Hari sudah semakin larut, tapi sepasang kekasih ini sepertinya enggan untuk pulang dan berpisah.
Rico terus saja menggenggam tangan Cinta tanpa mau untuk ia lepaskan.
Cinta sadar bahwa ini sudah sangat malam. Meski dirinya masih sangat ingin berduaan dengan Rico, tapi dia juga tidak mau egois. Menurut Cinta tidak baik bagi Rico untuk terus-terusan berada di luar seperti ini saat hari semakin gelap.
"Mas Rico, sebaiknya kamu pulang saja," titah Cinta.
"Mengapa begitu, Cinta? Aku masih ingin selalu berada di sampingmu. Aku tidak ingin berpisah darimu," ucap Rico.
"Tapi, Mas, ini sudah sangat larut. Tidak baik bagimu untuk terus selalu berada di sini, Mas. Ayolah, Mas, pulang ya," paksa Cinta.
"Kamu kenapa, Cinta? Kenapa kamu selalu saja ingin cepat berpisah dariku? Apa kamu tidak nyaman berada di dekatku?" tanya Rico. Rico menjadi salah sangka terhadap Cinta.
"Mmmm ... tidak kok, Mas. Tidak begitu. Bukan itu maksudnya, Mas. Hanya saja aku khawatir padamu, Mas," ungkap Cinta.
"Kamu tidak perlu khawatir padaku, Cinta. Aku bisa kok untuk menjaga diriku sendiri. Kamu tenang saja. Kamu ga perlu memikirkan tentang hal itu. Aku bisa!" tegas Rico.
"Mengapa Mas Rico berucap seperti itu? Aku kan hanya mengingatkanmu, Mas. Iya aku tahu kok. Aku tahu kalau Mas Rico bisa menjaga dirimu sendiri, Mas. Mas Rico sama sekali tidak butuh aku kan, Mas?" celetuk Cinta.
Ucapan Cinta membuat Rico tersadar akan salahnya.
"Bukan, bukan itu maksudnya, Cinta. Maafkan aku ya, aku salah. Aku telah salah padamu. Tolong maafkan aku," ucap Rico.
"Mas Rico tidak bersalah kok. Aku saja yang bersalah karena terlalu mengatur hidup Mas Rico," cicit Cinta.
"Astaga ... Cinta, jangan marah ya. Asli, bukan itu maksudku. Tadi aku hanya sedikit terpancing kekesalan saja. Aku kan masih ingin selalu berada di dekatmu, Cinta. Tapi tadi kamu memaksaku untuk pulang. Hal itu membuatku jadi sedikit kesal. Maaf ya, Cinta. Tolong maafkan aku," pinta Rico.
Namun Cinta tetap diam saja saat Rico mengatakan kata maaf padanya. Cinta seolah enggan untuk menanggapi apapun lagi. Rico tahu saat ini Cinta sudah marah padanya. Lalu Rico pun dengan segera langsung saja memutar otak untuk mencari ide agar Cinta tidak marah lagi padanya. Tapi entah mengapa Rico justru malah kepikiran tentang hal ini. Rico langsung saja memutar pandangan Cinta menjadi menghadap ke arahnya dengan cara ia menyentuh wajah Cinta.
"Cinta, maafkan aku. Jangan pernah kamu marah padaku. Aku tidak bisa seperti ini, Cinta. Aku tidak akan kuat melihat orang yang aku cintai marah kepada diriku. Hatiku hancur saat mengetahui tentang hal itu," tutur Rico.
'Ada apa dengan Mas Rico? Mengapa dia menjadi berlebihan seperti ini? Padahal aku hanya marah biasa saja padanya. Tapi respon yang dia tunjukan padaku terlalu lebay'. Batin Cinta.
"Sudahlah, Mas. Apa sih? Kamu lebay," celetuk Cinta.
"Apa?" kaget Rico.
'Astaga ... mengapa Cinta bisa berucap seperti itu ya? Apa iya aku terlalu berlebihan? Ah ... menurutku tidak kok. Aku biasa saja'. Batin Rico.
"Iya, Mas Rico lebay! Sungguh lebay!" tegas Cinta.
"Tidak ah. Aku bicara apa adanya kok. Apa yang aku rasakan, itu juga yang aku katakan," ujar Rico.
"Hm ... ya sudahlah, terserah Mas Rico saja. Sudah sana, Mas, kamu pulang saja," titah Cinta kembali.
"Cinta, bisakah aku lebih lama lagi bersamamu? Aku hanya memiliki waktu saat malam hari saja untuk bertemu dengan dirimu. Maka dari itu aku ingin memanfaatkannya sebaik mungkin. Aku ingin selalu berada di dekatmu. Boleh ya, Cinta? Please, aku mohon," pinta Cinta.
"Mas Rico, tapi aku khawatir padamu, Mas. Ini sudah sangat malam. Kamu ingat, Mas, saat awal pertama kita bertemu? Kamu terlunta-lunta di jalanan dengan kondisi yang begitu menyedihkan. Kamu sepertinya malam itu menjadi korban kejahatan, Mas," tutur Cinta.
"Malam itu, siapa pun juga yang telah berbuat jahat padaku, aku sangat berterimakasih kepada orang itu, Cinta," celetuk Rico.
"Loh, kok begitu, Mas?" bingung Cinta.
"Iya aku berterimakasih padanya. Karena berkat dia aku jadi bisa bertemu denganmu. Aku juga bisa mengenal arti cinta yang sesungguhnya," cicit Rico.
"Tapi pertemuan pertama kita terkesan kurang menyenangkan kedua belah pihak, Mas," ucap Rico.
"Ya, kamu benar, Cinta. Saat itu aku terlalu bodoh karena merasa takut padamu. Padahal untuk apa juga aku takut kepada wanita yang begitu cantik sepertimu. Aku harusnya justru merasa senang karena dapat dipertemukan olehmu," ujar Rico.
"Wajar saja kamu takut, Mas Rico. Aku mungkin saja memang benar gadis hantu, seperti kata-kata yang Mas Rico lontarkan padaku," celetuk Cinta.
"Aku sudah tidak memperdulikan tentang hal itu, Cinta. Tak perduli kamu hantu ataupun manusia biasa. Yang pasti aku sudah jatuh cinta padamu," ucap Rico.
'Mas Rico, meskipun aku bukan hantu, tapi aku memiliki masa lalu yang begitu kelam, Mas. Hiks, aku tidak pantas untuk dicintai oleh siapa pun juga. Aku yakin kamu akan menyesal pernah jatuh cinta kepada wanita sepertiku ini. Hiks, jembatan ini ... jembatan ini yang menjadi saksi betapa kelamnya hidupku. Jembatan ini juga yang membuat aku ingin mengakhiri hidupku. Aku bunuh diri di jembatan ini. Tapi meskipun begitu, jembatan ini pula yang tetap menerima keberadaanku. Aku pasti akan menceritakan segalanya tentang kelamnya hidupku padamu, Mas. Tapi itu nanti, tidak untuk saat ini'. Batin Cinta.
"Mas Rico, sebaiknya kamu pikirkan lagi tentang kata-katamu itu, Mas. Aku takut kamu akan menyesal di kemudian hari," ujar Cinta.
"Tidak! Tidak akan pernah aku menyesali cinta yang aku miliki ini, Cinta," yakin Rico. "Oh ya, Cinta, saat malam pertemuan pertama kita itu, aku kan tidak sadarkan diri di sini, lalu mengapa saat bangun aku bisa ada di rumah?" tanya Rico yang menjadi penasaran kembali karena hal itu.
"Aku juga tidak tahu, Mas," celetuk Cinta.
"Loh, memangnya bukan kamu yang mengantarku pulang?" selidik Rico.
"Bukan kok. Saat kamu tidak sadarkan diri, aku langsung meninggalkan dirimu sendiri di sini," ucap Cinta.
"Lalu kalau bukan kamu, terus siapa dong?" bingung Rico.
"Aku juga ga tahu, Mas. Lagian bagaimana bisa aku mengantar Mas Rico untuk pulang, aku saja tidak tahu di mana rumah Mas Rico," aku Cinta.
"Eh, iya juga ya. Hm ... bagaimana kalau saat ini kamu ikut denganku ke rumahku. Supaya kamu menjadi tahu di mana rumahku berada," ucap Rico.
"Tidak! Aku tidak akan pernah mau untuk ikut ke manapun juga. Dunia ini tidak suka dengan keberadaan diriku ini, Mas. Aku ga mau," ujar Cinta.