Dinda merasa sedih dan sakit hati. Meski dirinya tidak ingin mengakui akan hal itu, tapi hatinya tetap saja tidak dapat untuk dibohongi. Hatinya terasa begitu sakit.
"Din, kok malah bengong. Ayolah carikan. Tadi kan sudah aku ceritakan ciri-cirinya Cinta sama kamu. Jadi sekarang kamu pasti sudah bisa menebaknya dong, mana yang baik untuk Cinta mana yang nggak. Cepat Din carikan," titah Rico. "Kan kamu sendiri yang bilang sama aku, kalau kamu harus sscepatnya pergi. Ya udah kalau gitu kamu cepat juga dong cariin perhiasannya," lanjut Rico.
"Iya, iya, bentar dulu dong. Aku cariin sekarang juga nih," pasrah Dinda.
Dinda pun kemudian langsung saja lebih mendekat lagi kepada perhiasan yang berjejer. Dinda terlihat begitu serius saat memilihnya. Lalu pandangan mata Dinda tertuju pada sebuah gelang kaki mungil yang begitu manis. Dinda pun menjadi begitu tertarik untuk memilihnya.
'Hm ... apa aku beli gelang kaki saja, ya? Gelang kaki bagus juga kayaknya. Cocoklah untuk wanitanya si Rico. Sesuai dengan apa yang ia ceritakan tadi tentang wanitanya sama aku. Kayaknya gelang kaki cocok deh. Wanita misterius kan kebanyakan sering pake gelang kaki. Hehe, ya sudahlah, aku pilih yang itu aja deh. Lagian juga kan biar cepat juga. Aku sudah harus segera pergi'. Batin Dinda. Dinda akhirnya memutuskan untuk membeli gelang kaki saja.
"Mbak, perlihatkan saya gelang kaki yang itu," pinta Dinda kepada seorang penjaga toko sembari menunjuk gelang kakinya.
"Baik, Kak," turutnya. Lalu dia pun mengambil gelang kaki tersebut dan langsung memberikannya kepada Dinda.
"Ric, ini kayaknya bagus juga deh. Ya udah, kamu beli ini aja buat hadiah untuk si Cinta," ucap Dinda.
"Kamu ga salah, Din? Gelang kaki? Mana itu gelang kakinya terlihat kuno banget lagi," ujar Rico yang merasa pilihan Dinda telah salah.
"Elah, udah deh, pilih ini aja. Percaya deh sama aku. Sesuai dengan yang kamu ceritakan sama aku tentang dia, kayaknya dia akan sangat cocok kalau memakai ini," yakin Dinda.
"Kamu serius, Din?" tanya Rico untuk memastikan.
"Ya seriuslah, Ric. Udah pilih ini saja. Percaya deh sama aku," kekeh Dinda.
"Mmm ..." ragu Rico.
"Ga usah ragu-ragu kayak gitu. Tinggal ambil aja," paksa Dinda.
"Ya sudah deh, aku akan memilih itu saja," pasrah Rico.
"Nah gitu dong. Dari tadi kek," kesal Dinda.
"Iya udah deh cepat," ujar Rico.
"Mbak, saya beli yang ini saja. Tolong dikemas ya, Mbak," titah Dinda.
"Ok Kak, siap. Ditunggu ya," ucapnya dengan begitu ramah.
Tak lama kemudian, dia pun telah selesai mengemas gelang kaki tersebut. Penjaga toko itu pun kemudian langsung memberikannya kepada Dinda. Dengan segera Rico pun langsung membayarnya.
"Din, kalau kamu buru-buru, kamu langsung pergi saja. Ga usah anterin aku segala. Aku bisa naik kendaraan umum kok," tutur Rico.
"Lah, kamu serius, Ric?" tanya Dinda.
"Iya serius. Udah sana pergi aja," titah Rico.
"Mmm ... ok deh kalau begitu. Aku pergi ya, Ric," pamit Dinda.
"Iya, iya, sana pergi," usir Rico. "Eh Din, ngomong-ngomomg, makasih ya udah bantu pilihkan," ucap Rico.
"Ok, ok. Santai saja. Oh iya, Ric, aku pergi dulu ya," ujar Dinda yang langsung tergesa-gesa untuk pergi. Dinda pun langsung melengos pergi begitu saja tanpa memperdulikan Rico lagi.
Malam hari pun tiba. Rico sudah bersiap untuk pergi ke sebuah jembatan cinta hanya untuk menemui kekasihnya saja.
Seperti biasanya, Cinta tengah terduduk di jembatan cinta. Malam ini dia mengenakan dress berwarna merah jambu yang begitu manis saat melekat di tubuh mungilnya. Dress itu hanyalah sebuah dress tanpa lengan yang memperlihatkan sedikit belahan dada milik Cinta. Cinta juga memakai high heels warna senada dengan dressnya. Semua itu sangat cocok dipakai oleh Cinta. Rambutnya yang begitu panjang, sengaja ia biarkan tergerai.
Rico semakin dibuat tergoda saja saat melihat penampilan Cinta yang begitu cantik seperti itu. Ditambah lagi saat ia melihat tahi lalat di atas bibir milik Cinta. Rico semakin tak berkedip saat melihatnya.
"Cinta," sapa Rico.
"Mas Rico," sahut Cinta. Rico pun langsung memberikan senyuman termanisnya untuk Cinta.
"Kamu sangat cantik," ungkap Rico. Cinta hanya tersenyum saja saat Rico mengatakan dirinya cantik.
"Mas, aku pikir kamu tidak akan datang lagi ke sini. Ternyata kamu masih sudi untuk datang ke sini," ucap Cinta.
"Tentu saja, Cinta. Aku akan selalu datang ke sini. Itu semua demi kamu. Aku datang ke sini hanya untuk menemuimu," jujur Rico.
"Mas, untuk apa kamu masih menemuiku? Apa kamu tidak takut berada di dekatku ini?" tanya Cinta.
"Takut? Untuk apa aku takut, Cinta? Lagian aku tidak akan pernah merasa takut kepada wanita yang begitu aku cintai. Aku sangat mencintaimu, Cinta," aku Rico.
Cinta begitu senang saat mendengar pengakuan cinta dari Rico. Tapi dia kembali tersadar dirinya siapa. Cinta merasa tidak pantas untuk Rico.
'Mas Rico, aku senang kamu mencintai diriku. Tidak bisa dipungkuri, bahwa aku juga cinta sama kamu. Aku cinta kamu, Mas Rico. Tapi, aku sadar siapa diriku ini. Aku tidak pantas untukmu, Mas. Aku takut kelak kamu akan menyesal karena telah mencintai diriku'. Batin Cinta. Cinta pun kemudian langsung meneteskan air matanya.
"Cinta, mengapa kamu menangis?" tanya Rico.
"Mas Rico, dunia kita berbeda sehingga aku tak dapat tuk jatuh cinta," ucap Cinta.
"Cintaku padamu terlalu besar, Cinta, sehingga aku melupakan perbedaan itu. Aku tidak peduli seberapa banyaknya perbedaan di antara kita. Yang aku tahu, aku sangat mencintai dirimu," ungkap Rico.
"Tapi, Mas, kamu akan menyesal nantinya jika mencintaiku," tutur Cinta.
"Aku tidak akan pernah menyesalinya, Cinta. Justru aku akan sangat bahagia, karena di dalam hidupku, aku pernah jatuh cinta padamu," cicit Rico.
"Hiks," tangis Cinta. Dia sudah tidak dapat berkata-kata lagi karena Rico. Dengan segera Rico pun langsung memberikannya pelukan hangat.
"Jangan menangis, Cinta! Aku tidak suka ada air mata yang membasahi pipi indahmu itu," ujar Rico. "Oh ya, aku membawakan sesuatu untukmu," lanjut Rico.
"Apa itu, Mas?" tanya Cinta. Rico pun kemudian langsung merogoh kantong celananya untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Gelang kaki tadi yang ia beli bersama Dinda. Rico menunjukan gelang kaki itu kepada Cinta.
"Lihat, apakah kamu suka dengan gelang kaki ini?" tanya Rico.
"Itu bagus, Mas. Sangat cantik," terang Cinta.
"Tidak! Ini tidak lebih cantik darimu," ucap Rico yang membuat Cinta menjadi tersipu malu. "Ini untukmu, aku pakaikan, ya," lanjut Rico. Cinta hanya mengangguk saja. Dengan segera Rico pun langsung berjongkok di hadapan Cinta. Kebetulan saat itu posisi Cinta masih terduduk. Rico segera menaruh kaki Cinta ke atas pahanya.