"Lo mau ngasih apa sama mama lo?" tanya Aldi saat mereka berdua tengah memutari mall.
Kezia dengan sengaja memegang tangan Aldi, berusaha terlihat mesra dengan Aldi. Aldi pun seperti tak peduli, terbukti ia tetap diam meski Kezia memegang tangannya.
"Belum tau, sih," Kezia mengedarkan pandangannya, menelisik ke toko-toko mencari kado yang pas untuk Mamanya, "Menurut lo gue harus ngasih apa?"
"Barang kesukaan Mama lo apa?" tanyak Aldi lagi.
Kezia berhenti berjalan. Wajahnya menunduk sedih. Aldi pun ikut berhenti, ia mengernyitkan keningnya bingung melihat respon Kezia, "Kenapa?"
"Gue nggak tau apa kesukaan Mama. Gue 'kan nggak dekat sama Mama."
Aldi menghela nafasnya. Ia mengangkat wajah Kezia dan tersenyum kearahnya, "Nggak usah sedih. Semoga aja, dengan ini lo sama Mama lo bisa dekat."
Kezia mengangguk lesu, ia masih terlihat bersedih, "Iyaa."
"Nggah usah sedih, dong," hibur Aldi. Ia mengangkat kedua pipi Kezia berbentuk senyum, "Senyum. Lo lebih cantik kalo senyum."
Perlahan senyum Kezia mulai terbit dengan sempurna. Aldi mengacak rambut Kezia, "Gitu dong. Jadi sekarang kita keliling lagi nyari kado sama Mama lo?"
Kezia mengangguk setuju. Ia kembali menggamit lengan Aldi dan berjalan beriringan mengitari mall.
Aldi dan Kezia masuk ke sebuah toko tas-tas branded. Kezia ingin membelikan kado tas kepada Mamanya. Kezia menelisik satu-satu tas-tas mewah itu. Mencari tas yang sekiranya pas untuk Mamanya.
"Jadi yang mana, nih?" tanya Aldi mulai bosan. Sudah hampir satu jam mereka mencari tas.
"Nggak tau," Kezia tertunduk lesu lagi, "Menurut lo yang mana, nih?"
Aldi terkekeh geli, "Mana gue tahu. Menurut lo yang sekiranya pas aja deh."
Kezia menimbang-nimbang sejenak. Merasa tak suka dengan tas itu, "Kita ke toko sepatu aja, deh. Yuk." ajak Kezia. Ia menarik tangan untuk keluar dari toko tas itu.
Aldi menghela nafas lelah. Merasa bosan menemani gadis itu belanja. Aldi mulai merasa sedikit menyesal menemani gadis itu. Jika tahu begitu, Aldi lebih memilih pergi ke pantai dan bermesraan dengan Salsha.
Kezia melepaskan tangannya dari lengan Aldi, dan mulai sibuk memilik sepatu untuk Mamanya. Aldi kembali menghela nafasnya. Daripada Aldi capek memutari seluruh toko itu, ia memutuskan untuk menunggu Kezia di depan toko tersebut.
****
"Kasihan lo di php-in sama Aldi lagi." ledek Iqbaal sembari merapikan pakaiannya. Sementara Salsha mendengus kesal. Ia kira dengan mengajak Iqbaal keluar bisa membuat pikirannya lebih tenang. Salsha tahu Iqbaal adalah sosok yang lebih dewasa dari semua teman-temannya. Lelaki itu juga sering memberikan nasehat yang baik untuk dirinya. Tapi sekarang, bukannya membuat pikirannya lebih tenang, Iqbaal malah membuatnya semakin kesal.
Salsha mencebik kesal, "Diam deh, lo. Kalo emang lo gak ikhlas nemanin gue jalan. Pulang sama lo!"
Salsha menghentakkan kakinya kesal, ia berjalan mendului Iqbaal. Saat ini keduanya tengah berada di mall.
Iqbaal terkekeh melihat tingkah Salsha. Iqbaal berusaha paham, siapa juga yang mau di posisi Salsha sekarang. Iqbaal mempercepat langkahnya menyusul Salsha, "Lo yakin gitu Aldi nggak bohongin lo lagi?"
Salsha menghela nafasnya, ia menghentikan langkahnya, menatap Iqbaal dengan tajam, "Mau lo apasih? Panas-panasin gue?"
Iqbaal semakin terkekeh, ia ingin mengerjai Salsha dan membuat gadis itu semakin kesal, "Bisa aja Aldi lagi berduaan sama Kezia sekarang. Bukan malah ngampus."
Salsha menggeleng, ia yakin Aldi tak seperti itu. Ia yakin Aldi sudah berubah. Salsha mengedarkan pandangannya ke samping menatap lurus di belakang Iqbaal. Salsha hampir tak percaya, orang yang lagi mereka bicarakan ada di mall ini.
"Lo benar, Baal. Dia bohongin gue," ujar Salsha pelan. Ia menundukkan kepalanya.
"Maksud lo apa?" Iqbaal gelagapan. Ia hanya becanda mengatakan itu kepada Salsha, "Gue cuma becanda, kali."
Salsha kembali mengangkat wajahnya. Berusaha tersenyum dan terlihat biasa saja, "Tapi dia memang ada disini," Salsha menunjuk keberadaan Aldi dengan dagunya, "Tuh."
Iqbaal memutar badannya sembilan puluh derajat dan terkejut melihat Aldi tengah berada di depan toko sepatu wanita sembari memainkan ponselnya. Iqbaal kembali menatap Salsha, "Gue tadi tuh cuma becanda."
"Sekarang mari kita buktiin dia bareng Kezia apa nggak," Salsha menyeret lengan Iqbaal untuk menemui Aldi.
"Sal, nggak usah deh, kita nyari makan aja," desak Iqbaal. Ia tak ingin membuat Salsha kembali terluka. Ia juga mengutuk Aldi yang terlalu plin-plan menentukan pilihan.
Salsha menatap Iqbaal tajam, "Diam deh, lo." Salsha kembali menyeret lengan Iqbaal.
Kini Iqbaal dan Salsha sudah berada di depan Aldi, tetapi lelaki itu belum sadar karena ia asyik memainkan ponselnya. Salsha menyunggingkan senyum sinisnya, "Sejak kapan kampus kamu ada di mall ini, Ald?"
Aldi mendongakkan wajahnya, ia terkejut saat menemui Salsha dan Iqbaal ada di depannya. Walau sedikit bingung kenapa mereka bisa bersama, tapi yang sekarang ada di pikiran Aldi adalah perasaan takut karena Salsha bisa ada disini.
"Kamu ketemu sama dosen disini? Di mall ini?" sinis Salsha. Ia mati-matian menekan rasa sakitnya. Sementara Iqbaal hanya diam sembari menatap dingin ke arah Aldi.
Aldi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ntah apalagi alasan yang akan Aldi berikan, yang pasti ia terjepit ada di situasi seperti ini.
"Jadi, tadi pertemuannya cuma sebentar. Habis itu aku kesini sendiri," Aldi memutar otaknya dan itulah alasan yang ia bisa ia berikan.
Salsha manggut-manggut, walaupun tak yakin dengan alasan Aldi. Biarpun Salsha tak tahu bagaimana seluk-beluk masalah kuliah, tapi Salsha yakin Aldi tengah berbohong, "Sama siapa kesini?"
"Sendiri, Sha," jawab Aldi.
Salsha menatap toko sepatu branded di belakang Aldi, ia mengernyitkan dahinya, "Kamu sendiri di depan toko sepatu?"
"Iyalah, sendiri. Sama siapa lagi coba!" tangkas Aldi gelagapan sambil berdoa di dalam hati agar Kezia tak keluar.
Salsha mengedarkan kepalanya ke dalam toko, ia yakin Aldi saat ini sedang bersama Kezia. Dan ternyata betul, Salsha melihat Kezia yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. Salsha tersenyum miring. Hatinya tentu saja sakit. Tapi ia tak ingin menampakkannya di depan Aldi.
"Sendiri atau sama Kezia?" pancing Salsha.
"Sendiri, Sha. Kamu nggak percaya sama aku?"
Sehubungan dengan Aldi yang selesai mengatakan itu, Kezia datang dan berdiri di samping Aldi, "Ald, gue udah nemu sepatunya," Kezia menatap ke arah Salsha dan Iqbaal terkejut. Namun di dalam hati ia tertawa senang, "Ada kalian ternyata."
"Iya!" sahut Iqbaal cuek. Sedangkan Salsha tak menanggapi.
Aldi semakin mati kutu, ia menatap Kezia dengan senyum canggungnya, bahkan untuk menatap Salsha pun Aldi sudah tak bisa. Ia malu.
"Ternyata nggak sendiri," sindir Salsha. Ia menatap sinis Aldi, "Nggak sendiri 'kan, Ald?"
Aldi hanya diam, menunduk malu. Ia berada di posisi serba salah.
Kezia tersenyum, ia memegang lengan Salsha, "Maaf ya, Sha. Gara-gara gue lo sama Aldi nggak jadi ke pantai. Padahal tadi gue udah bilang sama Aldi nggak usah temanin gue, tapi Aldinya tetap ngotot."
Satu fakta lagi yang baru Salsha tau. Ia berusaha menampilkan senyum tipisnya, "Ah iyaa, nggak papa, kok. Santai aja. Aldi kan 'punya' lo bukan punya gue lagi."
Ntah apa yang Salsha maksud dengan menekankan kata Punya di kalimatnya. Yang pasti Aldi tau, jika Salsha sangat kecewa atas apa yang ia lakukan.
"Gue mau makan siang sama Aldi. Kalian mau ikut?" tawar Kezia.
Salsha hendak menjawab tetapi Iqbaal lebih dulu mengeluarkan suaranya, "Kita nggak ikut. Gue masih ada urusan sama Salsha. Kita permisi."
Salsha menatap Aldi dengan pandangan kecewa, Iqbaal langsung membalikkan badan Salsha dan menuntunnya untuk menjauhi Aldi.
Kezia tertawa dalam hati, idenya belum ia realisasikan, tetapi Aldi dan Salsha sudah tak baik. Kezia semakin yakin untuk menjalankan ide tersebut. Membuat hubungan Aldi dan Salsha berantakan dan tak ada kata damai. Sedangkan Aldi menatap Salsha dengan tatapan yang sulit di artikan.
Salsha menutup pintu mobil dengan keras. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Badannya bergetar tak taruan. Ada rasa sakit tersendiri yang ia rasakan saat di perlakukan seperti itu. Ia merasa di beri harapan palsu dan di beri kebahagiaan sejenak.
Sedangkan Iqbaal berdiri di samping mobil, matanya terarah ke pintu masuk mall itu. Berharap Aldi datang dan lebih memilih Salsha. Namun sayang, lima menit sudah Iqbaal berdiri, tanda-tanda kehadiran Aldi pun tak ada.
Iqbaal menghela nafasnya. Tak tega Salsha selalu di perlakukan seperti. Ia masih merasa bersalah tentang semua yang Salsha rasakan. Karena dirinya lah, Aldi dan Salsha di pertemukan dengan hubungan yang begitu rumit.
Iqbaal masuk ke dalam mobilnya. Menatap Salsha dengan sedih. Ia tak berani menganggu gadis itu. Biarkan Salsha berperang dengan pikirannya sendiri. Iqbaal menyalakan mesin mobilnya dan berlalu dari tempat itu.
****