Kezia mondar-mandir di rumahnya, ia tak bisa tenang mengingat Aldi dan Salsha yang saat ini sedang berduaan di dalam mobil. Ia terlalu menyepelekan Salsha. Ia pikir, setelah drama yang ia buat di dapur waktu itu, hubungan keduanya akan memburuk tapi yang ada hubungannya dengan Aldi la yang telah memburuk.
Kezia tak menyangka jika perasaan Aldi sebegitu dalamnya kepada Salsha. Ia bisa melihatnya lewat pandangan mata Aldi, saat mata teduh itu menatap Salsha lembut. Kezia cemburu, tentu saja. Ia yang selama dua tahun belakangan ini ada di samping Aldi, menjadi satu-satunya gadis yang mengisi hari-hati lelaki itu. Menjadi prioritas Aldi, apapun yang Kezia minta selalu Aldi turutin. Tapi sekarang, dengan mudahnya Salsha merebut itu semua. Membuat ia tak lagi menjadi prioritas Aldi.
Kezia mengepalkan tanganya. Secepatnya, ia akan mengusir Salsha dari kehidupan Aldi. Membuat lelaki itu tak bisa menolak dirinya lagi.
Dara yang sedang membaca majalah itu terkekeh melihat tingkah Kezia. Ia menutup majalahnya dan menghampiri sahabatnya, "Itu artinya lo harus mundur secara teratur. Lo sendiri kan yang bilang ke gue kalo Aldi cinta mati sama mantannya itu."
Kezia mendengus, curhat kepada Dara ternyata buka jalan yang terbaik, gadis itu malah menyuruhnya mundur, yang benar saja. Bahkan sama mati pun Kezia tak akan mundur untuk mendapat Aldi. Salsha bukan apa-apa baginya.
"Gila aja lo. Harusnya lo mikirin cara biar Aldi jadi baik lagi ke gue, nurutin gue. Bukannya malah gitu. Lo sahabat gue bukan sih?"
Dara terbahak, segitu cintanya Kezia kepada Aldi, "Gue punya ide, kok." Dara langsung mendekatkan bibirnya ke telinga Kezia dan mulai berbisik.
Setelah mengusulkan niat jahatnya, Kezia dan Dara tersenyum penuh arti. Ia akan menjalankan ide Dara secepatnya.
****
Hari ini Salsha tak ada kegiatan apapun. Ia juga tak ada janji dengan Aldi ataupun Steffi. Berbicara soal Aldi, Salsha merasa hatinya jungkir balik kepada lelaki itu. Apalagi setelah kejadian di mobil waktu itu, Aldi seolah memberi peluang untuk mereka bisa bersama lagi.
Pagi ini, Salsha memutuskan untuk membersihkan rumah, ia akan menyapu, mengepel, membersihkan kamar dan mencuci bajunya. Salsha tak ingin menjadi gadis yang malas, apalagi sekarang Mamanya sedang sibuk bekerja di salonnya.
Hal yang pertama Salsha lakukan adalah merapikan semua kamar yang ada di rumahnya, setelah itu ia menyapu dan mengepel. Tak lupa juga ia mencuci bajunya.
Hingga tak terasa semua pekerjaannya telah selesai. Salsha merebahkan tubuhnya di kasur empuknya sembari mengusap keringatnya di dahi.
"Gilaa, capek banget, sih."
Salsha bangkit dari duduknya. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum memasak untuk makan paginya. Tapi pada saat Salsha ingin menuju kamar mandinya, ia mendengar bell di rumahnya berbunyi.
Salsha menggerutu, "Siapa sih yang datang pagi-pagi gini." Ia melihat jam di atas nakasnya menunjukkan pukul 10 pagi membuat Salsha semakin kesal, "Masih jam 10 juga, mana gue belum mandi. Kucel lagi."
Salsha menatap penampilan dirinya. Ia memakai kaus berwarna pink dan celana jeans pendek selutut. Ia juga mengikat rambutnya secara asal. Benar-benar jelek dan jorok.
Mendengar bell rumahnya yang belum juga berbunyi membuat Salsha memutuskan untuk membuka pintu dengan penampilannya yang acak-acakannya. Salsha yakin, itu adalah Steffi.
Salsha membuka pintu itu dan terkejut saat melihat Aldi tersenyum ke arahnya. Lelaki itu juga memegang setangkai bunga mawar. Salsha menelan ludahnya tanpa ingin mempermalukan dirinya lagi, ia langsung menutup pintu itu dan menguncinya.
Salsha bersandar di pintu tersebut. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia merutuki penampilannya yang seperti ini. Kucel, jorok, bau. Berbeda dengan Aldi yang sudah terlihat rapi.
"Sha, buka dong." Terdengar suara dari balik pintu.
"Kamu ngapain sih datang kesini pagi-pagi gini. Pulang gih," teriak Salsha.
"Kan pengen ngapelin calon istri. Buka dong, Sha."
"Nggak mau," kesal Salsha, "Pulang, deh."
"Yakin nih, nggak mau lihat aku? Nanti aku pulang nyesel, loh." goda Aldi, "Aku capek loh, Sha datang kesini pagi-pagi, eh malah di usir sama kamu."
Salsha diam, ia sebenarnya tak tega mengusir Aldi tetapi mau bagaimana lagi, ia juga malu ketemu Aldi dengan keadaan seperti ini. Salsha menghembuskan nafasnya. Perlahan, ia membuka pintu tersebut tak peduli jika Aldi nanti akan mengejeknya. Salsha dapat melihat wajah Aldi yang tersenyum mengejeknya, ingin rasanya Salsha menimpuk kepala Aldi dengan batu.
"Kamu habis ngapain, Sha? Keringatan gini, belum mandi kan?"
Salsha memberenggut kesal, "Menurut kamu? Lagian ngapain sih datang kerumah aku pagi-pagi gini. Nggak bilang mau datang juga kan?"
Aldi terkekeh, ia menoel hidung, "Kejutan dong. Pengen lihat wajah calon istri pas belum mandi. Kan kalo ketemu mukanya di poles-poles tuh biar cantik. Nggak taunya pas belum mandi gini cantik juga."
Salsha menghentakkan kakinya, bukan merasa senang dengan pujian Aldi itu, Salsha merasa itu hanya sindiran kepadanya.
Salsha berbalik dan memasuki rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aldi hanya menghendikkan bahunya dan mengikuti Salsha masuk kerumah gadis itu.
Langkah Salsha berhenti di ruang tamu rumahnya, Aldi juga berhenti, "Kamu duduk disini dulu. Aku mau mandi bentar."
"Ngapain mandi? Gini udah cantik, kok." Aldi terkekeh.
Salsha semakin berang, ia menimpuk kepala Aldi dengan bantal sofa, "Ngeyel!"
Sembari menghentakkan kakinya Salsha kembali ke kamarnya. Ia akan mandi dan membuat penampilannya lebih menarik daripada sekarang.
Aldi hanya duduk diam di sofa itu. Sesekali matanya menelisik ruangan ini. Aldi kembali terkekeh saat mengingat wajah Salsha tadi, gadis itu betul-betul lucu.
Setengah jam berlalu, Salsha kembali dengan penampilan yang lebih cantik dari tadi. Wajahnya juga sudah di oles makeup tipis.
"Ngapain mandi sih kamu? Mandi nggak mandi wajahnya tetap sama, kok. Cantik." goda Aldi.
Salsha memberenggut kesal kala Aldi masih membahas dirinya yang tadi, "Diam deh kamu. Kalo aku tau kamu mau datang, aku udah dandan cantik tahu. Lagian ngapain, sih kesini?"
"Udah di bilang mau ngapelin calon istri."
Salsha menoyor kepala Aldi, "Nggak usah bahas ituan lagi, deh."
"Eh, kamu udah makan? Aku mau masak, kebetulan belum makan juga," tanyak Salsha lagi.
"Aku kesini bukan mau minta makan kali," cetus Aldi.
Salsha terbahak, "Ke dapur, yuk. Aku mau masak nih."
Salsha dan Aldi pun berjalan menuju dapur. Salsha segera mengambil keperluan memasaknya di kulkas sementara Aldi duduk di meja makan sembari memperhatikan pergerakan Salsha.
"Aku cuma mau masak nasi goreng, sih. Nggak papa 'kan?" tanya Salsha sembari mengiris bawang merah.
"Aku udah makan, Sha. Lagian aku kesini bukan mau minta makan."
Salsha hanya menghendikkan bahunya acuh, tak peduli dengan alasan Aldi, "Yang mau makan 'kan aku, bukan kamu."
Selama Salsha memasak, Aldi hanya memperhatikan gadis itu tanpa berniat membantunya. Ia hanya menatap lekat dan penuh kagum ke arah Salsha. Gadis itu cocok menjadi istrinya.
Aldi terkekeh saat membayangkan Salsha menjadi istrinya. Menyiapkan makanan untuknya, menyiapkan semua keperluannya dan menemaninya tidur di ranjang yang sama. Membayangkan itu semua membuat Aldi ingin cepat-cepat melamar Salsha.
"Kamu ngelamunin apa?"
Aldi tergagap. Saking asyiknya melamun memikirkan masa depan, Aldi bahkan tak sadar jika Salsha sudah selesai memasak dan sekarang tengah duduk di sampingnya.
Aldi menggaruk tengkuknya sembari terkekeh pelan. Di depannya sudah berada satu piring nasi goreng.
"Kok cuma satu?" tanya Aldi.
Salsha mengambil sendok dan mulai menikmati nasi goreng itu, ia memasukkan satu sendok ke mulutnya dan mengunyahnya, "Katanya kamu nggak mau. Udah makan juga kan?"
Aldi susah payah menelan ludahnya. Ia tergoda melihat hasil masakan Salsha itu. Ia ingin memintanya tetapi malu karena tadi sudah menolak. Maka, hal yang Aldi lakukan adalah diam sembari menatap Salsha makan.
"Kamu mau?" tanyak Salsha.
Aldi diam, tak berniat menanggapi.
Salsha terkekeh, ia mengarahkan satu sendok nasi goreng kedepan mulut Aldi, berniat menyuapinya, "Aku tahu kamu pengen, sok-sokan nolak. Sepiring berdua lebih enak kan?" Salsha mengedipkan sebelah matanya.
Aldi terkekeh, ia menerima suapan Salsha itu sembari mengacak rambut Salsha.
***