Chereads / MATA KETIGA / Chapter 12 - Misteri Rumah Berhantu ? 4

Chapter 12 - Misteri Rumah Berhantu ? 4

Kami mulai memasuki depan rumah, ada tangga dan 4 tiang marmer besar di depannya, teras serta pintu dan jendela kayu. Terasnya lega seperti rumah seorang bangsawan kaya.

"Bagaimana Ga disini ?" tanya Kevin.

"Menurut lo gimana ?" gue malah balik nanya.

"Gue rasa dulu, ini rumah orang Belanda yang kaya, sepertinya! kok gue merasa aneh ya? kalian merasakannya engga? entah kenapa beda aja malam ini! lo sudah melakukan apa terhadap kita semua Rangga! tunggu, menurut lo, gue dan lainnya bisa melihat dunia lain kan, ini kah dunia astral itu? Eh, lo denger sesuatu dari dalam engga ?" Kevin menjadi agak takut dan berusaha untuk tenang atas perubahan itu. Semua terdiam dan terdengar suara musik dan lagu berbahasa Belanda seperti dari gramophone tua. Kita berenam langsung merapat karena takut, kamera menyorot ke sekeliling dan ke dalam rumah yang pintunya terbuka.

"Astafirullah alazim !" ucap Agus.

"Kenapa bro ?" tanya Kevin,

"Gue tadi sekilas melihat sosok noni Belanda di dalam !" ucapnya bergidik takut.

"Serius bro ?" tanya Kevin dengan hati-hati ia menyorot senter dan kameranya yang sudah dilengkapi infra merah, begitu juga yang lain sehingga bisa melihat di kegelapan malam.

"AAAAA ... !!"

Semua menjerit dan teriak, bagaimana tidak di dalam mereka melihat mahluk astral yang cukup banyak, dan ternyata bukan hanya kita tapi para lelembut pun kaget bukan kepalang, karena manusia bisa melihat mereka. Ya sosok mereka sama seperti kita manusia tapi dengan tubuh dan kondisi berbeda. Kita dan mereka sama ketika malam tiba tetapi akan berbeda ketika siang semua mahluk astral bertubuh transparan. Malam bagi mereka menjadi sempurna dan terlihat jelas.

"Rangga, siapa mereka kok banyak orang ?" Kevin dan lainnya gemetaran.

"Lo semua pengen tahu dimensi lain dunia astral kan? nah itulah mereka! gue sudah membawa kalian ke dunianya mereka dan apa yang kalian lihat, itulah yang gue lihat yang sebenarnya sehari-hari dengan mata ketiga yang gue miliki !" jawab gue.

"Apa ini tidak apa-apa ?" sela bang Aji yang tanpa sadar menyorot mereka dengan kameranya.

"Engga, gue sudah melindungi kita dengan seseuatu! hanya kalian tidak boleh jauh dari gue !" jawab gue.

"Kok sama seperti kita ya !" tanya Dinda.

"Karena semua yang di rumah ini semuanya roh bukan siluman !" jawab gue, kita masih di teras tidak kemana-mana karena lewat pintu yang terbuka lebar dan jendela yang terbuka sudah cukup terlihat jelas, ada jarak antara kita dan mahluk astral yang berada di dalam.

-------------------

"Hallo guys, kalian lihat sendiri kan? asli mereka mahluk astral! ini bukan rekayasa ini wujud yang sebenarnya dan gue sekarang siaran langsung loh bukan di rekam dulu !" Kevin kembali memberi tahu yang nonton lewat kameranya.

"Kresek ..."

Semua kaget, dan membalik ke arah halaman setelah mendengar ada seseorang yang berjalan di atas rerumputan...

"Aaaa ... !"

Terdengar suara jeritan, dari semuanya. Karena mereka melihat tiga sosok berbeda salah satunya ... pocong ! dua lainnya bapak-bapak dengan tubuh setengah hancur, sedang yang lainnya kakek tua dengan wajah pucat. Kita tidak berbicara tapi hanya kamera yang cukup menjelaskan semua.

Kami terpojok di teras rumah, di dalam ada mahluk astral, di luar pun ada. Padahal tadi sebelumnya rumah ini seluruhnya kosong tidak ada siapa-siapa, kini mendadak semuanya ada dan menampakan diri.

"Rangga, udah ah! ayo keluar dari sini! gue takut mereka menyerang kita !" teriak Dinda, Agus dan Arif.

"Tidak apa-apa, dengan posisi kita sama dengan mereka, tidak akan menyerang! kecuali ketika kita di luar dimensi mereka yang tak terlihat, justru berbahaya !" ujar gue. Semua terdiam, si pocong melompat menjauh begitu pun kakek dan si bapa tadi selanjutnya menghilang.

"Mau masuk ke dalam ?" tanya gue kepada Kevin dan teman-temannya. Mereka serempak menggeleng kepala.

"Kenapa lebih seru lo didalam !" ujar gue.

"Engga, kurasa ini cukup !" tegas Kevin,

"Lo pengen tahu dan kenal kan sama mereka ?" tanya gue.

"Ih siapa bilang !" jawab Kevin serta yang lainnya.

"Rangga, ngomong-ngomong ada berapa mahluk astral di rumah ini ?" tanya Kevin.

"Lo hitung aja sendiri, belum di lantai dua! gue engga tahu ada berapa ruangan disini !" jawab gue.

"Eh itu mba kunti bukan sih ?" tanya Dinda sambil menunjuk ke kamera.

"Iya sih kayanya !" jawab seseorang.

"Kalau seperti ini, bisa kerasukan engga ?" tanya Arif.

"Engga, karena kita di dunia mereka! sudah gue bilang tubuh kita sama juga mereka !" jawab gue.

"Tunggu kalau lo bawa kita ke dimensi ini, sama saja kita mahluk astral kan ?" tanya Kevin.

"Engga lah beda, kita tetap manusia! hanya kita sementara di sini !" jawab gue.

"Sampai kapan ?" tanya Kevin.

"Jadi sudah nih ?" gue balik bertanya. Mereka mengangguk.

"Ya sudah ikut gue, tetap bersama jangan berpisah !" perintah gue.

Setelah itu semua berjalan pelan keluar menuju tempat semula. Gue perintahkan saling berpengan tangan dan memejamkan mata, Gue pun berdoa.

"Sudah !" ujar gue. Semua saling menatap dan melihat sekelilingnya, sepi.

"Kita sudah didunia kita lagi kan ?" tanya Kevin, gue mengangguk.

"Semua sudah ngumpul kan ?" tanya Kevin.

"Iya bos !" teriak mereka.

"Oke guys, kita sudahi dulu liputan langsung gue, oh ya tulis komentar di bawah ya! jangan lupa subscribe dan like ya guys! sampai jumpa ...!" ucap Kevin menyudahi pembuatan kontennya.

"Gila lo Ga, tapi terima kasih ya !" ujarnya. Kami pun bersiap pulang.

"Eh kalian ini siapa? kok main masuk rumah orang !" tiba-tiba kami di kagetkan dengan ke datangan seseorang.

"Bapa siapa !" tanya Kevin sambil menatap seorang bapa-bapa berdiri depan mereka.

"Gimana aden ini, saya penjaga rumah ini! nama saya Rojak !" jawabnya.

"Oh mang Rojak ya? masih inget saya? saya waktu itu meminta ijin untuk melihat rumah ini !" Kevin menatap mang Rojak.

"Oh iya, maaf mamang lupa, habis banyak orang ke sini untuk uji nyali, ada yang ke mamang dulu tapi banyak dari mereka yang nyelonong saja !" jawabnya.

"Sudah masuk atau belum ?" tanyanya. Kita mengangguk.

"Sudah ? ini baru jam sembilan malam !" ujar mang Rojak.

"Iya mang, sudah hanya melihat rumah ini saja, oh iya menurut mamang di sini seram enggak ?" tanya Kevin.

"Ya lumayan sih, tapi mamang mah udah biasa !" jawabnya.

"Mamang tahu kenapa rumah ini tidak di jual atau ditempati lagi ?" tanya Kevin.

"Oh itu mah mamang tidak tahu !" jawabnya.

"Mang Rojak boleh saya rekam ya, mau mewawancarai mamang sebentar !" ujar Kevin, dan si mamang tidak keberatan.

"Boleh den !" jawabnya.

"Gini mang, rumah ini apa bekas peninggalan Belanda ?" tanya Kevin yang sudah mempersiapkan kameranya.

"Oh iya betul, dulu memang bekas rumah orang Belanda, cuman kemudian di beli oleh seseorang, sempat di renovasi dan ditinggali selama 15 tahun dan kemudian kosong !" jelas si mamang.

"Sempat kosong juga selama 10 tahun, karena ada peristiwa pembantaian orang Belanda oleh tentara Jepang termasuk keluarga dirumah ini !" lanjutnya, semua terdiam.

"Begitu ya, terima kasih mang atas wawancaranya !" ucap Kevin.

------------------

Seminggu kemudian, Kevin datang ke kelas gue dan memperlihatkan hasil dari penyelusuran waktu itu di Youtube di handphonenya.

"Bagaimana ?" tanya Kevin setelah menontonnya, sambil menatap kami.

"Serius Vin semua yang ada disitu beneran ?" tanya Dita dan Dina.

"Tanya aja sama Rangga, dan gue ucapin terima kasih! coba lihat sudah di tonton 1 juta bro! itu terbanyak di antara lainnya dan Subscriber gue bertambah menjadi 20 ribu! komentar pun beragam dari yang engga percaya sampai itu pura-pura, editan dll! tapi ada juga yang percaya itu beneran dan pada ketakutan !" Jawab Kevin senang.

"Selamat ya Vin !" jawab gue.

"Oke, kapan-kapan gue traktir lo deh! dan tentu saja kita bisa collab lagi lain waktu !" ujarnya dan dia pun pergi.

"Gila ya tuh anak !" Dita hanya berkata kesal.

"Sudah, tidak apa-apa !" jawab gue tersenyum.

Bersambung ...