"Kenapa begitu, Cinta? Kata siapa dunia ini tidak suka dengan keberadaanmu? Ayolah Cinta, jangan pernah berpikir seperti itu," ucap Rico.
"Tapi itu memang benar kok, Mas," lirih Cinta.
"Tidak, Cinta! Kamu telah salah dalam beranggapan. Tidak ada yang seperti itu," kekeh Rico.
"Sudahlah, Mas. Kamu tidak tahu saja," kesal Cinta.
'Hiks, bahkan ayahku saja mengusirku dari rumah. Semua teman-temanku juga telah menjauhiku dan merasa jijik jika berada di dekatku. Hanya ibu, ibu saja yang masih menerimaku. Tapi ... ibu menjadi tidak berdaya karena ayah. Mengapa? Mengapa mereka begitu kejam padaku? Padahal itu bukan salahku. Bukan mauku menjadi seperti itu'. Batin Cinta.
"Cinta, jangan menangis," pinta Rico. Rico pun langsung menghapus satu titik air mata yang sudah keluar dari pelupuk mata Cinta.
"Mas, sudah kukatakan, sebaiknya kamu pulang saja, Mas," titah Cinta.
"Aku akan pulang, tapi tunggulah sebentar lagi. Aku masih ingin bersama denganmu," putus Rico. "Cinta, apa kamu tidak ingin bercerita padaku tentang siapa dirimu yang sebenarnya? Tentang asal usulmu dan juga masa lalumu. Apa kamu tidak ingin ceritakan tentang hal itu?" tanya Rico.
"Kamu sendiri yang mengatakan pada diriku, Mas. Katanya kamu tidak perduli dengan apapun juga yang menyangkut dengan diriku, lalu mengapa kamu sekarang berkata seperti itu? Apa hatimu sudah mulai goyah, Mas? Apa kamu jadi ragu dalam mencintaiku jika kamu tidak tahu tentang diriku yang sebenarnya? Apa kamu juga jadi takut kalau aku memang benar hantu? Iya, begitu, Mas?" tanya Cinta.
"Tidak! Tidak, tidak, bukan seperti itu. Hanya saja aku ingin kamu membagi segala keluh kesah hidupmu pada diriku. Aku ingin menjadi penopang hidupmu, Cinta. Aku ingin menjadi orang yang dapat kamu percayai," tutur Rico.
"Aku belum bisa untuk mengatakan apapun juga padamu kalau untuk saat ini, Mas Rico. Tolong beri aku waktu," ucap Cinta.
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan," pasrah Rico. "Cinta, saat itu kan aku yang memberimu nama Cinta, apa kamu suka dengan nama yang aku berikan?" tanya Rico.
"Ya, aku suka saja. Lagian jika aku tidak menyukainya, aku tidak mungkin tetap mengizankan dirimu memanggilku dengan sebutan Cinta," papar Cinta.
"Hehe, iya, kamu benar sekali, Cinta. Aku sangat bahagia jika kamu menyukai nama itu," senang Rico.
"Mas Rico, ayolah ini sudah sangat larut. Sudah sana, kamu lebih baik cepat pulang, Mas," tegas Cinta.
"Cinta, apa aku boleh untuk mengantarmu pulang?" tanya Rico.
"Tidak! Itu tidak mungkin! Kamu tidak mungkin dapat datang ke tempat tinggalku, Mas!" ungkap Cinta.
"Mengapa bisa seperti itu, Cinta?" heran Rico.
"Karena itu bukan tempat yang pantas untukmu. Sudah sana kamu pulang, Mas! Aku bilang pulang!" kesal Cinta.
"Baiklah, baik. Tapi sebelum aku pulang dan berpisah denganmu, apa aku boleh untuk melakukan sesuatu dulu padamu?" tanya Rico.
"Apa? Apa maksud kamu, Mas?" murka Cinta. Cinta berpikir Rico pasti ingin meminta hal yang kurang ajar padanya, itulah sebabnya Cinta menjadi begitu marah dan juga kesal.
"Aku ... aku hanya ingin mengecup dirimu saja kok. Apa boleh?" tanya Rico. Cinta hanya terdiam saja saat Rico mengatakan hal itu.
'Apa, jadi Mas Rico hanya ingin mengecup diriku saja. Astaga ... aku pikir Mas Rico akan melakukan hal yang begitu kurang ajar padaku. Tapi ... aku izinkan tidak ya, Mas Rico untuk mengecup diriku? Tapi dulu juga Mas Rico pernah mengecup diriku. Apa sekarang aku izinkan dia saja? Mm ... aku bingung'. Batin Cinta.
"Bagaimana, Cinta? Apa boleh?" tanya Rico ingin memastikan. Namun Cinta masih saja terus terdiam tanpa mau berucap. "Jawablah, Cinta! Apa kamu merasa malu?" tanya Rico.
"Mmm ... aku ... aku," gugup Cinta.
Melihat Cinta yang menjadi gugup seperti itu, membuat Rico langsung memberanikan diri untuk mengecup pipi Cinta tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Cinta. Sontak saja hal itu membuat Cinta kaget. Cinta langsung membelalakan matanya, dia juga langsung memegangi pipi yang tadi bekas kecupan bibir Rico. Seketika itu juga pipi Cinta menjadi memerah. Entah itu karena dia menahan amarah, atau karena merasa malu.
"Maaf, Cinta," ucap Rico.
"Mmm ... sudahlah, Mas Rico. Bukankah Mas Rico sudah mendapatkan apa yang diinginkan oleh Mas Rico, kan? Jadi sebaiknya Mas Rico pulang sekarang, Mas," titah Cinta.
"Kamu tidak marah kan sama, Mas Rico?" tanya Rico. Rico sangat takut Cinta akan marah padanya. Karena yang ia lakukan tadi itu sangatlah salah, apalagi dia melakukannya tanpa izin terlebih dulu dari Cinta.
"Tidak, sudah pergi sana, Mas," usir Cinta.
"Syukurlah, untung kamu tidak marah padaku. Terimakasih ya, Sayangku. Kalau begitu aku pulang dulu," pamit Rico pada akhirnya.
"Iya sudah sana pulang. Dari tadi kek," celetuk Cinta.
"Hehe, kok kamu jahat banget sih," ujar Rico.
"Biarin. Sesuka hatiku lah, Mas," ucap Cinta.
"Iya deh iya. Ya udah, aku pulang dulu ya. Besok malam aku akan datang lagi. Aku pulang," pamit Rico.
"He'em," sahut Cinta.
Rico pun kemudian langsung menuju ke arah sepeda motornya. Dengan segera dia pun langsung menghidupkan sepeda motornya. Sebelum melajukan sepeda motornya, Rico terlebih dahulu melambaikan tangannya ke arah Cinta. Bahkan Rico juga mengecup telapak tangannya sendiri, lalu ia arahkan telapak tangannya tersebut kepada Cinta, membuat Cinta menyunggingkan senyum karena ulahnya.
"Dadah, Sayang," teriak Rico. Setelah itu Rico pun langsung saja melajukan sepeda motornya pergi dari tempat itu.
Selepas Rico meninggalkan dirinya, Cinta pun langsung terkulai lemas dan terduduk begitu saja di sembarang tempat.
"Hiks, mengapa semakin ke sini, aku menjadi semakin takut saja, ya? Aku takut Mas Rico akan mengkhianati diriku dan juga meninggalkanku. Bahkan saat ini saja perasaanku sudah semakin tidak dapat dikendalikan saja. Bagaimana ini? Semakin besar rasa cintaku padanya, semakin besar pula rasa takutku. Banyak sekali ketakutan yang menghampiriku. Apalagi aku juga begitu takut Mas Rico tidak akan menerima tentang masa lalu kelam diriku. Aku takut dia tidak akan menerima jati diriku yang sesungguhnya. Aku sangat takut akan hal itu. Hiks," sedih Cinta.
Sementara itu, Rico terus saja tersenyum saat dirinya melajukan sepeda motornya. Rico tersenyum saja membayangkan wajah Cinta yang begitu cantik.
'Aku sungguh telah dimabuk cinta oleh Cinta. Aku benar-benar tergila-gila padanya. Setiap detiknya, rasa cintaku pada Cinta semakin dalam saja. Rasanya aku tidak mungkin bisa untuk menghapus rasa cinta ini. Ya ampun ... Cinta, baru kali ini ada wanita yang telah berhasil mencuri hatiku. Akh ... aku sudah seperti orang yang gila karena cinta. Oh ya, tadi tahi lalat di atas bibir milik Cinta begitu cantik dan manis. Aku tergoda akan hal itu. Sangat tergoda'. Batin Rico.