikir, Aldi akan langsung pulang kerumahnya. Salsha salah, Aldi mengikutinya.
"Shitt! Ngapain dia ngikutin gue?"
Salsha belum siap jika Aldi tahu dimana dia bekerja. Karena jika Aldi tahu, lelaki itu pasti selalu mengerecokinya. Makanya, sebisa mungkin Salsha menghindar.
Salsha kembali fokus terhadap jalanan di depannya seraya sesekali matanya mengawasi mobil Aldi. Tinggal satu belokan lagi dan ia akan sampai ke butiknya. Salsha menambah kecepatannya dan berusaha lari dari Aldi. Salsha berdoa dalam hati semoga tak terjadi apa-apa. Salsha belum terlalu mahir mengemudikan motor.
Akhirnya gadis itu bernafas lega saat tak melihat Aldi di belakangnya lagi. Salsha berhenti dan menunggu sejenak. Dalam hati ia juga meminta maaf kepada Aldi karena melakukan ini. Ia memutar balik motornya dan kembali menuju butik.
Salsha memarkirkan mobilnya di depan sebuah butik yang sangat besar. Salsha memasuki butik itu dan menyapa beberapa karyawan yang melintas di depannya. Salsha tersenyum ramah kepada mereka. Rata-rata karwayannya berumur tak jauh berbeda darinya.
Salsha melangkah ke lantai dua, dimana ruangannya berada. Disini, ia hanya perlu mendesign sebuah baju dan mengecek beberapa laporan keuangan. Ia masih belum mengetahui seluk-beluk butik ini. Helen juga masih sering datang kesini untuk sekedar mengecek. Ia sudah memberikan mandat sepenuhnya kepada Salsha.
Salsha memasuki ruangannya. Ia membuka blazer yang sempat ia pakai dan mengantungnya di kursi miliknya. Salsha duduk di kursi itu dan meletakkan tasnya di meja.
Salsha menghembuskan nafas kasarnya. Pikirannya sedang kacau. Ia tak mungkin menggambar jika dalam keadaan seperti ini. Salsha meraih bingkai foto di ujung mejanya. Fotonya itu ada foto dirinya dan Aldi saat kelulusan SMA. Salsha tersenyum miris menatap foto itu.
Aldi adalah Pacar pertama Salsha dan secara tidak langsung Aldi juganya cinta pertamanya. Salsha sempat tertawa memikirkan ulahnya, ia ingin cepat melupakan Aldi tetapi ia masih saja menyimpan foto lelaki itu.
Kata Salsha foto Aldi itu sebagai penyemangatnya. Setelah melihat foto itu, Salsha akan semakin semangat mendesign baju.
"Gimana caranya biar gue bisa lupain lo?" Salsha bermonolog sembari mengusap foto Aldi, "Lo senang banget, sih bikin gue sedih kayak gini. Salah gue apa coba."
Salsha masih saja mengusap foto Aldi itu tanpa sadar jika Steffi sudah berada di depannya. Gadis itu duduk di depan meja Salsha sembari tersenyum remeh.
"Gimana bisa lupain Aldi kalo lo gitu mulu?" komentarnya sembari menarik sebelah sudut bibirnya ke atas.