Chapter 28 - Dia Marah?

Gu Xiang mengulurkan tangan dan menepuknya, "Apa yang kamu pikirkan! Aku masih terlalu muda untuk itu. Kamu tidak bermaksud mendalami topik ini, kan!"

"Baiklah…. Oh ya! He Jian sudah menjadi seorang ibu. Saat ini, anaknya sudah berumur satu bulan. Oleh sebab itu, dia mengundang kita untuk hadir ke perayaannya. Nanti kita pergi bersama, ya!" Ucap Bai Wei.

Ya, He Jia adalah salah satu teman sekolah mereka.

Setelah lulus sekolah, banyak teman-teman mereka memutuskan untuk segera menikah. Sudah memiliki anak di umur yang masih muda pun, hal itu sudah menjadi pemandangan biasa di lingkaran pertemanan mereka.

Sebenarnya, Bai Wei juga akan menikah. Akan tetapi dengan perselingkuhan Xia Wenxuan itu, gadis itu pun juga tidak tahu waktu yang tepat bagi dirinya untuk menikah.

Gu Xiang pun mengiyakan untuk datang ke perayaan anak dari teman sekolahnya itu.

Setelah selesai, Bai Wei mendekat dan berbisik, "Kalau kalian sudah tinggal bersama, aku tidak percaya bahwa Jiang Chi bisa menahan hasratnya! Namun kamu harus hati-hati, jangan terlalu cepat mengandung anak darinya, ya!.." 

"Ehm… Aku takut saat itu terjadi, maka semua tanggung jawab toko akan ditugaskan padaku. Bila harus cuti hamil, bagaimana aku bisa mengerjakan semua tugas di toko?" Tambah Bai Wei dengan nada mengeluh.

"Kamu terlalu jauh memikirkannya." Gu Xiang pun tidak ingin membahas hal ini lebih banyak. Namun menyadari ucapan temannya itu, ia baru sadar bahwa Bai Wei bisa berpikiran kotor seperti itu juga.

Hash… hari ini tidak ada topik pembicaraan yang bagus, ya!

*****

Setelah mereka berdua selesai makan, Bai Wei yang sejak tadi menghabiskan banyak bir pun merasa sangat mabuk. Gu Xiang pun terpaksa mengendarai mobilnya dan mengantarnya pulang. Untungnya setelah diinfus kemarin, kondisi badannya sudah terasa lebih baik. Mungkin, ia hanya terbatuk sesekali saja...

Setelah mengantar Bai Wei pulang, Gu Xiang memesan taksi dan pulang ke rumah Jiang Chi. Karena harus mengantarkan Bai Wei dulu setelah makan, ia pun jadi pulang agak larut malam.

Benar saja, Jiang Chi sudah sampai di rumah!

Ketika Gu Xiang masuk, ia sudah melihat Jiang Chi sedang duduk di sofa sambil memasang ekspresi wajah yang tidak senang.

Meski demikian, Gu Xiang tetap berpikiran bahwa Jiang Chi tidak mungkin memperdulikannya.

Gu Xiang pun lanjut berjalan ke arah kamar. Namun anehnya, ia masih merasa bahwa tatapan tidak senang pria itu masih mengarah kepadanya.

Ah benar juga! Gu Xiang ingat bahwa sejak siang, ia berjanji kepadanya untuk tidak keluar rumah.

Sekarang melihat wajahnya yang tidak senang, Gu Xiang jadi merasa agak tegang. Apakah karena terlalu keluar rumah jadi pria itu berubah menjadi begitu marah?

Apakah harus berekspresi seperti itu?

Gu Xiang sebenarnya juga sudah biasa pulang larut malam di rumah orang tuanya. Ia biasanya banyak mengerjakan tugasnya sampai jam satu atau jam dua pagi, setelah itu baru pulang ke rumah. Meski ibunya mengetahui hal itu, ia juga tidak mengomentari kebiasaannya yang sering pulang pagi-pagi! 

Namun pria itu tampaknya tidak suka dengan perilakunya ini. Gu Xiang yang merasa segan pun mulai menjelaskannya, "Aku makan bersama Bai Wei. Sayangnya, dia terlalu banyak minum bir. Oleh sebab itu, aku harus mengantarnya pulang dan baru bisa pulang agak malam."

Sadar bahwa Jiang Chi sebenarnya juga bersikap baik terhadapnya, jadi Gu Xiang pun tidak merasa enggan untuk menjelaskannya.

Setelah mendengar hal itu, mata gelap Jiang Chi pun langsung beralih ke arah lainnya.

Sebenarnya, Jiang Chi tidak merasa kesal pada sikap Gu Xiang yang pulang larut malam ini. Ia juga sudah melupakan janji yang dibuat gadis ini sejak tadi siang.

Hanya saja, suasana hatinya sedang tidak baik.

Pada sore ini di rumah sakit, ada salah satu pasien mereka yang meninggal dunia. 

Adanya kejadian itu, membuat semangat beberapa pegawai di rumah sakit tidak sebaik sebelumnya. 

Saat melihat Gu Xiang menjelaskan penyebab dirinya pulang terlambat, pria ini pun secara tidak segan berkata, "Sini!"

Melihat bahwa tatapan pria itu tampak sangat serius, Gu Xiang jadi merasa tidak tenang. Ia takut dirinya akan dihukum atau diperlakukan kasar oleh pria itu. Meski demikian, ia tetap memberanikan diri untuk berjalan ke hadapannya.

Namun saat sudah berada di hadapannya, tampaknya tatapan pria itu sedikit merasa lelah.

Gu Xiang dengan perhatian bertanya, "Apa kamu baik-baik saja?"

Pria itu seketika mengulurkan tangan dan tiba-tiba merangkul pinggul Gu Xiang. Ia memasukkan gadis ini ke dalam pelukannya.

Wajahnya tenggelam ke bagian leher Gu Xiang dan Gu Xiang sendiri tampak membeku dalam pelukannya. Melihat sikap Jiang Chi yang seperti ini, ia tidak berani berkata apa-apa.

Tidak lama kemudian, Gu Xiang baru bertanya, "Apa kamu ingin minum sesuatu? Kalau suasana hatimu tidak baik, minum minuman hangat akan membantu menenangkan pikiranmu."

Jiang Chi tidak mengatakan apapun, Gu Xiang kemudian keluar dari pelukannya dan membuatkan secangkir kopi.

Jiang Chi melihat Gu Xiang meletakkan secangkir kopi di depannya. Kemudian ia berkata, "Maaf atas sikapku yang barusan."

Gu Xiang pun menjawab dengan ramah, "Tidak apa-apa."

Kalau dalam kondisi yang biasa, Gu Xiang mungkin akan membiarkannya. Namun saat menyadari bahwa suasana hati pria itu sangat sedih, ia jadi memperdulikannya.

Sambil tetap memperhatikan Jiang Chi, Gu Xiang kembali bertanya, "Apa kamu sudah makan?"

Melihat ekspresi Jiang Chi, tampanya pria ini juga belum menyantap makan malamnya.

Jiang Chi seketika menjawab, "Tidak ada nafsu makan."