Saat melihat Gu Xiang, wajah kakek langsung menunjukkan senyuman yang hangat, "Kenapa cepat sekali pulangnya? Bukankah kalian akan pulang agak malam? Jiang Chi juga hari ini pulang lebih awal...."
Dalam hati kakek, 'Ternyata saat sudah memiliki istri memang tidak sama!'
Sebelum seperti sekarang, para orang tua ini juga tidak menyangka bahwa Jiang Chi akan begitu cepat pulang.
Jiang Chi dengan dingin menjawab, "Kenapa tiba-tiba datang ke sini? Kesehatan Kakek sudah tidak terlalu bagus, masih saja jalan-jalan."
Gu Xiang menatap ke arah Jiang Chi, ia juga salut dengan pria itu. Apalagi saat masih di depan kakeknya sendiri, pria ini masih saja berekspresi angkuh dan dingin seperti itu, seolah baru saja menjadi kepala keluarga yang galak.
"Aku hanya merasa khawatir bila Gu Xiang tidak terbiasa tinggal di rumahmu. Jadi, aku datang untuk melihatnya." Kemudian, Kakek Jiang seketika menatap ke arah Gu Xiang dan berkata, "Jika Gu Xiang tidak merasa ada masalah, kenapa baru saja datang malah langsung tampak sakit?"
Di dalam telepon, Kakek mendengar suara Gu Xiang yang serak. Hal itu membuat Kakek Jiang sangat khawatir.
Bila digambarkan, perasaan Kakek Jiang seperti burung yang ketakutan!
Gu Xiang pun menjawab, "Hanya sedikit demam. Setelah diinfus seharian, aku sudah merasa kembali sehat."
Gu Xiang sebenarnya merasa bahwa penyakitnya tidak parah. Sengaja bersedia diinfus juga demi dirinya bisa sembuh secepatnya.
"Pasti Jiang Chi tidak merawatmu dengan baik. Jiang Chi, kamu sebagai suaminya dan dia adalah istrimu. Kamu tidak bisa memberikan perhatian lebih padanya. Ingatlah untuk memperhatikannya lebih teliti!" Jelas kakek Jiang setelah menoleh ke arah Jiang Chi.
Jiang Chi hanya bisa diam sejenak. Meski mencoba menjelaskannya, ia pun akan tetap salah dihadapan kakeknya. Bahkan tidak melakukan apapun saja, ia juga salah.
Akhirnya Jiang Chi hanya bisa menjawab perintah kakeknya, "Baik!"
Jadi, inilah yang membuat dirinya merasa bahwa perempuan itu sangat merepotkan!
Kakek pun mengalihkan pandangannya kepada Gu Xiang. Ia berkata, "Kalau kamu sakit, jangan temani aku. Lebih baik cepat-cepat beristirahatlah dan menjaga kondisi tubuhmu!"
Kalah Gu Xiang ketahuan tentang masalah kepindahannya, maka mereka juga tidak akan mendapat solusi sama sekali.
Gu Xiang pun hanya menjawab, "Baiklah. Kalau begitu Kek! Kakek juga cepat pulang dan istirahat, ya…."
Gu Xiang baru pertama kali datang ke sini hari ini. Ia tentu tidak tahu letak kamarnya. Untungnya, Jiang Chi dengan tanggap mengantarkannya ke kamar.
Rumah Jiang Chi memang sederhana, ia hanya punya satu kamar tidur.
Di samping ada kamar tamu, namun ukurannya agak kecil. Walau demikian, rumah ini jarang menerima tamu yang sampai menginap, sehingga tidak pernah dipakai.
Akan tetapi, Gu Xiang tetap masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Seketika Gu Xiang bertanya dengan bingung, "Bagaimana sekarang?"
Jiang Chi berdiri di sampingnya, pria itu lebih tinggi satu kepala darinya. Lelaki ini pun menjawab, "Kamu tidur saja di sini dulu. Kalau dia pulang aku akan memanggilmu."
Ya! Jika tidak melihatnya tidur, Kakek Jiang juga mungkin tidak akan tenang dan segera pulang ke rumah.
Gu Xiang juga tidak memiliki solusi lain dan hanya bisa berbaring di atas ranjang.
Setelah berbaring, Jiang chi baru keluar dan menatap kakeknya. Ia pun berkata, "Gu Xiang sudah tidur. Kakek lebih baik pulang saja! Kondisi kesehatan Kakek kurang baik, jangan sering-sering melakukan perjalanan jauh."
Kakek sedang duduk di atas sofa dan berbicara sebentar dengan Jiang Chi, "Aku bukannya khawatir karena kamu. Hanya saja, aku takut kamu membiarkannya di rumah sendirian. Kamu sendiri sudah sadar dengan umurmu kan! Orang yang seumuran denganmu, semuanya sudah punya dua anak."
"Jiang Chi, sekarang kamu sudah memiliki seorang istri. Sudah saatnya bagimu untuk lebih memperhatikannya. Kalau sebelum aku meninggal sudah bisa melihatmu menjadi seorang ayah, aku tentu sangat puas sekali." Tambah Kakek Jiang
Jiang Chi mendengarkan perkataan kakeknya. Meski agak bertentangan dengan hatinya, ia juga tidak berdaya dan menghela nafas, "Ya… Aku tahu."
Walau demikian, Jiang Chi tetap menyadari niat baik dari kakeknya.
Semua orang tua juga begitu, selalu merasa bahwa anak-anaknya sudah harus menikah. Kalau ada yang belum menikah, tampaknya seakan dianggap telah melakukan sebuah tindak kejahatan.
Setelah berbicara dengan kakek selama empat puluh menit dan mendengarnya berceramah cukup lama, akhirnya kakek baru bersedia untuk pulang.
Jiang Chi mengantar kakek turun ke bawah dan baru naik ke atas. Ia pun segera masuk ke rumah dan melihat Gu Xiang sedang berbaring di ranjang besarnya itu. Ya, gadis itu sudah tertidur lelap.
Wajah yang putih dan bersih, rambut hitamnya pun terurai di sampingnya.
Hanya saja, Gu Xiang sepertinya tidak tertidur dengan nyenyak. Gadis ini mengerutkan keningnya dan bibirnya terlihat bergemetar.
"Ayah, aku salah!"
"Ayah, aku tidak akan berani lagi…,"
"Ayah, lain kali aku akan mendapatkan nilai yang lebih bagus lagi!"
Dalam mimpi, Gu Xiang berkata seperti itu….