Chereads / MATA KETIGA / Chapter 7 - Pengalaman Berkemah 2

Chapter 7 - Pengalaman Berkemah 2

Setelah selesai membuat tenda kami istirahat, gue dan Bayu juga dalam kelompok yang sana menuju bangunan WC untuk mengambil air buat memasak. Pra sarana disini sangat bagus, airnya jernih, WC laki-laki pun termasuk bersih ada 4 kamar mandi yang cukup besar dengan bak penuh air, tidak jauh dari sini terlihat ada Mushola juga letaknya agak dibawah

"Hei, lo lihat ada sesuatu engga disini ?" tanya Bayu melongok ke empat Kamar Mandi yang ada di dalam satu bangunan dan kamar mandinya di dalam, Gue hanya menggeleng.

"Serius ?" tanyanya menatap gue tak percaya, dia memang penakut walau badan cukup kekar dan bertampang cuek dia pun mendekat, sementara gue sedang memenuhi ember buat memasak. Gue mengangguk.

"Disini berbeda dengan di kota! karena daerah pegunungan maka mahluk astral lebih suka keluar waktu magrib dan malam tertentu saja! mereka lebih berdiam diri diwilayahnya masing-masing sampai ada seseorang yang melanggar atau berkata kasar !" jelas gue.

"Oh gitu, lo tunggu disini gue pengen buang air kecil !" ujarnya dan dia buang air kecil tanpa ditutup pintunya, Sialan !

"Sudah ?" tanya gue, dia mengangguk. Gue suruh membawa satu ember yang agak besar dia pun mau saja, sedang gue membawa ember yang kecil.

Kami berdua sampai di tenda, ada beberapa teman yang bisa masak. Kali ini nasi liwet dengan goreng ikan asin, Sandi kebagian ngulek sambel. Sambil menunggu kami mengobrol sepertinya tidak ada kegiatan sampai nanti sore.

Setelah matang semua kami pun makan dengan lahap, rasanya berbeda kalau makan bersama seperti ini padahal nasi dan lauknya sederhana. Tak lama semua ludes dan habis, semua kekenyangan, kelompok lain pun sama. Setelah itu istirahat sambil tiduran.

----------------------

Sore pun menjelang, kami berkumpul dan para pembina mengatakan kegiatan akan dilakukan besok pagi, setelah itu bersiap untuk sholat magrib bersama. Sebagian kelompok kami mandi walau sebentar karena dingin. Kabut pun mulai terlihat di pegunungan. Di kamar mandi tampak ramai, gue hanya cuci muka saja.

Gue keluar dari area WC di luar sudah cukup gelap, suara adzan magrib pun terdengar, tapi gue sudah melihat banyak yang mengintip di luar sana. Suasana semakin berbeda setelah selesai sholat, kini gue bisa melihat semuanya dengan jelas. Beruntung di sekitar lapangan berkemah tidak ada kediaman mahluk halus, tapi berbeda di pinggirnya.

Gue melewati WC perempuan di situ ada sebuah pohon dan ada penampakan mahluk aneh dan pocong ! gue terdiam.

"Kenapa lo ?" tanya Bayu, Hasan dan Sandi pun menoleh.

"Engga !" jawab gue singkat.

"Udah lo cerita, jadi pada tahu !" Bayu memang seperti itu.

"Tadi dipohon dekat WC cewek ada mahluk aneh dan juga .... pocong !" jawab gue. Sandi dan Hasan lansung bergidik, kemudian mempercepat langkahnya dan pergi duluan. Tiba-tiba ada bayangan putih melompat menjauh di samping Bayu.

"Si pocong udah pergi tuh !" sambil menunjuk kesebelah Bayu, dia terkejut dan setengah memeluk gue.

"Anijir lo Yu! jangan main peluk !" omel gue, mukanya merah.

"Sorry !" dia melepas pelukannya.

"Makanya kalau takut jangan tanya-tanya yang begituan !" ujar gue.

"Kita kan harus waspada, mana tahu kejadian seperti si Sinta !" jawabnya, ada benarnya juga, tapi kalau seperti Bayu parah, bagaimana kalau orang lain melihat pasti pikirannya macam-macam.

Malam itu gue tidur di tenda ke dua yang tengah, memang ada banyak tas tapi itu cukup hangat, dan sialnya Bayu juga tidur sama gue. Sementara dua tenda lagi di samping kiri dan kanan diisi 5 sampai 6 orang berjejer.

"Kenapa sih lo tidur sama gue ?" tanya gue.

"Disana sempit tahu !" ujarnya.

"Bilang aja lo takut !" ejek gue.

"Iya gue takut! nah sekarang temenin gue ke WC !" sambil menarik tangan gue.

"Sendiri aja sono! lo kan pemain basket !" tolak gue, tapi karena tenaganya lebih kuat gue nyerah.

"Makanya jangan banyak minum !" ujar gue, sebal.

"Dingin bego, jadi kepengen buang air terus !" makinya. Tangan gue dipegang erat takut gue kabur. Ketika sudah di area WC yang sepi, hanya terdengar suara binatang malam dan angin berhembus lembut tapi sudah bikin kedinginan.

"Sialan engga bawa jaket !" ucap Bayu, gue pun sama. Tiba-tiba tangan gue ditarik dan jatuh kepelukan.

"Yu, apa-apaan sih !" ujar gue berusaha melepas pelukannya.

"Udah, engga ada yang lihat, lo harus nemenin gue !" Dia menarik gue masuk ke kamar mandi. Sialan banget si Bayu, dia pun buang air kecil, gue memalingkan wajah gue.

"Lo ga usah kaya gitu, kaya engga pernah lihat aja !" sambil melirik gue dengan senyum mesum.

"Gila lo Bay, lo homo ?" tanya gue, bete.

"Terserah !" ucapnya cuek.

"Lo engga pipis ?" tanyanya, gue menggeleng.

"Udah ah !" gue membuka pintu, dan keluar diikuti Bayu.

"BRUUGH !" terdengar suara benda jatuh di atas genteng, secara reflek Bayu memeluk gue.

"Apaan tuh !" dia kaget, dan memeluk gue erat wajahnya sangat dekat. Muka gue memerah.

"Itu ..." gue terdiam, untuk sesaat suasana hening.

"Meong ... meong ... !" terdengar suara kucing di atas atap.

"Anjir, kucing sialan !" tubuh Bayu melemas dan pluk, kepalanya jatuh di pundak gue.

"Woi bangun, kita kembali !" gue melepas pelukan Bayu, dia tidak keberatan. Kami berdua kembali ke tenda dan tertidur.

---------------

Paginya gue bangun, Bayu memeluk gue dari belakang. Gue melepas pelukannya.

"Yu bangun, sholat subuh! udah adzan !" gue membangunkannya.

"Gue masih ngantuk !" dia membalik tubuhnya.

"Woi lo engga mau dihukum kan ?" ujar gue, ia pun bangun masih mengantuk, oh iya kita engga pake serangam pramuka tapi memakai kaos lengan panjang dengan tanda khusus. Pagi itu dimulai sholat subuh, dilanjutkan olah raga, dan sarapan pagi.

Kegiatan selanjutnya upacara pagi dan setelah itu lomba, dari tali temali, semapur dan badge yang menambah ketrampilan, makan siang dan istirahat melakukan ibadah, dan waktu kosong sampai sore. Setelah sholat magrib kami melakukan jurit malam di sekitaran lapangan dengan mata tertutup di tanya berbagai hal tentang pramuka dan istirahat di mushola sambil sholat isya. Setelah itu istirahat. Malamnya hujan turun sangat lebat. Semua kedinginan.

"Yu, jangan erat gini peluknya !" ujar gue melepas pelukannya karena merasa gerah bukan dingin.

"Ga, diluar dingin kali !" ucapnya dan memeluk gue lagi dengan erat bahkan gue rasakan bibirnya di leher gue, asli membuat gue merinding, lebih menakutkan di banding ... Ah sudahlah ...

Gue membiarkannya dan tertidur pulas sampai pagi melewatkan sholat subuh, gue bangun dan keluar tenda Bayu masih tertidur. Ternyata masih sepi, efek dari hujan semalam.

"Masih pada tidur ya ?" gue melirik ternyata itu Bayu yang menggeliat tubuhnya.

"Dingin banget !" ujarnya gue mengangguk dan melihat jam tangan pukul 7 pagi ! tapi berkabut....

Bersambung ....