Di samping mobil Aldi, Salsha berbisik di telinga Kezia yang semakin membuat gadis itu geram, "Saatnya gue yang punya waktu berduaan sama Aldi. Jauh-jauh deh lo."
Kezia mengepalkan tangannya sedangkan Salsha mengibaskan rambutnya ke arah Kezia. Salsha membuka pintu mobil Aldi dan duduk di samping Aldi sebelum menutup kembali pintu itu Salsha memeletkan lidahnya ke arah Kezia.
Setelah Salsha masuk kedalam mobilnya, Aldi mulai menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Salsha.
"Kenapa dari tadi diam aja sih, Sha. Kamu nggak suka suasananya ya?" tanya Aldi.
Salsha yang semula melihat keluar mencela yang mengalihkan pandangannya ke arah Aldi. Salsha mengernyitkan keningnya, merasa ada yang salah dari ucapan Aldi.
"Lo bilang apa tadi? Coba ulangi?"
Aldi masih fokus ke jalan di depannya, membelah luasnya kota jakarta, "Kenapa? Aku kan cuma nanyak kok kamu diam aja tadi."
"Ah iyaa," Salsha sudah tahu dimana letak kesalahannya, "Sejak kapan lo pake aku-kamu bicara sama gue?"
"Salah ya?" Aldi menatap Salsha sekilas, " Pengen aja gitu kita kelihatan dekat lagi. Kalo pake aku-kamu kan lebih enak di dengar. Pas kamu balik dari Italia juga kita pake aku-kamu, cuma karena masalah kemaren aja makanya pake lo-gue."
Salsha menggaruk rambutnya yang tak gatal. Ia merasa lo-gue ataupun aku-kamu sama saja. Ada yang aneh dari sikap Aldi hari ini.
"Oke, terserah sih." Salsha bersikap acuh.
"Trus kenapa pertanyaan aku tadi nggak di jawab? Kenapa kamu diam aja tadi pas ada Kezia?"
Salsha menghela nafasnya, "Trus maunya gue, eh sorry, aku harus gimana? Kalian bahasnya kuliah sedangkan aku nggak kuliah kan?"
Aldi tersenyum lembut menatap Salsha membuat hati gadis itu berdesir, "Maaf, yaa."
"Kamu juga tadi nyuekin aku kan? Mentang-mentang ada Kezia. Aku paham, sih."
"Sok tahu kamu," tangan Aldi bergerak menoel hidung Salsha, "Sok tau kamu. Kalo aku lupa diri mentang-mentang ada Kezia nggak mungkin lah aku nganterin Kezia duluan sedangkan rumah aku dan dia searah dan rumah kamu lain arah. Harusnya aku nganterin kamu duluan kan?"
Ah iyaa, Salsha baru tahu jika rumahnya berlainan arah dengan Aldi. Harusnya, Aldi mengantarnya lebih dulu, "Iya, kenapa nggak nganterin aku duluan?"
"Ada dua alasan, sih."
Salsha mengernyit, "Apa?"
"Pertama, aku masih mau kangen sama kamu," sebelah tangan Aldi fokus menyetir dan sebelah tangannya lagi tergerak untuk memegang tangan Salsha. Menggenggamnya, "Kedua, aku nggak mau kamu kepikiran aku sama Kezia di rumah. Takutnya kamu nggak tenang karena mikirin macem-macem."
Salsha specchless mendengar ucapan Ald itu. Salsha tertawa keras kemudian mengacak kasar rambut Aldi.
Aldi mengernyit melihat tawa Salsha, ia merasa senang bisa membuat Salsha tertawa tetapi ia juga heran, "Kenapa ketawa?"
Salsha berusaha mengentikan tawanya kemudian menjawab, "Pertama, kenapa kamu bisa berpikiran aku bakalan nggak tenang dirumah? Dan kedua, aku geli aja gitu dengar kamu pake ngomong pake aku-kamu. Lucu." Salsha melanjutkan tawanya.
Aldi melepas genggamannya dari tangan Salsha kemudian memutar setir ke arah kanan, menuju rumah Salsha. Setelah itu, tangannya terulur untuk mengusap pipi kanan Salsha lembut.
"Aku cuma mau jaga perasaan kamu. Dan soal aku-kamu itu, itukan sopan, dan biar nanti pas kita udah nikah udah terbiasa pake aku-kamu."
"Kalo udah nikah panggilannya bukan aku-kamu lah tapi sayang, cintah, abi-umi mungkin atau kanda-dinda," setelah mengucapkan itu Salsha kembali tertawa keras. Menurutnya pembahasan ini betul-betul lucu.
Aldi menikmati tawa Salsha itu, ia merasa bahagia karena bisa membuat gadis itu tertawa. Aldi bertekad di dalam hatinya akan selalu membuat tawa itu di wajah Salsha dan tak akan membiarkan siapapun menyakiti hati Salsha.
Aldi kembali mengusap pipi Salsha membuat gadis itu terkesiap dan baru sadar atas apa yang ia katakan. Salsha terdiam sembari mengusap rambutnya. Ia malu.
"Aku ngomong apa ya, tadi?"
Aldi terkekeh, "Kamu nggak sadar?"
Salsha menggeleng fokus, "Nggak. Lucu ya?"
Aldi semakin tertawa, ia mengacak rambut Salsha. Ia gemas, "Kamu bilang kamu mau jadi istri aku."
Salsha tertawa, "Ngaco, ahh." Ia meninju pelan bahu Aldi.
Aku bisa jamin, Sha, kalo kamu yang bakalan jadi istri aku kelak. Hati aku udah berlabu sepenuhnya sama kamu. Batin Aldi.
*****
Kezia mondar-mandir di rumahnya, ia tak bisa tenang mengingat Aldi dan Salsha yang saat ini sedang berduaan di dalam mobil. Ia terlalu menyepelekan Salsha. Ia pikir, setelah drama yang ia buat di dapur waktu itu, hubungan keduanya akan memburuk tapi yang ada hubungannya dengan Aldi la yang telah memburuk.
Kezia tak menyangka jika perasaan Aldi sebegitu dalamnya kepada Salsha. Ia bisa melihatnya lewat pandangan mata Aldi, saat mata teduh itu menatap Salsha lembut. Kezia cemburu, tentu saja. Ia yang selama dua tahun belakangan ini ada di samping Aldi, menjadi satu-satunya gadis yang mengisi hari-hari lelaki itu. Menjadi prioritas Aldi, apapun yang Kezia minta selalu Aldo turutin. Tapi sekarang, dengan mudahnya Salsha merebut itu semua. Membuat ia tak lagi menjadi prioritas Aldi.
Kezia mengepalkan tanganya. Secepatnya, ia akan mengusir Salsha dari kehidupan Aldi. Membuat lelaki itu tak bisa menolak dirinya Aldi.
Dara yang sedang membaca majalah itu terkekeh melihat tingkah Kezia. Ia menutup majalahnya dan menghampiri sahabatnya, "Itu artinya lo harus mundur secara teratur. Lo sendiri kan yang bilang ke gue kalo Aldi cinta mati sama mantannya itu."
Kezia mendengus, curhat kepada Dara ternyata buka jalan yang terbaik, gadis itu malah menyuruhnya mundur, yang benar saja. Bahkan sampai mati pun Kezia tak akan mundur untuk mendapatkan hati Aldi. Salsha bukan apa-apa baginya dan tidak akan menjadi halangan untuknya mendapatkan hati Aldi.
"Gila aja lo. Harusnya lo mikirin cara biar Aldi jadi baik lagi ke gue, nurutin gue. Bukannya malah gitu. Lo sahabat gue bukan sih?"
Dara terbahak, segitu cintanya Kezia kepada Aldi, "Gue punya ide, kok. Ide yang bikin Aldi bertekuk lutut sama lo."
Tania mengernyitkan keningnya. Ide apa yang akan Dara brrikan kepadanya. "Ide?"
Dara tersenyum penuh arti dan langsung mendekatkan bibirnya ke telinga Kezia dan mulai berbisik. Dara sudah memikirkan ide ini lama. Mungkin akan terdengar tidak masuk akal, tetapi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, memang membutuhkan cara cara yang tidak masuk akal kan.
Setelah mengusulkan niat jahatnya, Dara pun menjauhkan wakahnya dari Kezia dan bertanya. "Gimana? Ide gue bagus kan?"
Kezia menganggukkan kepalanya. "Not bad. Gue akan coba cara lo itu kalo gue udah kepepet banget. Dan gue yakin dengan cara itu, Aldi akan jadi milik gue. Dia nggak akan ingat sama Salsha lagi. Dan gue nggak sabar untuk nunggu momen itu."