Dinda dan juga Rico pun tertawa bersama dengan penuh gembira. Lalu Dinda pun penasaran karena tadi Rico tiba-tiba saja menanyakan tentang perasaan dirinya.
"Em ... Rico, ada apa kamu menanyakan tentang perasaanku?" tanya Dinda yang penasaran dan akhirnya memutuskan untuk bertanya secara langsung saja kepada Rico.
"Mmm ... kepo deh. Haha," tawa Rico.
"Ih ... aku serius tahu. Kenapa kamu tadi bertanya begitu padaku?" tanya Dinda kembali.
"Ahaha ... sebenarnya bukan apa-apa sih. Aku hanya ingin bertanya saja padamu. Ga ada niat lain kok. Percaya deh," ujar Rico.
"Bohong," ucap Dinda tak percaya.
"Hehe ... iya sih, sebenarnya bukan hanya itu saja alasan utamanya," ucap Rico yang tersenyum kaku karena takut mendapat amukan dari Dinda. Rico pun menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Lalu apa?" bingung Dinda.
"Sebenarnya, aku hanya ingin bertanya saja padamu. Untuk menggodamu. Haha ... tadi wajahmu terlihat begitu memerah loh. Apa kamu gugup? Hm ... atau hatimu berdebar? Iya, kan? Kamu pasti jatuh cinta padaku, kan?" tebak Rico dengan begitu percaya dirinya.
"Ih apaan coba? Ga lucu ya! Au ah, aku ngambek," kesal Dinda.
"Sejak kapan kamu jadi ngambekan? Haha ... seperti bukan Dinda yang aku kenal," cicit Rico.
"Bodo amat! Dahlah, kita pulang saja, ga jadi pergi," putus Dinda.
"Lah, lah, lah, kok gitu? Katanya mau ajak aku pergi. Ga bisa gitu lah. Kok ngambeknya ga lucu sih," ucap Rico.
"Yeh ... bukan ngambek juga kali. Hanya saja tiba-tiba saja aku mendadak ada urusan penting. Aku harus segera datang ke sana," ujar Dinda.
"Owalah ... antar aku pergi dulu lah," pinta Rico.
"Mau ke mana sih? Aku ga bisa," ucap Dinda.
"Mm ... jadi tuh ya, aku itu mau membelikan sesuatu untuk seorang wanita. Kamu mau bantu aku pilihkan sesuatu barang yang bagus ga untuknya? Mau ya, please," mohon Rico.
"Wanita yang mana lagi sih memangnya?" bingung Dinda. Karena setahu Dinda, Rico bukanlah tipe orang yang dapat mencintai hanya satu wanita saja. Rico dalam sehari bisa mencintai sepuluh wanita bahkan lebih. Setiap wanita cantik yang dilihat oleh Rico pasti akan membuat diri Rico jatuh hati.
"Enggak kok, kali ini aku hanya memiliki satu wanita saja. Satu-satunya wanita yang aku cintai setelah Mamihku," ucap Rico.
"Heleh ... sok-sokan kamu, Ric. Aku tahu itu wanita kesekianmu, kan?" tebak Dinda.
"Ya enggaklah. Mana ada wanita kesekian. Kali ini hatiku hanya untuknya saja. Ayolah, Din, antar aku," paksa Rico.
"Memangnya siapa wanita yang saat ini sedang kamu cintai?" tanya Dinda.
"Dia adalah wanita yang sangat berbeda dari wanita lainnya. Saat melihatnya aku tiba-tiba saja jatuh hati padanya. Sudah sekian lama aku ingin memilikinya. Aku telah berhasil karena bisa dekat dengannya, hanya saja aku belum bisa membuat dirinya terbuka. Kamu tahu ga, Din? Wanita itu lah yang telah membuatku berubah. Aku jadi tidak lagi ingin memainkan hati wanita manapun lagi. Aku hanya ingin setia padanya," ungkap Rico.
'Ya ampun ... kenapa hatiku sakit sekali saat mendengar ini semuanya dari Rico. Padahal selama ini Rico sering bersama dengan banyak wanita. Tapi aku merasa biasa saja. Tapi untuk kali ini mengapa aku merasa begitu terluka? Apa karena Rico begitu mencintai wanita itu? Jika Rico mencintai wanita lain, apa itu tandanya dia tidak pernah sama sekali suka padaku? Ish ... mikir apa lah aku ini. Ya ga mungkinlah Rico suka sama aku. Lagian aku juga ga mau kalau sampai Rico suka sama aku'. Batin Dinda.
"Woy! Kenapa malah melamun sih? Mau ga antar aku?" tanya Rico kembali.
"Mmm ... ya sudahlah. Karena aku orangnya baik hati dan tidak sombong, maka ayo kita pergi. Aku akan anterin kamu. Tapi inget ya, jangan lama-lama. Soalnya aku juga ada urusan lainnya. Ini urusan kerjaan. Gawat kalau sampai ga didatengin. Nanti gagal deh aku dapat uang. Emangnya kamu mau tanggung biaya hidupku?" cicit Dinda.
"Jelas tidak! Aku saja masih jadi tanggungan orang tuaku. Lalu kamu dengan entengnya mau aku biayain tuh hidup. Enak banget dah. Mending minta pacarmu saja sana. Minta dia untuk menanggung hidupmu. Eh ... ups, aku lupa. Hm ... seorang Dinda mana pernah dia punya pacar. Haha ... dia itu kan jomblo akut. Astaga ... kenapa aku bisa lupa tentang hal itu ya? Dinda itu jomblo," ledek Rico.
"Oh ... kamu ngeledek aku ya? Hm, baiklah. Aku ga jadi anterin kamu untuk pergi. Pergi aja sendiri sana. Jangan pernah memintaku untuk menemanimu," kesal Dinda.
"Eh, eh, kok malah jadi ngambek kayak gitu sih? Ck, aku itu bercanda kali. Udah ah ayo kita pergi saja. Aku ga akan banyak omong lagi. Takut nanti wanita baperan marah. Haha," tawa Rico.
"Nah kan, ledek aja terus, ledek. Ga jadi aku antar. Sana turun dari mobilku," usir Dinda.
"Jangan dong, Din. Iya aku minta maaf. Aku salah. Maafin ya, hehe," ujar Rico.
"Awas aja kalau macam-macam lagi. Turun saja kamu dari mobilku. Ya udah, ayo kita pergi. Jangan lama-lama ya, ingat itu," ancam Dinda.
"Iya, iya," turut Rico.
Rico dan juga Dinda pun saat ini telah berada di sebuah pusat perbelanjaan yang begitu besar. Rico masih saja bingung harus membeli apa untuk Cinta. Dia sama sekali tidak tahu dengan apa yang Cinta sukai.
"Ayo, mau ke mana kita?" tanya Dinda yang sudah mulai bosan.
"Mmm ... aku beli apa ya? Kasih saran dong," ucap Rico.
"Ok, ok, bentar aku mikir dulu," ujar Dinda. Lalu Dinda pun mulai memutar otak untuk mencari ide. Cukup lama Dinda berpikir sampai Rico pun menjadi ikut bosan dan tidak sabaran.
"Ck, udah belum mikirnya?" tanya Rico.
"Mmm ... gini aja deh, gimana kalau kita beli perhiasan saja? Gimana menurutmu?" tanya Dinda.
"Bagus sih perhiasan. Tapi ..." ragu Rico.
"Tapi apa?" heran Dinda.
"Mmm ..." bingung Rico.
"Apa? Ayo katakan! Oh ... atau ini masalah biaya, ya?" tebak Dinda. "Tenang aja kalau untuk masalah itu mah. Aku ada kok sedikit uang buat bantuin kamu beli perhiasan. Hanya saja itu pinjaman ya, hehe," tutur Dinda.
"Ish ... bukan itu loh yang jadi masalahnya," jelas Rico.
"Lah, terus apa dong? Kalau bukan itu apa?" bingung Dinda.
"Masalahnya adalah, apakah gadisku akan menyukai hadiah itu? Ck, aku takut dia ga suka," aku Rico.
"Owalah ... ternyata itu yang kamu takutkan. Udah, tenang saja. Dia pasti suka, kok. Semua wanita pasti suka kalau dibeliin perhiasan," tutur Dinda.
"Tapi dia itu berbeda dari wanita lain," terang Rico.