Chereads / I Love You, Salsha! / Chapter 18 - Chapter 17

Chapter 18 - Chapter 17

Kini Aldi dan Salsha sudah berada di ruang tengah. Tadi setelah acara suap-suapan selesai, Salsha mencuci piring sementara Aldi hanya memperhatikan Salsha sembari terkekeh membayangkan jika mereka sudah menikah kelak.

Aldi duduk di samping Salsha yang kini sedang memainkan ponselnya. Aldi menghembuskan nafasnya lelah, merasa bosan, "Keluar, yuk. Aku kesini tadi mau ngajak kamu keluar."

Salsha berhenti memainkan ponselnya, ia meletakkan benda persegi itu di atas meja, "Panas, ah. Mending di rumah aja."

"Tap-"

"Nggak penting dimana pun itu, yang penting itu sama siapa. Selagi sama aku, pasti kamu bakal senang," potong Salsha sembari mengedipkan matanya.

Aldi terkekeh, ia menarik wajah Salsha dan membawanya ke keteknya. Salsha meronta, ia tak suka di buat seperti itu. Ia mencubit perut Aldi dan menjauhkan wajahnya.

"Jijik, ih. Jorok banget."

Aldi hanya terkekeh, tangannya terulur untuk mengacak rambut Salsha, "Trus disini kita mau ngapain?"

Salsha menampilkan wajah seriusnya, ia juga mengetukkan jarinya di dahinya, "Ngapain, ya?"

Aldi menoyor kepala Salsha tampak gemas, "Nggak usah pasang muka serius, gitu. Jelek!"

Salsha tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi, "Nonton aja, yuk. Nonton Dilan."

Tanpa menunggu persetujuan Aldi, Salsha menyalakan dvd film Dilan yang ia beli beberapa waktu lalu. Setelah memasangnya, Salsha kembali duduk di sofa samping Aldi. Salsha sengaja menyandarkan kepalanya di bahu Aldi.

Melihat kepala Salsha bertengger di bahunya Aldi terkekeh, ia merangkul bahu Salsha dengan tangannya. Film pun di mulai. Menampilkan sosok Dilan yang sedang meramal Milea, Salsha terkekeh.

Sampai di pertengahan, Salsha senyum-senyum sendiri membayangkan sosok Dilan, Milea begitu beruntung.

Sedangkan Aldi tak begitu menyukai film itu. Ia lebih suka melihat mimik wajah Salsha yang berubah-ubah sembari sesekali memciumi puncak kepala Salsha.

Tak terasa film Dilan telah berakhir, Salsha masih menampakkan senyum malu-malunya, membuat Aldi gemas dan mencubit kedua pipi Salsha.

Salsha menggeruti, "Apaan, sih. Sakit tau."

"Baperan dasar. Pasti lihat itu doang udah baper kan?"

Masih dengan senyum malu-malu Salsha menjawab, "Andai Dilan ada di kehidupan nyata. Pasti aku udah senang banget."

"Alay," Aldi menoyor kepala Salsha, "Apa yang kamu suka dari sosok Dilan itu? Brandal doang."

"Ihh," Salsha menimpuk kepala Aldi dengan bantal, "Brandal-brandal gitu romantis tauu. Daripada kamu, brandal doang, romantisnya nggak."

Aldi kembali terkeleh, ia membawa kepala Salsha untuk bersandar di dadanya, "Aku punya caraku sendiri buat bahagiain kamu."

Salsha hanya diam begitu nyaman bersandar di dada Aldi. Apalagi Salsha bisa merasakan jantung Aldi yang berdetak dengan kencang.

Terlalu nyaman dengan posisi seperti itu hingga tak sadar ponsel Aldi berdering pertanda pesan masuk. Aldi meraih ponsel itu dari sakunya dan membaca pesan dari Kezia.

Di pesan itu, Kezia mengajak Aldi untuk mengerjakan proposal karena waktu yang semakim mepet. Kezia juga mengatakan jika ia sudah berada di cafe biasa tempat mereka kerja kelompok.

"Kenapa?" tanya Salsha.

Dengan susah payah Aldi menjawab, "Kezia ngajak aku ngerjain proposal itu. Lusa di kumpul," Aldi masih ingin bersama Salsha tetapi tugas itu juga penting.

"Harus sama Kezia?" tanya Salsha pelan. Ia menjauhkan wajahnya dari dada Aldi.

"Kamu cemburu?" Aldi masih saja sempat menggoda Salsha.

Salsha menggelengkan kepalanya, tiba-tiba saja moodnya berubah, "Cuma heran aja."

"Semua filenya ada di Kezia. Dia yang ngajarin aku buat proposal."

Salsha mengangguk mengerti. Ia tak ingin menjadi penghambat Aldi dalam mencari ilmu, "Yaudah kamu pergi aja."

Dengan hati-hati Aldi bertanya, "Kamu nggak marah kan?"

Salsha terbahak, "Ngapain aku marah? Aku nggak ada hak."

"Kalo kamu nggak izinin aku pergi, aku nggak bakal pergi."

Salsha terkekeh geli, ia menggenggam tangan Aldi, "Kenapa jadi gini? Kamu pergi aja, aku percaya sama kamu, kok."

Melihat reaksi Salsha yang terkekeh, membuat Aldi lebih tenang, "Yaudah aku pergi dulu, ya."

Salsha mengangguk. Keduanya berjalan menuju pintu rumah Salsha. Sesampainya di luar, Aldi menaiki motornya dan tersenyum ke arah Salsha.

"Kamu ikhlas kan aku pergi?" goda Aldi.

Salsha mendengus geli, "Aneh."

"Lusa mau kepantai bareng aku?"

Salsha berbinar, tapi sedikit ragu, "Kuliah kamu?"

Aldi mengusap rambut Salsha, "Aku palingan cuma ngasih proposal aja. Kita perginya siang aja, biar bisa lihat sunset."

Salsha mengangguk antusias, ia memang sangat ingin ke pantai, "Aku mau."

Aldi memasang helmnya dan tersenyum ke arah Salsha, "Yaudah, sekarang aku pergi dulu."

"Hati-hati."

****

Seperti yang sudah di perjanjikan sejak awal. Hari ini Aldi akan mengajak Salsha ke pantai. Sejak tadi pagi senyum selalu menghiasi wajahnya. Bagaimana tidak, ia sudah membayangkan kejadian romantis apa yang akan Aldi berikan kepada Salsha. Lelaki itu sudah mempersiapkan makan malam spesial di tepi pantai dengan di temani sunset. Dan Aldi juga akan kembali menyatakan perasaannya kepada Salsha. Aldi akan menembak Salsha lagi.

Membayangkan itu saja sudah membuat Aldi senyum-senyum sendiri. Ia memberikan proposal yang sudah ia kerjakan kepada dosennya. Setelah itu Aldi akan menjemput Salsha.

Di koridor kampus, Aldi selalu tersenyum kepada siapapun yang di kenalnya.

"Aldi."

Aldi menghentikan langkahnya, ia mendengar Kezia memanggil namanya, "Apa, Kez?"

"Bisa nemanin gue ke mall? Gue mau beliin kado buat Mama. Mama hari ini ulang tahun." Kezia berkata dengan penuh harapan.

Aldi menggaruk tengkuknya, "Kayaknya nggak bisa, deh. Gue udah janji mau ke pantai sama Salsha."

Kezia meneguk ludahnya susah payah. Ia tak akan membiarkan keduanya pergi. Selama masih ada Kezia, hubungan Aldi dan Salsha tak akan pernah menyatu.

Kezia menampilkan wajah sedihnya, "Yaudah, nggak papa, deh. Have fun sama Salsha. Gue pergi dulu."

Kezia berbalik dan berjalan meninggalkan Aldi sambil harap-harap cemas semoga Aldi lebih memilihnya.

"Kezia, tunggu." panggil Aldi.

Kezia menyeringai senang, Aldi pasti lebih memilihnya. Kezia berhenti dan menunggu Aldi sampai di depannya.

"Gue nganterin lo ke mall aja, deh. Trus gue jemput Salsha. Gue takut lo kenapa-napa." putus Aldi setelahnya.

Kezia yang awalnya ingin bersorak senang kembali tersenyum kecut. Rencananya tak akan berhasil jika seperti ini. Kezia berusaha menampilkan wajah tegarnya, "Nggak papa, Ald. Lo nemuin Salsha aja. Kalian mau ke pantai kan? Gue nggak papa kok sendiri. Gue udah biasa sendiri, sebelum kenal sama lo juga gue selalu sendiri, nggak punya siapa-siapa."

Melihat wajah sedih Kezia membuat Aldi tak tega. Ia tak mungkin membiarkan Kezia pergi sendiri. Aldi rasa jika momen menembak Salsha bisa di undur. Dan sekarang ia akan menemai Kezia dan membatalkan janjinya dengan Kezia.

"Gue bakal nemanin lo beli kado sama Tante,"

"Salsha gimana?" tanya Kezia pura-pura peduli, padahal di hatinya ia sangat bahagia.

"Salsha urusan gue," Aldi mengaitkan tangan Kezia dengan tangannya dan berjalan menuju parkiran. Sebelumnya, Aldi mengirimi Salsha pesan yang berisi pembatalan kepergian mereka.

****

Salsha memoleskan blush on tipis ke wajahnya dan liptinn berwarna pink. Ia sudah siap dengan dress pulkadotnya. Ia sangat antusias ke pantai hari ini. Salsha memang sudah lama ingin mengunjungi pantai. Ia bosan dengan hiruk pikuk jakarta.

Salsha meraih clutchnya dan flatshoes sembari memakainya, ia akan menunggu Aldi di teras rumahnya.

Salsha merasa senang saat ponselnya berdering, itu pasti Aldi yang mengatakan akan datang menjemputnya. Salsha meraih ponselnya di dalam clutch, dengan perasaan bahagian Salsha membuka pesan itu.

Berbeda 180° dengan apa yang di perkirakan, ternyata Aldi malah membatalkan janjinya. Wajah senang Salsha berubah menjadi sendu. Bahkan tak terasa airmatanya jatuh menetes.

Aldi : Maaf sha. Kyknya kita gk jdi pergi. Gue    baru ingat ada pertemuan sama dosen

Salsha menggeram kesal, merasa di beri harapan palsu. Salsha sudah berpakaian rapi seperti ini tapi malah batal. Salsha menghapus airmatanya.

Salsha mencari nomor kontak seseorang di ponselnya dan menelfon nomor itu.

"Baal, keluar yuk. Gue bosan dirumah."

****