Chereads / Mencintaimu Dalam Doa ( Jodoh) / Chapter 21 - Chapter 20

Chapter 21 - Chapter 20

PT. FR Food Jaya, Surakarta.

Pukul 11.00 siang. 2 hari kemudian.

Aldi baru saja menerima panggilan seorang klien yang berasal dari Bandung. Setelah mengakhirinya, ia pun segera menuju ruangan atasannya. Aldi mengetuk pintunya sebagai tanda kesopanan.

"Asalamualaikum, Pak. Maaf mengganggu."

Franklin menoleh kearah pintu ketika ia sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Ia pun mengangguk. "Wa'alaikumussalam. Masuk lah.."

Aldi memasuki ruangan Franklin sambil membawa berkas yang baru saja ia print beberapa menit yang lalu dan berdiri di hadapan atasannya.

"Pak, ada pengusaha besar dari Bandung menghubungi saya. Katanya beliau ingin bertemu dengan Bapak, lebih tepatnya besok lusa."

Franklin terdiam. Ia tidak menatap Aldi, melainkan menatap sebuah profil Facebook seorang Misha Azizah di depan laptopnya.

"Beliau ada perlu sama Bapak. Katanya sih keperluan kerjasama antara perusahaan. Apakah Bapak bisa?"

Aldi membuka halaman demi halaman berkas yang ia print tadi sebanyak 10 lembar.

"Kalau bisa, saya akan memberinya kabar secepatnya, Pak. Saat ini beliau sedang menunggu jawaban dari Bapak."

Aldi beralih menatap Franklin yang tetap serius melihat layar laptop didepan matanya. Ia pun mencoba sabar karena merasa di kacangi.

"Pak?"

Franklin segera mengalihkan perhatiannya pada Aldi. Raut wajahnya terlihat serius.

"Berikan berkasnya padaku." ucap Franklin dengan dingin.

Aldi sadar sepertinya ada sesuatu yang baru saja terjadi dengan Franklin. Sudah dua hari berlalu semenjak PT. FR Food Jaya diresmikan, atasannya itu terlihat gelisah. Aldi segera memberikan berkasnya pada Franklin.

Franklin mulai membacanya. Seorang wanita pengusaha kaya raya berniat ingin mengajukan bisnis kerjasama di perusahaannya. Pengusaha wanita itu bernama Jasmin. Franklin juga membaca profil perusahaan milik Jasmin dan lain sebagainya.

"Oke, aku bisa menemuinya sebelum berangkat ke Jakarta untuk pemotretan brand ambassador parfum milik Rayna. Terima kasih."

Franklin menyerahkan berkas tersebut kearah Aldi. Aldi sudah menerimanya. Seharusnya ia pergi dari sana, tapi ntah kenapa ia malah mengurungkan niatnya.

"Pak?"

"Hm."

"Maaf Pak, apakah semuanya baik-baik saja?"

"Ya, semuanya baik-baik saja."

"Akhir-akhir ini Bapak terlihat gelisah. Tanpa sengaja, terkadang saya melihat Bapak melamun. Kalau ada masalah, Bapak bisa cerita sama saya. Mungkin saya bisa membantu Bapak."

Franklin menatap Aldi. Ya, Aldi benar. Akhir-akhir ini ia sedang gelisah. Tentu saja kegelisahan itu disebabkan oleh Misha.

Franklin tak menjawab langsung, ia memilih berdiri dari duduknya dan berjalan kearah jendela besar sambil menyibak tirainya dan menatap jalanan kota Surakarta yang tidak terlalu padat di bawah sana.

"Kamu ingat wanita pingsan yang saya tolong seminggu yang lalu di kedai kopi teman saya?"

"Ingat Pak."

"Saat ini aku sedang memikirkannya."

"Bapak suka sama dia ya?" tanya Aldi blak-blakkan.

Franklin menatap Aldi dengan datar. Bisa-bisanya asistennya itu menganggapnya seperti itu. Franklin tersenyum sinis dan kembali menatap jendela didepan matanya.

"Pertanyaanmu sangat tidak masuk akal. Tentu saja bukan karena hal itu."

"Ya, siapa tahu Bapak suka. Kan Bapak singlenya sudah lama. Dia juga cantik loh, Pak."

"Bukan hanya cantik, tapi membuatku penasaran."

"Apakah terjadi sesuatu sama dia, Pak?"

Franklin mengangguk. "Kejadiannya bertepatan saat kita bertemu dengan Ray dan Rayna di kedai kopi milik Anita. Aku pergi ke toilet, tanpa sengaja aku mendengar ucapannya tentang rahasia dan aib masalalunya yang menyangkut diriku."

"Jadi itu yang menganggu pikiran Bapak akhir-akhir ini?"

"Iya."

"Saya pikir selama ini Bapak selalu santai dalam menyikapi suatu hal. Tapi ternyata, akhirnya Bapak juga bisa gelisah."

Aldi tertawa geli. Sementara Franklin tetap datar dengan raut wajah serius. Ntah kenapa Aldi merasa ucapannya terlalu garing saat ini apalagi atasannya itu tidak menggubrisnya meskipun sebenarnya ia ingin mencairkan suasana. Aldi pun berdeham.

"Kenapa Bapak tidak menanyakan langsung sama dia?"

"Sayangnya dia tidak mau mengakuinya. Aku khawatir jika rahasia atau apapun yang dia sembunyikan padaku akan berdampak buruk buatku."

"Maaf Pak, sebelumnya saya ingin bertanya. Apakah Bapak pernah menjalin hubungan sama dia? Em maksud saya, mungkin dia pernah menjadi seseorang di masalalu Bapak."

"Aku baru pertama kali bertemu dengannya di kecamatan Sukoharjo. Sewaktu kita berjalan kaki menuju home industri milik Pak Samsul. Aku melihatnya berjalan kaki lalu pertemuan kedua saat aku melihatnya bekerja di kedai kopi milik Anita. Tentu saja sangat mustahil kalau aku pernah mengenalnya dimasalalu."

"Apakah saya perlu mencari tahu tentang dia Pak?"

"Tidak." tolak Franklin dingin. "Selama dia tidak membahayakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Dan tentu saja itu akan menjadi urusanku sendiri." ucap Franklin dalam hati.

๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜

Desa Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Pukul 17.00 sore.

Misha baru saja pulang kerja ketika hari ini ia mendapat shift pagi. Misha memasuki rumahnya. Seperti biasa, hanya keheningan yang menyapa.

Sudah seminggu lebih Hamdan tidak ada dirumah meskipun Kakaknya itu sudah mengabarinya bahwa dia sedang berada diluar kota dan baik-baik saja.

Misha duduk di sofa dan menyenderkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya sejenak bertepatan bayangan Franklin merasukinya. Berbagai macam pikiran tentang Franklin datang silih berganti.

Misha tak menyangka kalau beberapa Minggu yang lalu, ia akan bertemu dengan Franklin bertepatan saat ia berjalan kaki sendirian dan melihat pria itu bersama asistennya menuju home industri Pak Samsul. Tentu saja ia mengenal Pak Samsul yang menjadiย  pengusaha home industri sekaligus tetangganya.

Franklin sudah menetap di Surakarta sesuai dari berita yang sudah tersebar di media online karena pria itu menjadi pimpinan tertinggi di perusahaan PT FR Food Jaya.

Misha membuka kedua matanya lagi. Ia menghela napasnya. Apakah ia bisa menghindari pria itu? Tapi bagaimana urusan hatinya yang tentu saja merasa enggan?

Tatapan mata Misha tanpa sengaja melihat tumpukan majalah wanita yang ia koleksi sejak dulu. Empat majalah diantaranya ada majalah bisnis yang memang tidak terlalu penting buatnya.

Misha meraih majalah bisnis tersebut. Ia tersenyum tipis ketika menatap cover majalah bisnis yang ia pegang kali ini merupakan terbitan lama di tahun 2015 dengan cover wajah Franklin yang tampan.

Meskipun tidak mengerti dunia perbisnisan, ntah kenapa ia selalu membeli majalah bisnis jika cover tersebut memajang foto Franklin.

Bayangan kejadian di apartemen waktu itu membuat Misha terdiam. Raut wajahnya perlahan-lahan berubah menjadi sendu.

Dengan perasaan sedih, Misha kembali meletakan majalah Franklin. Tak hanya itu, ia malah memasukkan nya kedalam kotak kardus dan menyimpan diatas lemari.

"Mungkin itu akan menjadi majalah terakhir dengan cover Kak Franklin yang aku beli."

"Aku suka. Tapi aku takut. Aku belum siap atas semuanya." lirih Misha sedih.

Pintu terketuk pelan. Misha berjalan kearah pintu dan membukanya. Seorang kurir tersenyum kearahnya sambil membawa sebuah paket kiriman.

"Asalamualaikum, permisi. Dengan Mbak Misha?"

"Wa'alaikumussalam. Iya, saya sendiri Pak. Ini buat saya?"

"Iya Mbak, benar."

Dengan ragu Misha menerima paket kiriman buatnya. Ia pun membaca nama pengirimannya.

"Dari Joni?"

"Iya Mbak. Em saya permisi dulu ya, Mbak. Asalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Kurir tersebut sudah pergi. Misha memasuki rumahnya. Sesampainya didalam, rasa penasaran semakin membuat Misha bertanya-tanya. Siapa Joni? Ia malah tidak mengenalnya.

Misha pun membuka isinya dan ia tercengang ketika sebuah boneka beruang berwarna coklat yang sangat lucu dan empuk dikirim untuknya.

Ponsel Misha berdering, nomor tak dikenal membuat Misha lagi-lagi mengerutkan dahinya.

"Halo, Asalamualaikum?"

"Wa'alaikumussalam. Kamu sudah menerimanya?"

Misha terdiam. Ia merasa familiar dengan suara seorang pria yang sedang menghubunginya tanpa nama.

"Maaf, ini... Ini siapa?" tanya Misha was-was.

"Ini aku,"

"Ha?" Misha mulai gugup. "Ini.. ini siapa? Atau aku akan tutup panggilan-"

"Aku Franklin. Pria yang selama ini kamu hindari karena sebuah rahasia."

DEG!

Misha terdiam. Ia syok. Darimana Franklin mengetahui nomor ponselnya? Darimana Franklin mengetahui alamatnya? Dan.. darimana dia mengetahui kalau ia penyuka boneka beruang berwarna coklat?

Tiba-tiba pintu terketuk pelan. Misha sempat terkejut karena tubuhnya sedang deg-degan. Misha tak banyak berkata dan memutuskan panggilannya secara sepihak.

Misha membuka pintu rumahnya dan ia syok begitu Franklin berada didepannya. Pria itu baru saja pulang dari bekerja apalagi masih memakai kemeja lengan panjang navy yang di gulung setengah hingga kesiku.

Tadi bonekanya yang datang, sekarang malah pria itu yang kini berada di hadapannya sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana kerjanya. Raut wajahnya tetap santai meskipun tidak mengurangi kadar ketampanannya sama sekali.

"Apa yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Franklin tanpa basa-basi.

Misha sudah gugup. "Tidak.. tidak ada, Kak."

"Jangan membohongiku, Misha."

Misha memundurkan langkahnya. Tubuhnya sudah panas dingin. Franklin sadar, Misha mulai tidak baik-baik saja.

"Oke, jangan dijawab sekarang. Aku pergi."

Franklin segera membalikkan badannya. Dalam hati ia juga was-was. Jangan sampai anak orang pingsan karena dirinya. Ia pun berjalan cepat menuju mobilnya dan memasukinya.

Franklin sudah mengemudikkan mobilnya. Sore ini ia sengaja tidak mengajak Aldi untuk mendampinginya seperti biasanya. Ia sengaja melakukannya dan jangan sampai Aldi tahu kalau ia sedang mendesak seorang wanita yang akan beresiko didengar oleh keluarga besar Hamilton.

Franklin merasa hatinya kacau. Ia berusaha untuk mengabaikan Misha yang mungkin baginya hanya omong kosong belaka. Tapi ntah kenapa tidak bisa. Ia tidak bisa mengabaikan Misha.

"Mungkin aku harus sabar membujuknya agar dia bisa jujur."

"Jangan terlalu memaksanya. Atau dia akan sakit dan penyakit paniknya kambuh. Aku tidak ingin mengambil resiko itu."

Franklin menghela napasnya sambil mengemudikan mobilnya dan ia sempat menatap sebuah novel milik Aifa yang pernah tertinggal di mobilnya berjudul Cinta dan Perjuangan.

Sebuah cerita tentang tokoh pria didalam novel tersebut yang mencari cara agar bisa membujuk seorang wanita yang di inginkannya.

Dan Franklin sadar, pria tak berpengalaman seperti dirinya mungkin akan belajar dari novel milik Aifa meskipun tujuannya hanya untuk mencari tahu hal apa yang disembunyikan Misha.

"Hanya mencari tahu. Itu saja. Setelah itu, semua akan selesai dan baik-baik saja."

"Ya, aku yakin itu. Jadi positif thinking saja, usaha tidak akan mengkhianati hasil."

๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜

Iya sih bener ๐Ÿ™„

Tapi kalau usahamu semakin membuat Misha tambah terjerat sama kamu gimana?

๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†

Alhamdulillah update. Makasih sudah menunggu author dengan sabar ya..

Sehat selalu buat kalian dan sekeluarga ๐Ÿ–ค

With Love ๐Ÿ’‹ LiaRezaVahlefi

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Wattpad khusus fiksi remaja Lia_Reza_Vahlefi