Bandara Internasional Soekarno Hatta. Pukul 10.00 pagi. Jakarta
Franklin menuruni anak tangga pesawat setelah beberapa menit yang lalu ia mengaktifkan kembali ponselnya. Ponsel Franklin yang berada di saku celana jeansnya itu bergetar kecil, Franklin mengeluarkan ponselnya.
+62812xxxxxxxx : "Baguslah kalau begitu, aku yakin lama-lama Misha akan terbiasa denganmu."
Franklin membalas pesan chat WhatsApp dari seseorang yang menjadi mata-matanya itu.
Franklin : "Ya aku tahu, meskipun itu tidak mudah bagiku."
+62812xxxxxxxx : "Memangnya kenapa?"
Franklin terdiam. Tentu saja karena sebelumnya ia tidak memiliki pengalaman mengobrol secara intens dengan seorang wanita asing. Apalagi untuk urusan pribadi.
"Dek, cepet! Aifa capek nih nungguin di belakang."
Franklin menoleh kebelakang. Suara Aifa yang mengeluh membuat Franklin hanya mengangguk dan segera menuruni anak tangga bahkan enggan membalas pesan chat WhatsApp tadi.
"Maaf."
"Hm, oh iya, Franklin tadi chat sama siapa? Tadi Aifa ngintip sedikit."
"Bukan siapa-siapa."
"Beneran?"
"Iya."
Mereka sudah selesai menuruni anak tangga. Saat ini Franklin tengah berjalan dengan langkah santai meskipun ia sadar kalau Kakaknya itu suka ingin mencari tahu tentang urusan pribadinya yang mengarah tentang para wanita.
Aifa menyamakan langkahnya dengan Franklin. "Aifa pikir Franklin sudah dapat pengganti Ava."
"Oh."
Aifa mendengkus kesal. Tapi mau gimana lagi? Irit bicara di keluarga itu adalah si Franklin yang dikenal datar.
"Kata Daddy, malam ini Mommy akan menjalani operasi. Daddy sudah menghubungi pihak rumah sakit dan meminta Ava secara pribadi untuk nengoprasi kaki kanan Mommy."
Franklin menoleh kearah Aifa yang berada di sampingnya. "Kenapa harus di operasi?"
"Dokter dirumah sakit Solo bilang, Mommy memiliki diabetes melitus. Ada luka di paha Mommy yang semakin menjalar sebelum kecelakaan karena kadar gula Mommy sangat tinggi."
"Apakah parah?"
"Aifa tidak tahu." lirih Aifa pelan.
Mereka sudah keluar dari lapangan Bandara dan menuju mobil yang kini sudah siap menjemput keluarga besar Hamilton.
Aifa berhenti tepat disamping mobil hitam bersamaan dengan Rex. Sementara Feby dan Frankie sudah memasuki mobil tersebut terlebih dahulu.
"Dokter akan memberi hasilnya lebih lanjut sama Daddy. Semoga Mommy kita baik-baik saja."
Franklin hanya bisa diam ketika ia sadar kedua matanya Kakaknya itu berkaca-kaca. Aifa sudah masuk kedalam mobil setelah Rex merengkuh pundaknya pelan.
Semua keluarga sedang mengalami kesedihan atas musibah yang menimpa Ayesha Davina Dianta dua hari yang lalu bahkan berita tersebut sudah beredar di seluruh media sosial media.
Didepan mobil yang baru saja di tumpangi Aifa, dibelakangnya ada Mobil yang akan di tumpangi oleh Daddy dan Mommynya. Franklin menatap Mommynya yang meringis menahan sakit saat Daddynya itu dengan hati-hati menggendong bride style agar bisa memasuki mobilnya.
Franklin mengepalkan tangannya didalam saku celananya. "Siapa yang sudah tega membuat Mommy begini?"
"Tuan Franklin?"
Franklin menoleh ke supir pribadi keluarga Hamilton ketika pria paruh baya itu membukakan pintu belakang mobil untuknya. Franklin mengangguk dan tanpa banyak bicara lagi segera memasuki mobilnya untuk menuju rumah sakit.
💘💘💘💘
60 menit kemudian. Kediaman Hamilton, pukul 11.00 siang.
Franklin merebahkan dirinya diatas tempat tidur. Sudah sebulan lebih ia tidak menempati kamarnya itu semenjak pindah pekerjaan di Solo.
Ponsel Franklin berdering. Nama Rayna terpampang di layarnya. Ia baru saja ingat kalau besok adalah jadwal pemotretan brand ambassador parfum halal milik Rayna.
"Asalamualaikum, Ya halo?"
"Wa'alaikumussalam. Hai Franklin, maaf menghubungimu. Apakah aku menganggumu?"
"Kebetulan aku sedang santai."
"Alhamdulillah, ah iya sebelumnya aku turut bersedih mendengar kabar musibah yang menimpa Tante Ayesha. Bagaimana keadaan beliau sekarang?"
"Terima kasih. Alhamdulillah sudah agak mendingan."
"Alhamdulillah, aku hanya ingin memberitahumu kalau pemotretan brand ambassador besok, kita tunda sementara ya."
"Apakah semuanya baik-baik saja?"
"Ya semua baik. Hanya saja keluargamu sedang mengalami musibah. Pemotretan akan di lakukan besok lusanya."
"Aku minta maaf."
"Untuk apa? Kamu tidak salah. Musibah sudah menjadi takdir yang harus kita terima, Franklin. Lagian hari ini aku dan Mommy Luna akan menjenguk Mommymu."
"Iya, sekali lagi terima kasih atas pengertiannya."
"Sama-sama. Baiklah, aku tutup panggilan ini ya. See you, Asalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Franklin meletakan ponselnya diatas meja. Masih ada satu jam sebelum Zuhur. Ia pun memilih tidur sejenak setelah jetlag. Baru saja beberapa menit yang lalu ia memejamkan matanya, tanpa diduga bayangan wajah Misha tiba-tiba hadir dibenaknya.
Franklin membuka kedua matanya dengan cepat. "Ck, kenapa wanita tukang pingsan itu tiba-tiba masuk kedalam pikiranku?"
Franklin mendengkus kesal. Ia mencoba merubah posisi tidur menyamping. Tapi siapa sangka lagi-lagi bayangan wajah Ava tiba-tiba hadir begitu saja.
"Misha Azizah itu aneh. Suka gugup didepanku, positif thinking saja, mungkin karena aku terlalu tampan baginya. Dia juga penuh misteri. Pemakai narkoba. Mantan narapidana. Kenapa dia tidak mau memberi tahu rahasia yang menyangkut tentangku dimasalalu sih?"
Franklin menyentuh dahinya yang sedikit pusing. "Aku tidak mungkin memaksanya secara berlebihan."
"Bagaimana kalau kamu nikahi saja dia? Jika dia sudah sah menjadi istrimu, kamu bisa membujuknya dan membicarakannya dari hati ke hati secara pribadi."
Tiba-tiba bisikan hati membuat Franklin tertegun.
"Itu adalah hal yang konyol. Menikah tanpa cinta? Apa jadinya? Dia bukan wanita yang baik. Tidak pantas untuk dijadikan istri."
"Jangan sampai kamu termakan omongan."
"Semuanya akan baik-baik saja bila wanita itu jujur. Itu saja. Selama dia belum jujur, aku akan terus mendesaknya."
Franklin merasa kesal. Sejak tadi ia bicara sendiri seperti orang stress. Ia pun berbaring terlentang dan membuka kedua matanya.
"Efek terlalu lama single fisabilillah ya begini, aku bisa apa coba kalau pikiranku sering dibayangi wanita-wanita cantik?"
Dan kalian yang baca harus tahu, Kalau lagi sendiri, Franklin bukanlah pria yang irit bicara.
💘💘💘💘
Misha baru saja tiba di bandara internasional Soekarno Hatta. Di bantu Hamdan, saat ini ia melihat Kakaknya itu memasukkan koper berukuran sedang miliknya kedalam bagasi belakang taksi online.
"Kak, terima kasih." ucap Misha tepat disamping Hamdan.
"Kamu harus ingat," Hamdan menutup bagian bagasi belakang mobil taksi online tersebut. Kemudian menatap adiknya dengan dingin. "Jangan lupa bayaran job kamu. 50%, oke?"
Dengan lesu Misha mengangguk. Berat bagi Misha untuk membagi setengah hasil job barunya di Jakarta pada Hamdan. Bukannya ia pelit, hanya saja ia tidak rela kalau sampai Hamdan menggunakan uang itu untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Tapi demi kebaikan dirinya, akhirnya Misha mengalah.
"Tolong nanti jangan gunakan uang itu untuk hal yang tidak baik, Kak."
Misha menatap Hamdan yang sudah berlalu memasuki taksi online dan duduk di bagian depan. Lagi-lagi Hamdan mengabaikannya. Misha pun memilih duduk di bagian belakang.
Jika saja Misha tidak mengingat sabda Nabi Muhammad Saw tentang "Tidak halal bagi wanita muslim bepergian lebih dari tiga hari kecuali bersama mahramnya"Â (HR Muttafaq 'alaihi) ,
Mungkin Misha tidak ingin merepotkan Hamdan.
Terlebih perjalanan dari Solo ke Jakarta sangat jauh. Wanita seperti dirinya, tentu saja sangat rentan terhadap fitnah dan perzinahan.
💘💘💘💘
Rumah sakit Kota Jakarta Timur, pukul 14.00 Siang.
Semua yang terjadi, sudah tercatat di Lauhul Mahfudz. Seperti apa yang di alami oleh Ayesha saat ini. Keputusan sudah di pikiran secara matang-matang sesuai hasil pemeriksaan.
Luka yang terjadi pada paha kanan Ayesha mendekati lutut dan kondisinya sedang patah akibat kecelakaan itu mengalami komplikasi serius dan bila di biarkan akan menyebar bahkan infeksi dengan kadar gulanya yang tinggi.
Fandi duduk di pinggiran brankar pasien sambil memeluk istrinya yang terlihat tegar meskipun sebenarnya rapuh. Ava menatap orang tua Franklin itu dengan iba.
"Tidak ada yang bisa dilakukan selain melakukan amputasi, Tante."
"Apakah tidak ada cara lain?" tanya Fandi berulang kali pada Ava.
Ayesha memaksakan senyumnya. "Fan, aku tidak apa-apa. Jika itu yang terbaik, aku akan menerimanya."
"Tapi Ay, kita bisa-"
"Tidak." potong Ayesha cepat. "Kita harus terima, ini takdir Allah sekaligus ujian buatku. Percayalah, jika seorang hamba di timpa suatu penyakit, berprasangka baik saja, Allah sedang menghapus semua dosa-dosa ku. "
Air mata mengalir di pipi Ayesha. Fandi memeluknya dengan erat. Dari jarak beberapa meter, tentu saja hati Franklin terluka. Mommy yang ia cintai akan kehilangan satu kakinya setelah dioperasi.
Tanpa banyak bicara lagi, Ava pamit undur diri. Ia pun membalikkan badannya dan sedikit terkejut mendapati Franklin ada di sudut ruangan.
Franklin menatap Ava. Keduanya saling menatap satu sama lain. Tanpa sengaja tatapan Franklin turun kebagian perut Ava yang saat ini sedang hamil memasuki usia 2 bulan seperti yang ia lihat di postingan snpagram wanita itu beberapa hari yang lalu.
Terkadang apa yang Franklin harapkan sejak dulu, belum tentu Allah meridhoiNya. Seperti saat ini, Ava bukan jodohnya.
Ntah kenapa ia masih belum bs melupakan Ava Nur Fadilla.
Dan itu sangatlah sulit..
💘💘💘💘
30 menit kemudian..
Franklin duduk dengan perasaan terluka. Terluka karena mendapati kenyataan yang di alami Mommynya dan tanpa sengaja bertemu Ava lagi.
Saat ini ia memilih duduk di bangku taman rumah sakit. Menikmati semilir angin yang berhembus.
"Assalamualaikum?"
Franklin menoleh ke belakang, seorang pria berumur 30 tahun mengenakan gamis datang menghampirinya.
"Wa'alaikumussalam. Haidar?" jawab Franklin pelan. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan teman semasa sekolah menengah atas dimasalalu bernama Muhammad Haidar.
"Lagi santai?" tanya Haidar sambil tersenyum tipis.
"Iya, aku lagi santai."
"Kamu apa kabar?"
"Alhamdulillah baik, mari duduk."
Haidar pun duduk di samping Franklin. Dulunya mereka tidak terlalu akrab, tapi Haidar memang kawan yang baik.
"Dari jauh aku sempat menebak-nebak, kamu Franklin atau bukan, Alhamdulillah iya."
Franklin tertawa pelan lalu menatap Haidar. "Lama tak berjumpa, siapa yang sakit disini?"
"Keluarga. Kebetulan aku baru saja menjenguknya. Oh iya, aku turut bersedih atas musibah yang menimpa Ibumu. Beritanya sudah tersebar dimana-mana."
"Terimakasih, iya aku tahu itu."
"Korban tabrak lari. Apakah itu benar?"
"Hm, iya benar. Polisi sedang menyelidiknya di Solo."
Haidar memperhatikan jam di pergelangan tangannya. Padahal baru saja berjumpa, tapi kewajiban sholat Ashar yang akan tiba sebaiknya jangan di tunda.
"Oh iya, aku balik dulu ya. Sebentar lagi sholat Ashar. Kalau kamu nggak sibuk, malam ini datang ya."
"Acara apa?"
"Kajian Sunnah pemuda hijrah. Ini cocok buat kamu yang lagi single-single bujangan gitu." Haidar tertawa sambil menepuk pelan pundak Franklin kemudian berdiri.
"Memangnya kamu sudah berkeluarga?"
"Belum sih," Haidar tersenyum dan menyengirkan bibirnya. Franklin menatap Haidar dengan jengah.Â
"Insya Allah, acaranya habis isya. Siapa tahu isi kajian sunnahnya bermanfaat buat kita semua."
Franklin terdiam. Apa yang di katakan Haidar ada benarnya. Malam ini ia tidak ada kegiatan. Sementara Aldi sudah menghandle semua urusan PT FR Food Jaya di Surakarta.
Mommynya juga akan menjalani operasi tepat pukul 23.00 malam ini. Baginya, tidak ada salahnya ia mengisi waktu luang ikut pengajian malam ini sekaligus berdoa pada Allah agar Mommnya di beri kelancaran saat menjalankan operasi.
"Oh gitu," Franklin manggut-manggut. "Di mesjid mana?"
"Mesjid Al-Khair. Minta nomor WhatsApp kamu ya, ntar kita lanjut chat disana saja."
"Oke."
Franklin dan Haidar segera bertukar nomor ponsel. Setelah itu Haidar pun pamit pergi. Franklin menatap kepergian Haidar yang ia ketahui bahwa temannya itu sama seperti dirinya, belum menikah. Franklin menghela napasnya.
"Mungkin sudah waktunya aku hijrah, supaya bisa move on dari Ava. Dan mendapatkan calon jodoh yang baik.."
💘💘💘💘
Nah, yg mulai hijrah...
Doakan si santuy guys..
Kita lihat bagaimana seorang pria nanti pas hijrah 😉
Jazzakallah Khairan sudah baca
Aku lagi sakit, jadi up nya tertunda sejak kemarin..😩
With Love 💋 LiaRezaVahlefi
Instagram : lia_rezaa_vahlefii
Akun Wattpad khusus fiksi remaja Lia_Reza_Vahlefi