Chereads / Unexpected Wedding: Tuan CEO yang Posesif / Chapter 31 - Kaget dan tersenyum malu-malu

Chapter 31 - Kaget dan tersenyum malu-malu

Sekitar 8 malam ..

Alexa menggeliat saat rasa gerah menerpa dirinya. Dia membuka matanya perlahan kemudian menatap ke depan dan menyadari bahwa yang dipeluknya adalah perut seseorang, mendongak menatap wajah seseorang itu. Seketika Gadis itu melepas pelukannya dan mendudukkan dirinya dengan sangat terkejut.

"Melvin? Bagaimana bisa aku tidur denganmu?"

Perlahan Melvin pun terbangun, menyipitkan matanya ke arah Alexa. "Hey ... Kamu sudah bangun."

"Bagaimana kamu bisa tidur di sini? Di mana Gea ... Kenapa dia tidak membangunkan aku ketika kamu datang, dan kenapa kamu ikut tidur di sampingku?" Alexa protes dan kesal sambil menyingkap selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, kemudian turun dari ranjang. Dia berjalan ke arah lemari dan bercermin menatap penampilannya yang sangat kusut, berantakan bahkan wajahnya sangat kusam karena belum mandi. Dia merasa sangat malu dan kecewa sekaligus merasa bersalah karena sudah tidur dengan pria yang hanya pacarnya, bahkan pacar dadakan.

Melvin mendudukan dirinya dan menatap Alexa yang tampak kesal. "Aku tidak berbuat apa-apa padamu. Kamu tidak usah khawatir dan terlalu memikirkan apa yang terjadi karena memang tidak terjadi apa-apa di antara kita. Aku hanya tidak tega membangunkanmu dan aku berbaring, ternyata aku malah ketiduran," jelasnya.

"Seharusnya kamu membangunkan aku," sahut Alexa dengan ketus melirik Melvin. "Sekarang keluar lah aku akan mandi!"

"Apa kamu sudah makan?" tanya Melvin sambil beranjak dari ranjang dan mendekati Alexa.

"Belum," singkat Alexa masih ketus.

Melvin tiba di hadapan Alexa dan merapihkan rambutnya yang kusut, kemudian menyelipkan sejumput rambut itu ke belakang telinganya. "Lain kali Jangan memaksakan diri untuk lembur. Aku tidak tega melihat kamu kelelahan seperti ini hingga tidur sebelum mandi," ucapnya dengan tatapan intens.

Alexa segera memalingkan wajahnya. "Tidak apa-apa, ku sudah biasa seperti ini."

Melvin memeluk Alexa dari samping, agak menunduk untuk mencium kepalanya. Dia menoleh, menatap pantulan dirinya dan kekasihnya itu di cermin. "Pendek."

"Aku memang pendek. Seharusnya kamu cari pacar yang agak lebih tinggi," seru Alexa dengan ketus.

"Aku lebih suka yang pendek ini. Imut dan menggemaskan," sahut Melvin dengan tersenyum gemas mengusap-usap kepala Alexa kemudian mencium pipinya.

Alexa melepas pelukan Melvin. "Jangan begini. Aku belum mandi ... ah, pasti masih sangat bau!"

"Kata siapa kamu bau? Bagiku kamu harum, aroma gadis ternyata memabukkan." Melvin malah kembali memeluk Alexa namun dari samping. Dia menunduk, menciumi pipi gadis itu dengan gemasnya sehingga yang dicium jadi tertawa geli.

"Ya Tuhan." Alexa tersenyum sambil menunduk dan menghindari ciuman Melvin yang membabi-buta. "Melvin, hentikan. Aku harus mandi sekarang!"

"Aku akan hentikan dengan satu syarat," seru Melvin menghentikan aksinya, kemudian menatap pantulan dirinya dan Alexa di cermin namun tidak melepas pelukannya samasekali.

"Apa syaratnya?" tanya Alexa merasa sudah tidak karuan grogi dan panas akibat perlakuan Melvin. Dia bukan panas karena bernafsu, tapi ... merasa aneh dan berkesan karena merasa sangat disayang hingga senyum di wajahnya tidak pudar sejak tadi.

"Jangan memanggilku dengan sebutan nama lagi. Aku adalah pacarmu dan sejak tadi aku sudah memanggilmu dengan sebutan 'Sayang' tapi kamu samasekali tidak pernah memanggilku seperti itu," ucap Melvin dengan mengerucutkan bibirnya, seakan menunjukkan kekecewaan.

"Eh ... aku masih malu," sahut Alexa dengan mengulum senyum di bibirnya.

"Jangan malu lagi. Kita harus terbiasa untuk belajar saling menunjukkan kasih sayang. Supaya tumbuh cinta di hatimu untukku, dan begitu pula aku juga akan begitu," seru Melvin masih memeluk Alexa dan menggenggam tangannya di depan perut.

"Eh ...oke. Aku akan mencoba," sahut Alexa.

"Mencoba apa?" tanya Melvin, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Alexa kemudian meliriknya dengan tersenyum menggoda.

"Mencoba memanggil mu," lirih Alexa.

"Coba, aku ingin mendengar," seru Melvin.

Alexa semakin malu. Dia tersenyum dan menundukkan kepalanya. "Aku maluu!"

"Kamu harus mencoba. Jika tidak, aku tidak akan melepaskan pelukan ini dan kamu tidak akan mandi," seru Melvin serius.

Alexa terkekeh geli. "Ya Tuhan ..."

"Come on ... just call me," seru Melvin.

"Sayang," lirih Alexa malu-malu menoleh pada Melvin.

"What?" Melvin mengarahkan telinganya ke wajah Alexa. "Aku tidak mendengarnya dengan jelas."

"Oke, Sayangku ... please, lepaskan aku," seru Alexa sangat malu dan gugup.

Melvin terkekeh geli dan menciumi Alexa dengan sangat buas lagi sambil berkata, "ugh, pacarku menggemaskan sekali ... andai aku bisa, aku akan membatalkan kepergian ku ke Thailand."

"Melvin, aku sudah melakukan syarat yang kamu berikan. Sekarang lepaskan aku!" seru Alexa menghindari ciuman Melvin.

"Kamu kembali memanggilku seperti itu," sahut Melvin kecewa melepaskan pelukannya.

Alexa menghela napas, berbalik dan mendongak menatap Melvin yang ternyata sangat posesif dan manja. Dia memberanikan diri untuk meraba rahangnya yang agak berbulu halus. "Jangan marah ... Sayang. Aku akan membiasakan untuk memanggilmu sesuai dengan sebutan yang kamu inginkan. Tadi itu ... belum terbiasa dan aku lupa."

"Oke ... kalau begitu mandilah." Melvin menghela napas lega. "Atau ... aku akan memandikan mu?"

"Dan hubungan kita akan selesai jika itu terjadi. Sana pergi!" Alexa mendorong Melvin sekuat tenaga menuju keluar kamar sambil tertawa.

Melvin pun juga tertawa hingga dia benar-benar sudah terusir dari kamar dan Alexa segera mengunci pintu kamar itu. Dia pun segera ke ruang tamu, memutuskan untuk duduk di sofa, menunggu sang pacar yang sedang mandi.

___

Di tempat lain, Joey sedang duduk santai di taman samping rumah dengan seorang pria. Pria itu bukan Dante, melainkan seorang pria bernama Jason Leonard Timothy. Dia adalah salah saat partner terbaiknya setiap berlatih ataupun berlaga di olimpiade ice skating.

Mereka duduk santai di kursi panjang berwarna putih sambil menikmati French fries yang dibelikan oleh Jason.

"Jadi, kamu akan pindah ke Jepang?" Joey memastikan.

"Ya ... Aku akan pindah ke sana dan kurasa kamu lebih baik berpasangan dengan Richard," jawab Jason dengan menekuk wajahnya. Pria itu tampak sangat tampan dengan matanya yang kebiruan dan wajahnya tampak seperti wajah bule keturunan latina. Dia memiliki brewok tipis dan rambutnya agak Curly, dibuat agak berantakan pada bagian poni.

Joey menghela napas, meletakkan French fries dalam kemasan ke atas pangkuannya. "Kenapa sangat mendadak? Padahal, aku ingin kamu datang ke acara pernikahan ku, menjadi saksi, lalu kita akan kembali menjadi partner untuk olimpiade tahun ini ... Kamu membuatku kecewa!"

Jason menghela napas, menatap Joey yang tampak imut dan cantik dalam balutan piyama berwarna merah muda bermotif boneka. Dia tersenyum kemudian mengusap-usap rambutnya. "Kamu tidak perlu khawatir. Aku akan sering datang ke Indonesia untuk melihat rekan-rekan kita bertanding. Dan saat kamu bertanding, aku pasti datang," ucapnya dengan tersenyum hangat.

"Entahlah ... kamu terlalu cepat mengambil keputusan," sahut Joey kemudian beranjak dari kursi. Dia berjalan memasuki rumah dengan kesal dan kecewa tanpa menunggu tanggapan dari Jason lagi.

Jason terdiam, menatap sendu pada Joey yang perlahan berlalu jauh dari pandangannya. 'Andai kamu tau, aku pergi karena aku tidak sanggup melihat kau menikah dengan Dante. Tapi aku selalu berharap kamu bahagia bersamanya,' matinya ternyata diam-diam menyimpan rasa cinta pada partnernya itu.