"Adel! Adelia, lu denger gue enggak sih dari tadi" Natasha mulai kesal karena sedari tadi sahabatnya ini hanya diam sambil melihat ke segala arah dengan wajah panik. Rasanya tadi Adelia baik-baik saja, mengapa mendadak berubah seperti ini, batin Natasha lagi.
"Del!" panggil Natasha lagi, kali ini Natasha kembali menyikut lengan Adelia, berharap sahabatnya itu segera tersadar.
"Natasha?!" panggil Adelia, tidak percaya kalau dia bisa melihat sahabatnya ini lagi. Sudah hampir 13 tahun lamanya Adelia tidak pernah bertemu lagi dengan Natasha.
"Ya, ini gue, lu kenapa sih?" Natasha balas bertanya.
"Ini dimana?" Tanya Adelia serius, dia berusaha meyakinkan kalau ini bukan mimpi.
"Gue sih kepinginnya lagi liburan musim semi di Jepang atau lagi naik sepeda di Jeju, tapi sayangnya, ya.., kita lagi di kantin sekolah" jawab Natasha sambil berkhayal, dia memang ingin sekali berlibur.
"Tahun berapa ini?" Tanya Adelia lagi.
"Oh, Tuhan, kenapa sih lu ini? Hhhaahh.. Gue pinginnya sih tahun 2009, lulus dan masuk kuliah, tapi sayangnya ini masih 2006" jelas Natasha lagi.
"Berarti kita masih kelas 1 SMA?!" Tanya Adelia lagi, menaikkan nada suaranya, membuat siswa-siswa lain melihat ke arah mereka.
"Ish, lu nih bener-bener kenapa sih? Makanan lu enggak basi kan? Apa kepala lu terbentur pas jam olah raga tadi?" Natasha balas bertanya. Dia memegang dahi Adelia.
"Enggak panas" gumam Natasha pada dirinya sendiri.
"Coba cubit tangan gue" pinta Adelia, menjulurkan lengannya.
"Dengan senang hati" balas Natasha, mencubit dengan sekuat tenaganya.
"Aww!!" pekik Adelia kesakitan.
"Sssssttt, pakai jerit lagi" Natasha terkejut mendengar teriakan temannya itu.
"Sakit, berarti gue enggak mimpi" gumam Adelia.
"Ya jelaslah..", kalimat Natasha terpotong oleh bunyi bel sekolah mereka.
"Aaaah, udah bel lagi. Ayo cepetan kita balik ke kelas" ajak Natasha. Gadis itu segera memakan lauk yang masih tersisa di nampan makan siangnya. Makan siang hari ini yang terbaik, walaupun tambahan jamur dengan rasa yang tidak Natasha suka, tapi ada begitu banyak daging yang tersisa dan ayahnya sudah membayar mahal untuk semua ini, tentu saja Natasha merasa sayang untuk menyisakan makanan itu. Tingkah Adelia siang ini sangat mengganggu makan siangnya.
"Ayo Del" ajak Natasha, dia kesulitan berbicara karena mulutnya penuh dengan daging.
"Ya, ayo" jawab Adelia. Meskipun semua masih terasa membingungkan, dia mengikuti langkah kaki Natasha yang terburu-buru.
"Aah, perut aku akan sakit kalau makan daging terburu-buru begini. Kamu sih, tingkah kamu aneh sekali tadi" keluh Natasha. Gadis itu berjalan sambil tetap menelan sisa makanan di mulutnya.
"Bruk!" sebuah suara keras terdengar. Adelia mundur beberapa langkah, Dia baru saja menabrak seseorang.
"Dasar sial, apa lu enggak punya mata" hardik seorang lelaki sambil memegang bahunya yang baru saja terbentur. Tidak terlalu nyeri sebenarnya, lelaki itu hanya kesal saja.
"Maaf Kak" Natasha dengan cepat meminta maaf sambil menundukkan kepalanya saat mengetahui siapa yang baru menghardik Adelia.
"Maaf?" balas Ian, nama lelaki yang baru saja mengumpat itu. Dia adalah senior Adelia dan Natasha. Tidak ada anak yang mau berurusan dengan Ian. Remaja itu senang sekali merundung siapa pun yang dia inginkan. Lelaki, perempuan, senior maupun junior, bahkan terkadang guru mereka selama Ian mau dan ingin untuk merundung pasti dia lakukan.
"Kita sama-sama salah, kenapa kamu harus marah seperti tadi" balas Adelia dengan wajah kesal.
Adelia memang berjalan terburu-buru, tapi sama halnya dengan Ian, remaja kurang ajar itu juga punya salah yang sama, mengapa harus membesar-besarkan masalah kalau keduanya sama-sama salah, pikir Adelia dalam hatinya.
"Del!" Natasha menatap sahabatnya itu sambil menggelengkan kepalanya. Dia memberi kode agar Adelia tidak berbuat masalah dengan Ian. Yang perlu Adelia lakukan hanyalah meminta maaf dan pergi dari sana maka semua akan baik-baik saja, batin Natasha.
"Apa lu bilang? Sama-sama salah? Apa elu enggak nyadar badan lu yang besar ini bisa buat gue cidera tadi?" Tanya Ian dengan ketus. Baru kali ini ada yang melawan dirinya, sungguh gadis ini punya nyali lebih, pikir Ian sambil mendengus kesal.
"Oh ya? Kalau memang kamu cidera, kamu tidak akan punya energi lebih untuk beradu mulut dengan saya. Lagi pula siapa yang punya ba…" kalimat Adelia tidak selesai. Adelia segera kehabisan kata. Kalimat yang baru saja Ian ucapkan membuat dia tersadar akan satu hal. Tanpa memperdulikan Ian dia segera berlari dari sana. Hanya satu tempat yang harus dia tuju.
"Del? Mau kemana?" Natasha menjadi semakin bingung saat melihat sahabatnya berlalu begitu saja, meninggalkan dirinya dan Ian hanya berdua. Di hadapannya, Ian juga cukup terkejut karena ada yang berani seperti Adelia tadi.
"Saya minta maaf sekali Kak, maafkan teman saya ya Kak" ucap Natasha, ikut berlari mengejar Adelia, kembali meninggalkan Ian yang hanya bisa terbengong-bengong. Dua kali berturut-turut dia diperlakukan seperti ini.
Adelia berlari menuju toilet sekolah. Dia tidak terlalu ingat dimana letaknya. Kalau ini kelas 1 SMA berarti toilet tepat di sebelah kelasnya. Setelah menemukannya, Adelia masuk dengan tergesa. Karena sebentar lagi bel sekolah segera berbunyi, toilet itu sepi, hanya ada beberapa siswa sekolah yang sudah selesai menggunakan toilet, mereka sedikit bingung melihat Adelia yang masuk tiba-tiba dengan terburu-buru.
"Aaaaaarrghhhh!!" teriak Adelia, saat melihat ke arah cermin yang ada di toilet sekolah. Semua orang di sana langsung bergegas untuk keluar dari toilet saat melihat Adelia berteriak sambil bercermin. Mereka takut sekaligus bingung.
Natasha yang tertinggal beberapa meter di belakang Adelia dengan jelas mendengar jeritan Adelia yang cukup keras dari dalam toilet.
"Astaga, kenapa lagi anak ini?" gumam Natasha, mempercepat langkahnya masuk ke dalam kamar mandi.
"Del?!" panggil Natasha. Dia mendapati Adelia masih menatap cermin dengan wajah terkejut. Kedua matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka. Gadis itu seperti baru saja melihat hantu.
"Nat, lu lihat kan gimana tampilan gue?" Tanya Adelia, memastikan penglihatannya memang tidak salah.
"Iya gue lihat" jawab Natasha cepat, semakin tidak mengerti.
"Lihat bentukkan gue Nat" seru Adelia lagi.
"Iya gue lihat, memangnya ada apa? Ada yang salah?" Tanya Natasha lagi, dia bingung setengah mati. Natasha melihat seluruh tubuh Adelia dari atas sampai ke bawah. Rasanya tidak ada yang salah, sahabatnya itu masih sama seperti biasanya.
"Gue gemuk Nat. Badan gue gemuk! Lo lihat ini enggak? Ini enggak boleh!" balas Adelia lagi dengan wajah panik. Hari ini Adelia baru sadar kalau dia bukan hanya kembali ke masa-masa kelas satu SMA, tapi dia juga kembali ke masa yang paling buruk dalam hidupnya, masa sekolah, masa dimana dia selalu mendapatkan perundungan akibat bentuk fisiknya oleh teman-teman sekolahnya kecuali Natasha, sahabatnya.