Saat waktu menunjukkan pukul 11:30 WIB, Alexa masih sibuk mengurus notulen rapat ataupun meeting yang sejak kemarin belum dikerjakannya. Dia tampak sangat serius menatap laptop, sesekali meminum cokelat panas yang disediakan oleh OB.
Drettt ... Drettt ..
Ponselnya yang berada di samping laptop miliknya yang berwarna hitam dengan keyboard berwarna silver, berdering dengan nada lagu milik Christina Perri yang berjudul "Human". Dia segera meraih ponsel itu dan melihat ada panggilan masuk dari Gea, kemudian menjawabnya.
"Hallo, Gea ..."
"Aku ada kabar gembira untukmu," ucap Gea dari telepon, terdengar sangat girang dan sepertinya Alexa juga mendengar ada suara pria di dekat sahabatnya itu..
"Kabar apa itu?" tanya Alexa sambil menyandarkan punggungnya pada bahu kursi berwarna hitam.
"Pacarku sudah setuju kamu tinggal di apartemen ini dan akan membayar orang untuk menyiapkan kamar untukmu. Kamu tidak perlu repot-repot mencari kontrakan baru dan soal makan, aku yang menanggung. Gaji 20 persen yang kamu dapat bisa kamu kirim ke orangtua mu."
Alexa menghela napas kemudian maju sedikit menyandarkan sikunya pada meja berwarna putih, kemudian tangannya memijat keningnya yang agak pening. "Maafkan aku, Gea ... Aku jadi merepotkan kamu lagi."
"Hey, aku malah senang kamu menetap di sini. Aku jadi tidak kesepian lagi dan ... Tentunya aku bisa memantau perkembangan hubungan mu dengan Melvin."
Seketika Alexa tersenyum dengan rona bahagia di wajahnya setelah mendengar nama Melvin disebut. "Dia ada di kantor ini sekarang."
"Benarkah??"
"Ya ... dan sekarang dia menghampiriku. Aku matikan dulu telponnya," ucap Alexa sambil menatap Melvin yang baru keluar dari ruangan Siska bersama Siska dan sekretarian.
"Nanti kamu harus menceritakan padaku apa yang terjadi... ah, bila perlu kamu memotretnya, merekam nya ..."
Alexa buru-buru memutuskan sambungan telpon itu sebelum Gea selesai bicara, dan saat itu juga Melvin menghampirinya.
"Sayang," panggil Melvin sambil tersenyum mendekati Alexa.
Tara dan Siska berhenti di depan ruangan Alexa yang merupakan ruangan dengan dinding kaca, mereka tidak bisa memungkiri bahwa barusan mendengar Melvin memanggil Alexa dengan sebutan "Sayang".
Alexa melirik ke arah pintu hingga Melvin juga menoleh ke arah pintu dan melihat Siska dan Tara yang tampak heran. Em, Melvin segera menghampiri Siska.
"Bu. Siska. Karena sekarang jam istirahat, saya ingin mengajak pacar saya untuk makan siang di luar," ucap Melvin dengan tatapan datarnya kemudian melirik Tara. "Kamu kembali ke kantor duluan. Saya akan kembali sekitar jam dua."
"Baik, Pak," sahut Tara dengan menganggukkan kepalanya kemudian segera berjalan menyusuri koridor menuju lift umum.
"Jadi ... Kalian berpacaran?" tanya Siska dengan mengerutkan keningnya, seolah heran dan tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. 'Bagaimana bisa? Bukankah mereka baru saling kenal kemarin?'
"Ya ... Kami berpacaran," jawab Melvin kemudian berjalan mendekati Alexa. Merangkulnya dari samping dan kembali menatap Siska. "Anda tidak keberatan kan jika saya membawanya untuk makan siang di luar?"
"Eh ... iya. Silahkan." Siska tersebut canggung, melirik Alexa dengan aneh.
"Ayo, Sayang. kita makan di cafe favoritku. Itu akan jadi tempat favoritmu juga," ucap Melvin tersenyum hangat pada Alexa.
Alexa yang agak gugup dan canggung sekaligus senang melihat Siska yang keheranan, segera melepas pelukan Melvin. "Aku harus membereskan pekerjaan ku dulu," ucapnya.
"Baiklah aku akan menunggu di sini," sahut Melvin kemudian duduk di pinggiran meja, melirik Siska yang bergegas pergi dengan tatapan tidak suka. Dia beralih melirik Alexa yang sedang mematikan laptop, kemudian mengambil ponselnya.
"Apa kamu sudah menyimpan nomor kontak ku?" tanyanya.
"Eh .. sudah," jawab Alexa merasa canggung saat Melvin memeriksa ponselnya yang kebetulan tidak dikunci. Dia segera meraih ponsel itu namun langsung direbut kembali oleh sang pacar.
"Aku ingin melihat dengan nama apa kamu menyimpan nomorku," ucap Melvin.
"Jangan ... di sini banyak hal yang tidak seharusnya diketahui oleh pria!" seru Alexa hendak merebut ponsel itu namun Melvin berdiri dan membawa ponsel itu keluar ruangan. Dia berbalik menatap Alexa dan berkata, "kamu cepat bereskan pekerjaan mu, aku akan menunggu di depan lift."
"Huhh!" Alexa menghembuskan napas kasar, melirik Melvin yang kini berjalan santai menuju koridor. Dia segera membereskan pekerjaannya dengan terburu-buru karena ingin segera menghampiri Melvin yang kini mengobrak-abrik isi ponselnya. Ah, semoga saja tidak ada pesan-pesan yang membuat kekasihnya yang posesif itu akan marah.
____
Di tempat lain, Joey sedang melakukan sesi pemotretan pre-wedding dengan Dante di pinggir sebuah danau di mana pemandangan di sekitar tampak sangat asri dan alami. Dia berdiri di atas jembatan kayu dalam balutan terusan dress panjang berwarna biru, sementara Dante mengenakan celana jeans hitam dipadu dengan t-shirt putih dan jaket kulit sepadan dengan warna celananya, memegang tangan Joey seakan menariknya berjalan ke depan, menatap ke arah kamera ditangan fotografer yang siap memotret mereka.
cekrek ....cekrekkk ...
Dante dan Joey berganti pose selama beberapa kali hingga sang fotografer selesai memotret mereka.
"Untuk sesi di danau ini sepertinya sudah cukup," ucap sang fotografer yang merupakan seorang pria berusia sekitar 25 tahun berwajah Asia dengan tinggi sekitar 170 cm mengenakan celana jeans biru dipadu dengan t-shirt kuning dan jaket hitam.
"Kalau begitu, kapan sesi pemotretan di pantai bisa dilakukan?" tanya Dante sambil melihat hasil foto jepretan tadi.
"Sebaiknya besok. Karena jika sekarang, belum ada persiapan," jawab sang fotografer.
"Baiklah kalau begitu." Dante menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu saya permisi," pamit sang fotografer.
Dante menganggukkan kepalanya dan beralih mendekati Joey yang malah duduk di pinggir jembatan dengan bagian pergelangan kaki yang masuk ke dalam air.
"Sayang, ayo kita pulang," seru Dante.
"Ah, aku masih suka di sini," sahut Joey mengayunkan kakinya di air. Dia mendongak menatap langit yang biru dan memejamkan mata, merasakan hembusan angin begitu sejuk menerpa, membuat rambutnya yang panjang berwarna hitam kecoklatan berkibar-kibar. "Di sini sangat tenang."
Dante menghela napas, kemudian ikut duduk di samping Joey. "Kamu suka tempat ini. Bagaimana jika honeymoon kita bertema alam?" tanyanya.
"Boleh juga. Tapi kita akan ke mana?" tanya Joey memicingkan matanya pada Dante.
"Ke manapun kamu mau, aku akan selalu ada di sisimu," jawab Dante kemudian berbaring dengan menggunakan paha Joey sebagai bantalan kepalanya.
"Kamu selalu membual," gumam Joey dengan tersenyum menyugar rambut Dante.
"Aku tulus mengatakannya. Dan asal kamu tau, aku sangat bahagia karena akhirnya kamu bersedia menikah denganku setelah sekian lama selalu tertunda karena kamu selalu ingin fokus jadi atlet," sahut Dante sambil mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Joey. "Kamu cantik sekali hari ini."
"Apa biasanya aku tidak cantik?" tanya Joey.
"Biasanya kamu hanya cantik, tapi hari ini luar biasa cantik," jawab Dante kemudian menciumi tangan Joey, membuatnya merasa sangat dicintai dan tidak ragu ataupun menyesal untuk segera menikah.
buat yang suka baca karya aku, aku punya karya di fizzo. bisa dibaca sampai tamat gratis. judulnya the replacement bride love after marriage atas nama pena dellunaxray.
ada juga yang masih on going di akun baby Moonjuice judul : Obsesi gila tuan CEO.
bantu dukung di sana ya, karena saya nggak nulis lagi di sini. di sana semua karya bahasa Indonesia kok. dan gratis.