Chereads / Kisah Cinta Tak Biasa / Chapter 7 - Beli Hadiah

Chapter 7 - Beli Hadiah

Dinda menatap Rico lekat, tidak mau membuang waktu lebih lama lagi, akhirnya Dinda pun langsung saja menarik tangan Rico untuk ikut dengannya. Dinda langsung membawa Rico ke sebuah toko perhiasan.

"Nah ayo, silahkan pilih," titah Dinda.

"Kamu yakin dia akan suka?" tanya Rico yang sampai saat ini masih saja ragu-ragu. Dia takut Cinta tidak akan menyukai perhiasan.

"Coba aja dulu, Ric," ujar Dinda.

"Ga mau aku kalau harus coba-coba, Din," celoteh Rico.

"Ya kalau ga dicoba, sampai kapan pun kamu ga akan tahu apa yang menjadi kesukaan wanitamu itu. Udah coba aja dulu," paksa Dinda.

"Nanti kalau dia ga mau bagaimana?" bingung Rico.

"Astaga ... Rico! Ck, sedari tadi itu terus ya yang kamu masalahin. Kalau ga mau ya udah tinggal ambil lagi saja. Apa susahnya sih? Gitu aja kok dibikin ribet," kesal Dinda.

"Nanti sia-sia dong aku beli perhiasan mahal-mahal, tapi ga kepake," ucap Rico.

"Kalau untuk masalah itu tenang saja. Aku ada solusinya kok," kelakar Dinda.

"Apa itu solusinya?" tanya Rico antusias.

"Kalau pun wanitamu itu tidak mau mengambil hadiahnya, tapi perhiasan yang kamu beli tetap akan terpakai kok," cicit Dinda.

"Caranya?" bingung Rico.

"Hm ... ya kamu tinggal kasihkan saja tuh perhiasan sama aku. Hehe, aman, kan? Perhiasannya akan terpakai. Tapi terpakai olehku. Haha," tawa Dinda.

"Oh ... boleh saja sih perhiasan itu untukmu," enteng Rico.

"What? Kamu serius?" tanya Dinda.

"Ya serius lah. Tapi ..." ucap Rico.

"Tapi apa?" tanya Dinda yang sudah semakin penasaran saja. Karena selama ini Rico tidak pernah memberinya barang mahal, lalu saat ini tiba-tiba saja Rico dengan entengnya mengatakan akan memberikan perhiasan itu pada dirinya jika kekasih Rico tidak ingin memakainya.

"Tapi bayar," jelas Rico.

"What?" kaget Dinda. "Ogah banget deh. Masa iya aku harus bayar. Pelit banget deh kamu, Ric. Padahal aku ini kan sahabatmu sendiri. Sahabat dari kecil loh, Ric. Ck, masa cuman masalah kayak gitu aja harus bayar sih. Lagian itu juga kan perhiasan yang tak terpakai. Jadi ya udah, daripada tidak terpakai, mendingan kamu kasihkan aja sama aku," cicit Dinda.

"Sahabat sih sahabat, Din. Tapi tetap saja, kan. Hm, perhiasan itu mahal loh, masa iya aku harus memberikannya secara cuma-cuma sama kamu. Lagian ya, kamu itu kan udah banyak uang, ngapain juga coba minta yang gratisan. Terus nih, kata siapa perhiasan itu tidak akan terpakai? Aku bisa kok memberikannya kepada mamihku. Mamihku pasti mau nerima itu semua dengan senang hati," ucap Rico.

"Loh, loh, loh. Bukannya tadi kamu sendiri ya yang bilang, kalau semisal wanitamu itu tidak mau menerimanya, itu perhiasan ga akan kepake. Ck, lalu mengapa kamu sekarang malah balik bertanya sih sama aku? Dasar aneh. Udah ah, aku pergi aja dari sini," kesal Dinda.

"Eh, eh, eh, jangan ngambek dong. Iya deh iya, aku yang salah," pasrah Rico.

"Ya emang kamu kok yang salah," murka Dinda.

"Elah, jangan ambekan dong. Ga boleh kayak gitu," ujar Rico.

"Bodo amat! Abisnya sih, kamu juga yang bikin kesal," celoteh Dinda.

"Ho'oh deh, aku emang salah. Maafin ya, maaf," ucap Rico.

"Iya, iya, aku maafin. Ayo ah, buruan mau beli apa? Aku udah ga ada waktu lagi nih. Aku harus pergi, Rico," marah Dinda.

"Mmm ... mau bagaimana lagi? Ya udah beli perhiasan aja," pasrah Rico.

"Mau perhiasan yang kayak gimana?" tanya Dinda.

"Aku juga bingung. Ayo dong pilihkan," pinta Rico.

"Gini aja deh gini, sekarang kamu sebutin bagaimana ciri-ciri wanitamu itu. Sikapanya bagaimana?" tanya Dinda.

"Buat apa kamu bertanya tentang itu semua?" bingung Rico.

"Ya ampun, Rico ... masa gitu aja kamu ga tahu sih. Ya aku harus tahu dulu lah kepribadian orang itu. Aku ga bisa asal pilih. Kalau aku tahu kepribadian atau bentuk tubuhnya seperti apa, ya aku bisalah memperkirakan apa yang menjadi kesukaannya. Terus aku juga jadi tahu, apa barang itu akan cocok dipakai olehnya atau tidak. Udah cepat, ceritakan saja bagaimana dia," titah Dinda.

"Oh ... begitu ya. Baiklah, aku akan ceritakan," putus Rico. "Dia itu ... seorang gadis yang lain dari yang lain. Saat aku bersentuhan dengannya, aku merasakan sesuatu hal yang begitu berbeda. Aku menyukai cara bicaranya yang begitu lembut saat terdengar di telingaku. Rambutnya panjang, dia memiliki tahi lalat di atas bibirnya. Akh sial! Tahi lalat itu yang membuatku tergila-gila padanya," aku Rico.

"Lebay banget! Dasar bucin," ledek Dinda.

"Ya biarin lah," sahut Rico.

"Udah, udah, lanjutin ceritanya aja cepat!" titah Dinda yang sudah semakin tak sabaran saja.

"Terus ya, dia itu wanita yang tertutup. Sepertinya dia memiliki banyak rahasia dalam hidupnya. Masa lalu yang kelam, sampai membuat dia selalu bersedih dan juga murung. Ck, sayangnya sampai saat ini aku belum bisa mengetahui masa lalu itu. Sampai saat ini aku masih mencari tahu. Oh ya, dia itu awalnya aku mengira dia hantu. Haha, ya aku ga tahu dia hantu atau bukan. Aku baru mengenalnya sekitar satu bulan. Meskipun sesingkat itu, tapi rasa cintaku padanya sungguh sangat besar," terang Rico.

"What?" kaget Dinda yang langsung membelalakan matanya. "Apa kamu bilang? Dia hantu! Ya ampun Rico, jadi selama ini kamu menjalin hubungan dengan hantu?" tanya Dinda tak percaya. Dinda begitu syok mendengar cerita dari Rico.

"Diamlah! Aku juga belum tahu dia itu hantu atau bukan. Tapi menurutku dia itu manusia biasa kok, dia juga pantas untuk dicinta. Dan ya, aku tidak perduli dia hantu atau bukan. Hatiku sudah berlabuh padanya. Aku sangat mencintainya. Aku tidak bisa berpaling lagi darinya. Dan, jika benar dia hantu, aku akan tetap memperjuangkan cintaku. Aku sangat mencintainya, Dinda, sangat! Bahkan aku sendirilah yang memberinya nama Cinta. Kamu tahu mengapa? Itu karena aku begitu cinta padanya. Satu lagi, dia juga sering berdiam diri di sebuah jembatan, jembatan yang orang-orang memberinya nama jembatan cinta. Dia itu hanya datang ke sana saat malam hari saja. Itulah sebabnya orang lain mengira Dinda adalah gadis hantu. Bahkan Mamihku saja pernah cerita bahwa jembatan itu begitu angker. Tapi aku yakin kok, dia itu bukan hantu. Dia adalah Cinta, wanita yang sangat aku cintai," ungkap Rico.

'Rico, sebesar itukah cintamu padanya? Wanita yang belum lama ini kamu kenal. Lalu apa kabar denganku? Aku yang selalu ada untukmu. Tapi kamu sama sekali tidak memandangku. Kenapa kamu sama sekali tidak menyukaiku? Astaga, apa yang aku pikirkan? Ck, sudahlah'. Batin Dinda.