Pada malam hari ketika Jiang Chi pulang, Gu Xiang sedang berada di dalam dapur untuk memotong buah.
Tidak mengetahui hal yang dipikirkan Jiang Chi, sepertinya saat ada Gu Xiang di rumah, seketika muncul perasaan seperti ada di rumah. Bahkan cahaya juga sepertinya lebih terang dari biasanya.
Jiang Chi berjalan masuk dan berdiri di samping pintu sambil memandangi Gu Xiang yang sedang memotong mangga satu-persatu. Ia pun berkata, "Aku hari ini bertemu dengan ibumu di rumah sakit."
Gu Xiang menjawab, "Dia sudah memberitahuku."
Jiang Chi berkata, "Temannya masuk ke rumah sakit dan dia pergi menjenguknya. Apakah itu adalah saudaramu?"
Gu Xiang terdiam sejenak, lalu berkata, "Orang itu adalah suami dari salah satu perempuan yang biasa menjadi teman main kartu ibuku. Mereka biasa bermain kartu bersama. Ya, seorang perempuan paruh baya yang tidak terlalu kusuka."
Alasan Gu Xiang tidak menyukai perempuan itu karena dia sering mencibirnya saat bertemu dengannya. Ia mencibirnya dengan berkata, "Gu Xiang, kamu merasa ayahmu yang sekarang lebih baik dari pada ayahmu yang dulu, kan!"
Pertanyaan membosan seperti ini, pasti tidak akan bisa dijawab oleh Gu Xiang begitu saja.
Selalu ada satu macam orang yang seperti ini, orang itu pasti sangat suka menusuk penderitaan orang lain tanpa menyadarinya. Bahkan, masih mengira dirinya sangat humoris.
Jiang Chi berkata, "Oh begitu!"
Mengetahui kenyataan Gu Xiang yang seperti ini, Jiang Chi sebenarnya ingin mengatakan bahwa gadis ini harusnya berhutang budi padanya.
Jiang Chi sebenarnya sedang ingin mencari pujian.
Karena tadi pagi mereka masih bertengkar, Jiang Chi mengira dirinya telah membantu ibunya dan membuat Gu Xiang senang.
Ternyata menyadari Gu Xiang sama sekali tidak senang.
Baginya, gadis ini benar-benar perempuan yang sangat aneh!
Gu Xiang membawa potongan buah-buahan itu keluar dan duduk di samping sambil menatap Jiang Chi. Ia berkata, "Kamu melaporkan kepada ibuku bahwa aku sakit, ya?"
"Hanya mengungkit bagian itu saja? Lebih tepatnya, aku menyuruhnya untuk datang menjengukmu."
Tetapi kelihatannya, ibu Gu Xiang tidak datang menjenguknya.
Gu Xiang berkata, "Lain kali, kamu tidak perlu memberitahukan masalah seperti ini kepada keluargaku."
Jiang Chi sedikit bingung, namun ia segera melontarkan pertanyaan yang membuat Gu Xiang merinding, "Mengapa? Takut mereka khawatir?"
Gu Xiang tidak menjawab...
'Khawatir, ya?....'
Memikirkan sikap ibunya yang pilih kasih itu, apakah sungguh ada perasaan untuk mengkhawatirkannya?
Gu Xiang bukanlah seorang Meng Yan yang sudah memenuhi hati ibunya. Hanya adik tirinya itu yang begitu penting baginya.
Gu Xiang merasa kalau tidak memberitahu ibunya, ia paling tidak bisa menghibur dirinya. Ibunya yang pilih kasih itu jadi tidak tahu dan tidak perlu datang menjenguknya!
Namun sekarang, ibunya sudah tahu. Walau demikian, ibunya itu juga tidak memperdulikannya. Hal ini malah membuat hatinya semakin terasa sedih.
Gu Xiang berkata kepada Jiang Chi, "Toh ini adalah masalahku, tidak perlu kamu mencampurinya."
Setelah selesai berbicara, Jiang Chi duduk disampingnya. Kemudian, sepasang matanya tampak menatap lurus ke arah Gu Xiang.
Gu Xiang tampak menggigit kecil bibirnya. Ya, jarang bisa melihat gadis ini seperti ini, "Mengapa kamu melihatku seperti itu?"
"Beritahu aku masalahmu!" Sebenarnya malam ini, Jiang Chi ingin membawa Gu Xiang pulang ke rumahnya. Apalagi ia ingat bahwa saat bermimpi, gadis ini selalu tampak menangis dan ingin menanyakan hal itu kepadanya.
Tetapi saat itu, situasinya tidak terlalu cocok untuk bertanya. Ia pun juga tidak menanyakannya.
Gu Xiang seketika merespon dengan sinis, "Menurutmu, apa masalah yang mungkin aku hadapi?"
Lagi pula, Gu Xiang juga tidak berniat memberitahukan kepada pria itu!
Semua penderitaannya yang diberitahukan kepada orang lain, selain rasa kasihan, apa ada lagi kegunaan lainnya?
Selain itu, apakah pria itu juga akan mengetahui rasa sakitnya?
Sama sekali tidak!
Ketika mau berbicara, kelopak mata Gu Xiang juga sudah agak basah.
Masalah waktu itu, ia sangat benci untuk mengingatnya. Kalau mengingatnya, ia pasti tidak akan tahan untuk menangis.
Gu Xiang menundukkan kepala dan menikmati potongan buah yang sudah dipersiapkannya. Ia tidak ingin perasaan sedihnya diketahui oleh Jiang Chi.
Akan tetapi, seberapa pintar pria itu bisa memahami kondisinya?
Gu Xiang hanya menundukkan kepala dan Jiang Chi langsung bisa mengetahui bahwa gadis ini sedang bersedih!
Gu Xiang barusan menggigit mangga, rasa dari mangga itu meledak di mulutnya. Namun, tangan pria yang lembut itu seketika diletakkan di atas kepalanya.
Awalnya, Gu Xiang tampak bingung. Kemudian, Jiang Chi berkata dengan suara yang lembut dan hangat. Intinya, nada bicaranya saat ini sangat berbeda dengan biasanya.
"Gu Xiang, aku adalah seorang dokter. Kamu bisa mencoba untuk mempercayaiku sedikit. Kalau kamu bisa menceritakan masalah ini padaku, mungkin aku bisa membantumu!"