Jiang Chi hanya menginginkannya untuk sarapan terlebih dahulu dan bisa pergi setelahnya. Akan tetapi lihat, gadis ini malah masuk ke kamar dan mengemasi barangnya. Apa maksud dari sikap gadis ini!
"Bukankah kamu menyuruhku untuk tidak kembali lagi? Aku tentu saja sedang mengemasi barangku dan pergi dari sini. Aku juga tidak mungkin meninggalkan barang-barang ini di tempatmu!" Jawab Gu Xiang.
Jiang Chi menyadari bahwa gadis ini memiliki kepribadian yang mudah tersinggung.
Pria itu pun hanya memperhatikannya dan terpaksa harus mengalah. Ia pun berkata dengan suara yang lembut, "Aku hanya mengatakan beberapa kata dan kamu sudah bersiap untuk pindah rumah? Bagaimana dengan perasaan kakek nanti?"
Biasanya, hanya Jiang Chi yang tampak marah untuk menegur kesalahan orang lain.
Namun hari ini, ia malah bertemu dengan orang yang berani melawannya seperti ini!
Gu Xiang pun menjawab dengan kesal, "Dia adalah kakekmu, bukan kakekku. Apa hubungannya denganku?"
Namun setelah mengatakan ini, Gu Xiang baru memikirkan Kakek Jiang. Ia pun perlahan jadi merasa bersalah.
Walaupun mengenal tidak terlalu lama, tetapi perlakuan Kakek Jiang sangat hangat padanya. Kakek Gu Xiang sebenarnya sudah meninggal ketika dirinya masih kecil. Jadi, Kakek Jiang telah memberikan kehangatan keluarga yang telah lama tidak pernah dirasakannya.
Jiang Chi pun berkata, "Bagaimana dengan keluargamu? Aku mendengar dari Tuan Du, bahwa Keluarga Meng sedang menghadapi kesusahan sekarang. Keluargaku mungkin tidak ada hubungannya denganmu, namun apakah kamu tidak memperdulikan keluargamu?"
Jiang Chi sama sekali tidak tahu bahwa sebenarnya Gu Xiang merasa tidak senang juga karena perilaku adik tiri dan ibunya.
Gu Xiang yang mendengar perkataan itu, tidak mengatakan apapun dan hanya menatap pria itu sekilas. Kemudian, ia masih saja lanjut membereskan barang-barangnya ke dalam koper dan menarik koper itu keluar.
Jiang Chi berkata, "Gu Xiang!"
"Kamu jangan melarangku!" Bantah Gu Xiang dengan cepat.
Jiang Chi melihatnya yang tampak sangat keras kepala. Ia pun tidak berdaya berkata, "Baiklah, aku yang salah! Aku tidak akan menegurmu untuk makan lagi! Semua ini kulakukan untuk kebaikanmu, tetapi kamu tidak mengerti! Kalau tidak mau makan, juga tidak masalah! Silahkan saja mati karena kelaparan."
Gu Xiang menghentikan kegiatannya sejenak dan terdiam. Ia pun menatap Jiang Chi.
Sepasanga mata Jiang Chi sedang menatapnya dan seperti terkejut dengan sikap Gu Xiang yang juga tidak lagi galak seperti sebelumnya.
Orang seperti Gu Xiang hanya bisa dilawan dengan kelembutan dan tidak boleh dengan kekerasan.
Kalau seseorang berbicara baik-baik kepadanya, maka gadis ini juga akan bersikap baik saat berbicara dengan lawan bicaranya!
Kalau ingin menggunakan kekerasan dengannya, gadis ini bisa melayani lawan bicaranya itu sampai membuat rumahnya berantakan.
Melihat Jiang Chi tidak lagi segalak barusan, membuat sikap Gu Xiang langsung membaik, "Bukankah kamu bilang ingin mengaturku? Bukankah kamu juga juga mengatakan bahwa tidak ada orang yang tidak bisa kamu atur?"
Mendengar pertanyaan gadis ini, Jiang Chi merasa sangat kesal sampai kepalanya terasa sakit. Namun, ia pun tetap menjawab sambil menahan kekesalannya, "Siapa juga yang mau mengatur orang sepertimu! Aku juga malas mau mengaturmu! Kedepannya, kamu makan atau tidak, itu tidak ada hubungannya denganku!"
Jiang Chi juga menghibur dirinya sendiri.
Setelah merasa kesal, ia baru mau memperdulikan masalah gadis ini.
Sebenarnya memanggilnya datang untuk tinggal di rumah ini, hal itu sudah cukup membuatnya merasa kerepotan.
Gu Xiang pun tidak berkata apapun, Jiang Chi mengulurkan tangan dan mengambil koper itu. Ia membalikkannya dan meletakkan barang itu kembali ke sudut kamar. Setelah itu ia berkata kepada Gu Xiang, "Pergilah, kamu sudah boleh keluar. Meski sesibuk apapun, ingatlah untuk tidak pulang sampai larut malam, ya!"
Setelah berkata demikian, hati Jiang Chi masih merasa kesal dan menambahkan, "Atau kamu masih tidak senang? Kalau tidak mau kembali, aku juga tidak masalah. Namun ingat, kita sudah menikah. Jadi ini adalah rumahmu, aku berharap kamu bisa mengerti."
Gu Xiang menatapnya tanpa berkomentar sedikitpun. Kemudian Jiang Chi mendorong Gu Xiang keluar dari kamar dan membiarkan Gu Xiang pergi.
Hari ini perasaan Gu Xiang sangat jelek. Namun setelah dihibur oleh pria itu, ia merasa agak baikan.
Gu Xiang pun berkata, "Aku lapar, aku ingin makan dulu dan baru pergi setelahnya."
Baru saja Jiang Chi menyuruhnya pergi, namun gadis ini malah tidak ingin pergi.
Jiang Chi pun membalas, "Baiklah, terserah kamu."
Dasar, Jiang Chi sekarang merasa bahwa dirinya telah menikah dengan seorang tuan putri yang manja dan plin-plan!
Gu Xiang pun duduk di atas kursi meja makan dan menikmati sarapan yang disiapkan oleh Bibi. Jiang Chi sudah selesai makan dan ke kamar untuk mengambil jaketnya. Kemudian, ia mengambil ponsel untuk menjawab panggilan seseorang.
Ternyata panggilan itu berasal dari rumahnya, ia langsung berkata, "Malam ini tidak ada waktu."
Tuan Du kemudian menjawab, "Nyonya besar sudah pulang, Semua ini dipersiapkan demi melihat Nyonya. Kalau tidak, Nyonya besar sendiri yang akan mengunjungi Tuan Muda ke rumah."
Tuan Du tentu mengerti kesibukan Jiang Chi. Kalau bukan masalah yang amat besar, Jiang Chi juga tidak akan mau pulang ke rumah.
Tetapi Jiang Chi dan Gu Xiang sudah menikah, masalah ini tidak bisa dihindari.
Ibu Jiang Chi yang mendengar kabar tersebut, tentu membuatnya memutuskan untuk segera pulang ke rumah utama. Ia ingin melihat menantunya itu.