Saat ini Rico berada dikantor polisi. Dia melaporkan kronologi yang dialaminya pada saat kerampokan.
Dari mulai pertama ia mabuk dan alasannya kenapa dia bisa mabuk.
Malam itu Rico mabuk bukan karena keinginannya, melainkan ada salah satu temannya yang menjahilinya dengan mencampuri minuman milik Rico. Itu sebabnya kenapa pada saat malam itu Rico begitu mabuk, karena sebelumnya dia tidak pernah mabuk.
Rico bukan lah pemuda yang suka mabuk, tapi kalau gonta-ganti pasangan, itu sudah menjadi identitasnya selama ini, itu pun hanya main-main saja. Semua orang mengenal Rico sebagai lelaki dengan seribu pacar.
Urusan dengan polisi selesai, kini Rico keluar dari kantor polisi. Tujuan utamanya sekarang adalah tempat kerjanya. Karena memang Rico seorang pemuda pekerja keras dan bertanggung jawab.
"Waktuku terbuang sia-sia karena perampok itu. Jadi tidak bisa nongkrong dulu nih. Harus langsung kerja! Bagaimana bisa aku memulai hariku tanpa tongkrongan," ucapnya kesal.
Rico mulai menghidupkan mesin motornya, dan melajukan motor miliknya meninggalkan kantor polisi.
Hanya menghabiskan waktu beberapa menit saja, Rico telah tiba ditempat kerjanya. Karena memang kantor polisi dan tempat kerjanya tidak begitu jauh.
Saat sampai langsung saja ada salah seorang teman Rico yang menghampirinya. Adit nama teman Rico tersebut. Salah satu teman yang paling dekat dengan Rico, bisa dikatakan dia sahabat Rico.
"Wah ... tumben Bro, baru nyampe. Biasanya paling pagi, ini malah sebaliknya," kata Adit.
"Ho'oh nih, males banget gue," jawab Rico.
"Kenapa memangnya, Co?" tanya Adit.
"Biasa lah, ada sedikit hambatan," ucapnya.
"Cerita lah sama gue, Bro. Siapa tahu gue bisa bantu," ucapnya.
"Bukan masalah besar. Hayu lah masuk, gue cape nih," ucap Rico.
"Baik lah ... sonoh masuk. Gue ada perlu diluar sana sebentar."
"Oh, iya iya," ucap Rico.
Tak terasa malam hari telah tiba. Malam ini hujan begitu lebat, semilir angin mengiringi setiap tetes air hujan yg berjatuhan. Suara petir yang menggelegar, membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa ketakutan.
Seperti biasa seorang gadis cantik selalu duduk dengan manisnya diatas jembatan. Cairan bening yang keluar dari pelupuk matanya kini telah bercampur dengan air hujan yang begitu dingin.
Samar-samar terdengar gadis itu bernyanyi. Suaranya yang lirih semakin menambah suasana malam ini menjadi mistis.
"Hiks ... aku ingin pulang! Kenapa dunia seakan menolak keberadaanku?"
Tangis gadis itu semakin memilukan. Sendirian ditempat yang sepi, hanya ada kegelapan yang menemani.
Tanpa sengaja Rico kembali melewati jembatan cinta itu. Saat sedang mengendarai motornya, ia melihat gadis itu duduk sambil menangis. Rico yang penasaran pun akhirnya berhenti dan memarkirkan motornya tepat didekat si gadis.
Sebenarnya Rico merasa sangat takut, apalagi jika mengingat cerita Mamihnya. Tapi Rico juga tidak tega melihat gadis itu sendirian ditengah hujan lebat dan dinginnya malam.
Tanpa pikir panjang Rico segera menghampirinya dan menyentuh pundak gadis cantik tersebut.
"Ehm ..." Rico mencoba menetralkan rasa canggung sekaligus takut yang ada didirinya.
Gadis itu pun menoleh dan memandang Rico. Dari caranya menatap Rico, sepertinya dia masih mengenali Rico.
"Untuk apalagi Mas ke sini?" tanyanya.
"Emmm ... anu itu, jadi," Rico sangat gugup.
"Bicara lah yang jelas, Mas!" ucap gadis itu lagi.
"Sebenarnya, aku hanya merasa kasihan padamu. Kenapa harus duduk di sini tengah malam? Apalagi ini sedang hujan lebat," terang Rico.
"Apa urusannya dengan, Mas?" ucapnya cuek.
"Bukan seperti itu, hanya saja sebagai seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, aku tidak bisa membiarkan seorang gadis sendirian," jelasnya.
"Tapi aku bukan gadis seperti itu. Aku tidak butuh perlindunganmu," tuturnya.
"Kenapa kamu sangat keras kepala sih? Dasar gadis hantu!" umpatnya kesal.
"Apa urusannya dengan Mas, kalau saya hantu?"
Perdebatan tidak penting itu berlangsung cukup lama antara Rico dan gadis cantik. Hingga beberapa saat hening kembali.
Rico mencoba memberanikan diri untuk bertanya kembali.
"Cepat katakan di mana rumahmu? Biar aku antar kamu pulang! Gak baik cewek sendirian malam-malam" tawarnya.
"Tidak! Aku tidak mau, pergi lah!" tolaknya.
"Kenapa kau sangat keras kepala? Ayo cepat!" Rico menarik paksa tangan gadis itu.
Saat tangannya bersentuhan dengan gadis tersebut, tangan Rico merasakan dingin yang menjalar kebagian tubuhnya yang lain. Tubuhnya memang merasakan dingin tapi entah mengapa hatinya merasakan kehangatan yang luar biasa.
Seketika jantung Rico berdetak lebih cepat, hatinya berdebar. Pandangan Rico berhenti sejenak pada sorot mata si gadis.
Seakan dunia berhenti sejenak, kini Rico mencoba memberanikan diri untuk mengelus pipi si gadis.
Perlahan tapi pasti tangan Rico mulai menyentuh pipi halus milik si gadis.
Nyatanya aksi Rico tersebut membuat si gadis geram. Dengan emosi yang meluap akhirnya si gadis meluapkan kemarahannya dengan menendang bagian perut Rico dengan begitu keras.
"Arghh ...."
Setelah menendang perut Rico, si gadis langsung berlari begitu saja. Menghilang entah kemana.
"Aww ... kemana gadis itu? Beraninya dia menendangku. Awas saja kalau bertemu lagi aku akan membalasnya," geram Rico.
Rico kembali kemotornya. Dengan keadaan basah kuyup Rico melajukan motornya dengan kecepatan penuh.
Ditengah perjalanan Rico terus melamun dan tidak fokus. Pikirannya masih teringat tentang kejadian tadi. Dia menyesal telah melakukan hal seperti itu.
Hati Rico tidak bisa berhenti berdebar. Rico merasakan sesuatu yang berbeda saat dia dekat dengan gadis itu. Berbeda dengan gadis-gadis lain yang selama ini Rico dekati. Ada sesuatu yang membuat Rico merasa nyaman saat berada didekat gadis cantik tersebut. Mungkinkah Rico telah merasakan jatuh cinta kepada si gadis?
Satu jam telah berlalu, kini Rico telah tiba dirumahnya. Rico memarkirkan motornya disebelah mobil milik papih Rico. Membuka helm dengan sangat lambat, tidak seperti biasanya. Rico perlahan membuka jaketnya yang telah basah kuyup itu.
Dengan langkah gontai, Rico berjalan kearah pintu rumahnya. Pelan Rico mulai mengetuk pintu rumah. Tidak ada respon sama sekali, itu tandanya kedua orang tua Rico telah tertidur. Wajar saja jika mereka tertidur, ini sudah sangat petang, bisa dikatakan ini dini hari.
Rico kesal karena tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Akhirnya dia menendang pintu tersebut. Namun karena pintu itu terbuat dari kayu yang sangat kuat, sehingga mengakibatkan tidak ada dampak apa-apa saat Rico menendangnya.
Dengan sangat terpaksa Rico mengeluarkan kunci didalam tasnya. Sebenarnya Rico memang selalu membawa kunci cadangan kemanapun ia pergi. Tapi sayangnya tadi Rico sedang malas melakukan apapun, sehingga untuk membuka kunci saja dia enggan mengerjakannya.
Rico mulai membuka kunci rumahnya. Setelah berhasil dia segera masuk dan menguncinya kembali.
Masuk kedalam kamar tanpa mau menoleh kearah mana pun. Sepertinya pikiran Rico mulai kosong.
Gadis cantik itu berhasil membuat Rico menjadi seperti orang linglung yang kehilangan arah dan tujuan hidupnya.
Didalam kamar pun, Rico masih tetap saja melamun. Rico mulai mendekatkan bobot tubuhnya diatas kasur. Tapi tiba-tiba dia teringat mamihnya. Mamih sering melarang Rico duduk dikasur jika keadaannya basah kuyup dan kotor, karena itu akan menambah pekerjaan mamihnya.
Rico kembali berdiri, akhirnya dia memutuskan duduk dilantai saja.
"Sebenarnya siapa gadis itu? Apa benar dia hantu? Atau dia hanya seorang gadis biasa yang pantas untuk dicinta? Tak peduli dia hantu atau manusia, tapi aku sepertinya mulai suka kepadanya. Besok malam aku harus mendatangi jembatan itu lagi! Aku ingin bertanya padanya, dan dia harus berkata jujur!" ucap Rico berbicara kepada dirinya sendiri.
Setelah memiliki sedikit solusi dari masalahnya, Rico mulai sedikit tenang.
Buru-buru Rico masuk kedalam kamar mandi. Bukan untuk mandi, melainkan hanya untuk mengganti pakaiannya. Rico malas kalau harus mandi dijam segini. Apalagi dia sangat kedinginan. Jadi dia memutuskan untuk berganti pakaian saja.