Dengan penuh ketakutan, Sarla mencoba memberanikan diri untuk menemui Papih sang pemilik tempat hiburan.
Saat akan memasuki ruangan Papih, Sarla dihadang oleh dua penjaga kamar Papih. Kedua penjaga itu memiliki badan yang kekar dan juga menyeramkan. Tak hanya itu, bahkan mereka juga memiliki banyak tato di seluruh tangannya.
"Mau apa kamu ke sini?" tanya salah satu dari penjaga itu dengan nada suara yang begitu menakutkan saat didengar oleh Sarla.
"Mmm ... aku ... aku ingin menemui Papih," jelas Sarla.
"Ada keperluan apa sampai kamu ingin menemuinya?" tanyanya kembali.
"Aku ... ada yang ingin aku bicarakan," terang Sarla yang sudah gemetar karena mendapat tatapan yang begitu menakutkan dari mereka berdua.
"Tentang apa?" selidiknya.
"Ayolah, tolong izinkan aku untuk bertemu dengannya. Aku mohon," mohon Sarla.
"Kita berdua tidak bisa sembarangan mengizinkan orang untuk masuk dan menemui Papih tanpa seizin dari Papih terlebih dahulu!" tegasnya.
"Mmm ... baiklah, kalau begitu, aku mohon, tolong beritahu kepada Papih kalau aku ingin menemuinya. Aku mohon. Tolong beritahu, Papih," pinta Sarla.
Kedua penjaga itu pun langsung saja saling tatap.
"Bagaimana?" tanya salah satunya kepada rekannya tersebut.
"Mmmm ... ya sudah. Kamu beritahukan saja kepada Papih," titahnya.
"Baik," turutnya.
Sarla pun kemudian langsung tersenyum senang karena mereka berdua mau juga untuk memberitahukan tentang kedatangan dirinya tersebut kepada Papih.
'Syukurlah, akhirnya mereka mau juga untuk memberitahu Papih. Semoga saja Papih juga mau untuk menemuiku. Aku sangat ingin membantu Kinar dan membebaskannya dari tempat ini. Ya Allah ... permudahkan jalanku untuk membantu Kinar. Semoga aku bisa membujuk Papih. Aamiin'. Batin Sarla.
Penjaga yang akan memberitahukan tentang kedatangan Sarla kepada Papih pun, saat ini dia telah berada di dalam ruangan Papih.
"Permisi, Pih," ucapnya.
"Ya, ada apa?" tanya Papih.
"Pih, ada salah seorang pekerja kita yang ingin menemui Papih," terang penjaga tersebut.
"Siapa dia?" tanya Papih kembali.
"Mmm ... kalau ga salah, dia itu Sarla, Pih," jelas penjaga.
"Apa? Sarla? Apa dia Sarla yang masuk ke dalam pekerjaan ini karena suaminya yang menjualnya? Apa Sarla yang itu?" selidik Papih.
"Sepertinya iya, Pih. Dia Sarla yang sama," ungkapnya.
Papih pun langsung menyeringai dan memutar-mutar jenggotnya yang panjang.
"Haha ... kalau begitu, cepat kamu persilahkan dia untuk masuk saat ini juga," titah Papih.
"Baik, Pih," patuh penjaga.
Setelah Sarla menunggu hampir 10 menitan, akhirnya penjaga itu pun keluar juga dari ruangan Papih.
"Kata Papih kamu boleh masuk," jelas penjaga.
Sarla langsung tersenyum senang.
"Benarkah? Baiklah, aku akan masuk saat ini juga," ujar Sarla yang langsung saja masuk ke ruangan Papih tanpa pikir panjang lagi.
Kini Sarla telah berada di dalam ruangan Papih. Perlahan Sarla mulai melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah Papih. Kebetulan saat itu posisi Papih tengah terduduk di sofa yang membelakangi Sarla.
Papih sudah menyadari kedatangan Sarla. Dia pun kemudian langsung saja mengangkat sebelah kakinya dan menempatkannya di atas kaki yang sebelahnya. Dia juga merentangkan kedua tangannya kepada senderan sofa.
Saat Sarla sudah berada tepat di belakang Papih, Sarla sedikit ragu dan juga takut untuk memperlihatkan wajahnya di hadapan Papih.
"Ekhm ..." dehem Papih. "Ada keperluan apa kamu datang ke mari? Apa yang membuatmu sampai ingin menemui saya?" tanya Papih.
"Mmm ... begini, Pih, aku ... aku ingin berbicara tentang sesuatu hal kepada Papih," terang Sarla.
"Hn, ok. Dan ya, apa menurutmu itu sopan? Kamu ingin berbicara kepada saya, tapi kamu hanya berdiri terus di belakang saya, apa itu sopan?" sindir Papih.
Sontak saja Sarla langsung merasa panik dan juga takut.
"Mmm ... mmm ... maafkan aku, Pih. Maaf," ucap Sarla.
"Hm, baik. Saya akan memaafkanmu. Tapi sekarang cepatlah kamu duduk di hadapan saya sebelum saya marah besar padamu," kelakar Papih.
"Baik, Pih," patuh Sarla.
Dengan segera Sarla pun langsung saja duduk di sofa di depan Papih duduk.
'Haha ... perempuan ini memang sangat cantik. Hm ... kira-kira apa ya yang ingin dia bicarakan padaku? Ck, jangan sampai tentang dia yang ingin keluar dari pekerjaan ini. Jika benar begitu, aku tidak akan pernah mengizinkannya. Aku tidak akan pernah rela dia keluar dari tempatku. Aku akan melakukan cara apapun juga untuk menahannya'. Batin Papih.
"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan? Cepat katakan!" titah Papih.
"Mmm ... begini, Pih, aku hanya ingin membantu temanku saja," ucap Sarla.
"Membantu teman? Teman yang mana? Lalu apa hubungannya hal tersebut dengan saya?" tanya Papih.
"Teman aku Kinar, Pih. Dia juga kerja di tempat ini. Jelas hal itu ada hubungannya dengan Papih," ucap Sarla dengan penuh ketakutan.
"Oh ... si Kinar itu ya? Anaknya si Heru. Ada apa dengan dia?" tanya Papih kembali.
"Aku ingin membantu dia untuk keluar dari pekerjaan ini, Pih. Aku mohon, izinkan dia untuk keluar ya, Pih," mohon Sarla.
"Apa? Kamu dan temanmu itu sudah gila! Bukankah kamu tahu sendiri, bahwa orang yang telah bekerja di tempat ini, tidak akan pernah bisa keluar lagi. Kecuali dia mati!" jelas Papih.
"Tapi, Pih, aku mohon, Pih. Aku akan melakukan hal apapun juga, Pih, asal dia bebas dan segera keluar dari kerjaan ini," ujar Sarla.
'Apa ini adalah sebuah kesempatan emas bagiku? Apa aku izinkan saja ya si Kinar itu keluar dari tempat ini? Haha, tapi dengan syarat, si Sarla harus mengorbankan sesuatu hal'. Batin Papih.
Papih memiliki rencana yang begitu licik dan juga jahat untuk Sarla.
"Kamu yakin ingin melakukan hal apapun demi si Kinar itu bebas dari sini?" selidik Papih.
"Iya, Pih. Aku akan melakukan apapun juga demi Kinar. Aku ingin Kinar bebas," yakin Sarla.
"Baik, ada dua pilihan untukmu agar bisa membebaskan si Kinar," terang Papih.
"Pilihan apa itu, Pih?" tanya Sarla.
"Pilihan pertama adalah ... kamu harus menebus si Kinar itu dengan uang. Tentu saja jumlah uangnya tidak sedikit. Kamu harus menyiapkan uang sejumlah satu miliar," jelas Papih.
"Apa?" kaget Sarla. "Tapi bagaimana mungkin aku bisa mengumpulkan uang itu, Pih. Aku tidak mungkin bisa mendapatkan uang sebanyak itu," aku Sarla.
"Ahaha ... saya sudah menduga hal ini darimu. Kamu tidak mungkin sanggup dengan persyaratan pertama yang saya berikan untukmu. Baiklah kalau begitu bagaimana dengan persyaratan kedua?" tawar Papih.
"Apa itu, Pih? Apa persyaratan kedua?" tanya Sarla penasaran.
Sebelum berbicara kepada Sarla, Papih terlebih dahulu menyunggingkan senyuman liciknya.
'Mm ... aku kok jadi takut ya. Sepertinya Papih memiliki niat yang ga baik bagiku. Tapi, ini semua demi Kinar. Aku sangat kasihan kepada Kinar. Kinar itu sangat mirip dengan adikku yang sudah tiada. Bahkan sikap dan juga sifatnya pun mirip sekali. Kinar juga sangat baik padaku'. Batin Sarla.