"Ucap bismillah dulu Rena !" ucap ustadz Zaenal, Rena mengangguk.
"Bismillahirrohmannirrohimm !" ucap Rena dan meminum kembali air yang diberikan ustadz Zaenal kini tidak batuk lagi bahkan bersendawa.
"Alhamdullilahirobbil allamin !" jawab Ustadz Zaenal tersenyum. Tak lama kedua orang tua Rena masuk.
"Ada apa sih mah, pah ko bolak balik begitu !" tanya Rena heran, apalagi melihat muka kedua orang tuanya pucat.
"Maaf pak, ibu! minumlah dahulu ?" ucap pak Ustadz Zaenal memberikan dua botol air putih kepada orang tua Rena, mereka pun tanpa diduga memimunnya begitu saja dan efeknya batuk-batuk. Bukan itu saja mata mereka berubah melotot, Rena dan Reza terkejut. Sedang gue terdiam sambil berdoa.
Rupanya mahluk itu marah besar, karena tumbalnya di halangi maka kini mereka mengincar kedua orang tua Rena,
"Pak Usradz ada apa dengan kedua orang tua saya !" Rena menangis.
"Mahluk itu, kin beralih ke mereka! lebih baik berdoa dan membaca ayat al qur'an yang kamu bisa !" jawab pak Ustadz. Rena tak bisa berbuat apa-apa ia hanya menangis. Reza pun mendekat dan memeluk Rena ia pun membaca ayat suci, Rena tertegun dan mengikuti Reza.
Pak Ustadz terdiam tapi gue bisa melihat sesuatu keluar dari tubuhnya seperti seorang kakek-kakek bersorban, Sebenarnya yang gue lihat sekarang kedua orang tua Rena sedang di sandera oleh mahluk yang tadi, cuman ini lebih besar dari yang tadi. Pak Ustadz sedang berusaha melepas keduanya.
Mahluk itu cukup kuat, gue bisa melihat masa lalu kedua orang tua Rena. Sebenarnya baik, tapi karena ekonomi mereka mau berbuat bersekutu dengan mahluk astral dan meminta tumbal nyawa, salah satunya yang memberikan utang sudah terambil, satu kakak Rena dan adiknya pun menjadi korban.
Sebenarnya bisa di lepas hanya mereka akan menjadi miskin kembali. Gue pun tak tinggal diam, penjaga dalam diri gue pun keluar membantu pak Ustadz, jadi mereka yang bertarung sedang kami hanya berdoa.
"Baiklah, akan kami ambil kembali yang sudah di berikan !" ujar mahluk itu setelah kalah dan menghilang. Tubuh kedua orang tua Rena lemas ke bawah.
"Papah ... mamah !" Rena menjerit.
"Sudah Rena, mereka tidak apa-apa !" ucap pak Ustadz dan gue membantu mengangkat keduanya ke sofa.
"Sebaiknya kalian pulang saja, biar bapa disini! ada yang ingin kubicarakan dengan mereka !" ujar pak Ustadz Zaenal. Gue dan Reza mengangguk.
"Na, gue pulang dulu ya !" ucap Reza, Rena mengangguk. Begitu pun dengan gue dan kami pun pulang setelah mengucap salim kepada pak Ustadz.
Beberapa langkah dari ruangan perawatan, Reza jatuh lemas, gue mendudukan dia dikursi dan memberikan minuman yang tadi diberikan ke gue.
"Minum Za, gue tahu lo terkejut dengan kejadian tadi! tapi yang seperti itu ada !" jelas gue, dia pun meminumnya sebelumnya membaca doa.dahulu.
"Terima kasih Ga! betul baru kali ini gue mengalami kejadian seperti ini !" ujarnya. Setelah beberapa lama kita pun pulang.
"Ga lo engga nunduk lagi ?" tanyanya heran.
"Mata ketiga gue ditutup sementara Za, tadi soalnya membantu pak Ustadz melawan mahluk itu! besok juga terbuka lagi! emang gitu, di istirahatkan dulu !" jelas gue.
"Oh, apa engga apa-apa dengan keluarga Rena ?" tanyanya khawatir.
"Percayalah kepada pak Ustadz Zaenal dan juga berdoa kepada yang di atas semoga semua dalam perlindungannya !" jawab gue.
"Terima kasih Ga !" ucapnya.
"Sama-sama Za !" jawab gue.
-------------------
Beberapa hari kemudian, gue melihat Rena kembali kesekolah dengan penampilan berbeda. Dia kini bersama Reza terlihat dekat dan akrab semua tertegun tapi gue tersenyum.
"Jadi Rena sama Reza ya ?" tanya Bayu, gue mengangguk.
"Yu, gue minta maaf atas semuanya !" ucap Rena sambil menunduk.
"Sudah, gue udah lupain semuanya Na! syukurlah lo baik-baik saja !" jawab Bayu tersenyum.
"Ini semua berkat Rangga! gue juga minta maaf ya ?" tanyanya gue mengangguk.
"Bro, jagain Rena baik-baik ya !" ujar Bayu sambil menepuk pundak Reza.
"Iya, yuk kita ke kelas !" ajak Reza kepada Rena ia mengangguk tersenyum dan pergi setelah pamitan kepada kami berdua.
"Lalu bagaimana dengan keluarganya ?" tanya Bayu kepada gue.
"Kembali seperti dulu! hidup sederhana dan gue dengar mereka akan pindah ke desa nenek Rena dan menjadi petani disana !" ucap gue, Bayu terdiam.
"Kasihan !" gue hanya mengangguk. Saat ini kedua orang tua dan Rena sendiri dalam bimbingan ustadz Zaenal, diajarkan beribadah dan kembali ke jalan yang lurus.
Untung berita itu tidak menyebar jadi hanya rahasia dari sedikit orang saja tentang hal itu, sehingga Rena tetap sekolah seperti biasa. Kedekatan Rena dan Reza pun menutupi insiden gue sama Bayu.
Tak terasa pentas seni dan pameran pun di gelar di lapangan gedung sebelah yang itu adalah sebuah kantor, semua juga tahu sekolah kita seperti apa. Walau begitu banyak yang datang dari berbagai sekolah, dan tetap berdoa sebelum mulai beraktifitas. Gue bertindak sebagai petugas keamanan berusaha semuanya tetap aman dari apapun.
Sebenarnya bukan hanya para pelajar atau masyarakat umum yang antusias tapi para mahluk astral pun datang juga. Baik dari sekolah kita ataupun area gedung kantor yang cukup tua dan berasal dari jaman belanda juga. Untunglah mereka tidak mengganggu.
"Bagaimana ?" tanya ka Rohit dan Fajar serta ka Amel kepads gue.
"Semua aman !" jawab gue.
"Lo engga melihat yang lain kan ?" tanya ka Fajar.
"Maksud kak Fajar hantu ?" tanya gue semua saling berpandangan.
"Oh ada kak, banyak tapi mereka hanya penasaran kok tidak menganggu !" ucap gue tersenyum.
"Ha ... ha ... ! gue hanya bercanda kok !" ujar ka Fajar sambil menepuk pundak gue untuk menutupi ketakutannya.
"Ini serius kak!" jawab gue, dan sambil menunjukan di mana saja ada mahluk astralnya dan siapa mereka, semuanya terdiam.
"Oke, itu menjadi urusan lo ya !" ujar ka Rohit sambil menepuk pundak gue. Dan mereka pun pergi.
"Woi Ga !" seru Sandi dan Hasan datang mendekat.
"Cie yang bawa gebetan !" ujar gue jail, karena kini Sandi dan Hasan sudah punya pacar, Hasan dengan cewek sebelah, sedang Sandi dengan Dina.
"Sialan lo Ga, lo kapan ?" tanya mereka.
"Mana mau cewek sama gue !" ujar gue.
"Gue mau !" tiba-tiba Bayu merangkul gue.
"Anjir lo Yu !" ujar gue, Hasan sama Sandi hanya tertawa mereka sudah terbiasa melihat gue dan Bayu seperti itu.
"Kita lihat stand makanan yuk !" ajak Sandi, kami pun pergi.
Ternyata di antara stand itu ada milik Reza dan Rena mereka membuat takoyaki dan enak banget rasanya.
"Lo cocok bro jualan ini ! takoyakinya enak banget !" ujar Sandi dan lain pun mengangguk.
"Syukurlah !" ucap mereka berdua yang makin mesra.
"Suci kamu ada disini juga ?" tanya gue dan itu mengejutkan semua.
"Iya pengen lihat aja, katanya ada band idola mau manggung disini !" ucapnya tersenyum.
"Aneh banget kamu suka group band juga !" gue tersenyum. Semua terdiam, mungkin kalau orang lain terlihat aneh gue ngomong sendiri. Tapi bagi teman-teman semua sudah tahu gue dan Suci itu siapa.
"Si Merie ada disini juga loh! tuh di sana !" tunjuk Suci dan gue menoleh ke pojokan di sana ada noni belanda sedang berdiri.
"Siapa Ga ?" tanya Bayu.
"Marie! tumben nonton !" semua tertegun terutama Sandi, Hasan dan juga Dina serta Dina.
"Siapa Marie ?" tanya Rena, Reza dan Yuli pacar Hasan.
"Itu hantu di lantai dua !" jawab Sandi.
"Oh ... !" semua terdiam banyak cerita di sekolah kita yang belum pada tahu.
Bersambung ...