Di dalam kamar, Gu Xiang sebenarnya masih belum tidur. Setelah mandi, ia masih menyempatkan diri untuk membuka laptop dan berbicara dengan Bai Wei tentang urusan pekerjaan.
Namun kemudian, Meng Yan tiba-tiba mengirimkan pesan kepadanya, "Kakak, apakah kamu sudah tidur?"
Gu Xiang membalas, "Ada apa?"
Meng Yan langsung memberikan balasan, "Mengapa kamu membuat Ibu marah lagi? Malam ini, Ibu juga makan dengan tidak nyaman. Padahal ibu begitu baik, namun mengapa kamu membuatnya marah?"
Gu Xiang tidak langsung membalas pesan itu dan tampak bingung agak lama. Ia mengingat bahwa pagi tadi ibunya sempat menghubunginya dan meminta bantuan darinya.
Setelah mengingat itu, Gu Xiang membalas, "Apa kemarahannya ada hubungannya denganku? Mengapa aku yang malah menjadi sumber kemarahannya?"
"Tadi Ibu sudah menceritakannya. Tampaknya hubungan pernikahanmu sudah sangat baik, namun kamu harus ingat bahwa pernikahan itu terjadi karena campur tangan orang tua kita. Andai ibu tidak menawarimu dan bahkan kamu buka putri kandungnya, kamu mungkin tidak akan mendapat hubungan pernikahan yang sebaik ini, kan?" Balas Meng Yan yang terlihat sedang memarahinya.
Gu Xiang terdiam… ia seakan tidak paham maksud dari tuduhan adik tirinya ini.
Gu Xiang yang membaca pesan kiriman Meng Yan pun langsung tertawa. Tepatnya, ia tertawa karena kesal. Ia pun segera membalas, "Baiklah! Kalau begitu aku tidak mau menikah! Kamu saja yang menikah dengannya! Saat ibu membutuhkan bantuan, kamu pasti bersedia melakukannya, kan!"
Meng Yan tentu tidak menyangka bahwa Gu Xiang akan mengatakan hal seperti itu.
Kalau Meng Yan yang menikahinya, tentu Gu Xiang juga tidak akan mau menikah dengan Jiang Chi.
Sayangnya, Meng Yan tidak mungkin mau menikah dengan Jiang Chi.
Apalagi, Meng Yan juga takut membuat Gu Xiang tidak senang dan benar-benar membuatnya langsung bercerai dengan pria itu. Pada saat ini perusahaan Keluarga Meng masih belum stabil dan andai tergelincir lagi, Meng Yan juga tidak akan menjadi putri dari keluarga kaya raya lagi...
Meng Yan tidak rela menjadi gadis biasa!
Tidak lama kemudian, Meng Yan baru mengirimkan pesan pada Gu Xiang, "Kakak, bukan itu maksudku…. Aku hanya ingin mengatakan bahwa ibu juga sangat mencintaimu."
"Selain itu, bantulah ibu saat sedang membutuhkan bantuanmu.Lagi pula, kita juga satu keluarga. Kalau kamu ada masalah, kami yang ada di rumah pasti akan membantumu, kan?"
"Kamu memang bisa bersikap seperti orang baik, ya! Pantas ibu begitu menyayangimu." Jawab Gu Xiang.
"....Sudahlah! Aku tidak ingin terlalu banyak menasihatimu. Kakak, hal terpenting adalah kamu harus menghubungi ibu dan minta maaf sesegera mungkin. Hibur dia, ya!" Balas Meng Yang.
Meng Yan bisa merasakan bahwa dirinya tidak bisa merayu Gu Xiang lagi. Ia pun jadi merasa putus asa.
Pengendalian emosi Gu Xiang memang sangat buruk, rasanya sudah seperti batu di toilet yang keras dan bau. Andai tidak ada hubungan saudara, Meng Yan pun juga tidak ingin melihatnya ada di rumahnya.
Pada akhirnya, Meng Yan tidak membalas.
Melihat adik tirinya itu tidak membalas pesannya, Gu Xiang langsung tertawa puas.
Dasar….
Bisa-bisanya ada orang yang bisa berdiri dan berbicara seolah mengetahui semua hal.
Ketika mereka memaksanya untuk menerima pernikahan itu, Meng Yan bahkan tidak terlihat bersedih. Malahan, ia merasa takut mengorbankan kebahagiannya demi menyelamatkan perusahaan keluarganya sendiri. Namun sekarang, Meng Yan malah berani berkata dengan angkuh. Melalui pernikahan ini, ia merasa bisa memerintah Gu Xiang secara seenaknya.
Gu Xiang pun melihat akun Meng Yan sekilas, emosinya langsung membara dan dengan ringan memblokir akun itu.
Dengan melakukan itu, Gu Xiang baru bisa menenangkan api amarah di dalam hatinya.
*****
Pada keesokan harinya, Gu Xiang bangun lumayan pagi.
Karena masalah Meng Yan, ia sudah merasa kesal di pagi hari ini.
Setelah bangun dan membersihkan diri, Gu Xiang segera mengenakan baju yang agak longgar. Kemudian, ia mengenakan sepatu olahraganya serta membawa ponselnya untuk berjalan keluar.
Ia bersiap untuk lari pagi dan sekalian berangkat menuju tokonya. Saat mau berangkat, ia melihat Jiang Chi yang masih belum pergi bekerja dan masih menikmati sarapannya.
Dengan sifat yang sangat pemilih itu, ia berkata, "Ini agak asin."
Wajah Bibi yang memasakkan makanan itu langsung terlihat lesu dan meminta maaf, "Maaf, Tuan. Lain kali tidak akan terjadi lagi."
Jiang Chi memang memiliki kepribadian yang sangat tegas. Saat memakan makanan yang terlalu asin, ia akan langsung menegurnya. Ya, setiap makanan yang dimakannya harus memiliki cita rasa yang tepat.
Melihat Gu Xiang keluar, Bibi itu menyapa, "Selamat pagi, Nyonya."
Jiang Chi juga mengangkat kepala dan melihat Gu Xiang di sana.
Walaupun mengenakan baju yang longgar, tetapi masih bisa menyadari bahwa tubuhnya tampak sangat kurus.
Gu Xiang menjawab, "Pagi."
Tidak lama kemudian ponselnya berbunyi.
Ah, ini panggilan dari ibunya. Gu Xiang menjawab dan mendengarkan, "Gu Xiang, mengapa kamu memblokir kontak Meng Yan?"