Chereads / MATA KETIGA / Chapter 19 - Misteri Sebuah Pabrik 3

Chapter 19 - Misteri Sebuah Pabrik 3

Kami pun keluar untuk melihat apa yang terjadi, seorang ibu-ibu berlari dan berteriak dan itu mengagetkan semua orang.

"Ada apa Bi Esih ?" tanya para tetangga yang terkejut.

"Tolong anak saya, si Narti !" ucapnya menghiba sambil jatuh terduduk lemas.

"Masya Allah Bi Esih ini kenapa ?" para tetangga membantunya dan membawa pulang ke rumah, di rumahnya mereka terkejut melihat seorang gadis cantik berteriak seperti orang gila matanya melotot.

"Masya Allah, Narti Istighfar !" seru para tetangga.

"Ha ... ha ... ! mas Husein kenapa kamu menolak cintaku ? hiks ... hiks !" begitulah kadang tertawa dan menangis serta kemudian mengamuk.

Akhirnya para tetangga memanggil seorang ustadz ke rumah bi Esih, dan berhasil di tenangkan, tapi para tetangga terlanjur bergosip dengan kata-kata yang terucap dari bibir Narti, semua juga tahu Husien suami dari Sumiatii bibinya Hasan. Pak Ustadz pun memberikan penjelasan singkat bahwa Narti tergila-gila kepada Husein suami dari Sumiati. Dia terkena tulah perbuatannya sendiri yang mengguna-gunai suami orang. Bi Esih kelihatan malu dan tak bisa berbuat apa.

"Sumi maafkan Narti ya ?" ucapnya bersimpuh sambil menangis. Bi Sumiati hanya mengangguk walau hatinya sakit ko tega Narti berbuat itu, tapi pasrah menerimannya

Kami pun kembali ke rumah, tapi hanya sebentar karena pak Ustadz menyuruh paman Hasan untuk datang, akibat peristiwa ini. Dan semua berangkat ke pabrik. Ternyata cukup jauh dengan berjalan kaki hampir satu jam, kalau dengan motor setengah jam sampe. Pabrik ini satu-satunya di desa ini, pabrik pengolahan teh tepatnya karena tidak jauh dari situ ada perkebunan teh milik seorang warga yang termasuk kaya.

Bagunan pabrik ini masih baru, sekitar 10 tahun berdiri, tidak besar tapi tidak kecil juga, cukup luas dengan berbagai bagian, sehingga bau teh yang di masak pun dapat tercium dari jauh. Kami pun disambut oleh Satpam. Hasan pun akhirnya memberitahu kedatangannya dan Satpam pun menunjuk sebuah bangunan. Kami ke sana ternyata paman Hasan adalah manajer produksi.

"Oh kalian ya, tunggu sebentar !" pamannya masuk ke dalam sebelum Hasan berbicara. Tak lama dia keluar dengan seseorang lelaki.

"Ini pak Jajang dia akan mengantar kalian berkeliling !" ujarnya.

"Paman anu, kata Ustadz disuruh pulang !" ucap Hasan, pamannya terdiam sampai sebuah telpon masuk.

"Hallo iya saya sendiri .,.! oh pak RT ... apa ? iya saya akan pulang !" Pamannya Hasan terdiam.

"Ya sudah paman akan pulang dulu, pak Jajang tolong ya !" ujarnya. Dia hanya. mengangguk dan Pak Husein pun pergi ke dalam sebentar lalu pulang menggunakan motor.

"Ayo anak-anak masuk !" ajak pak Jajang, kami pun masuk. Pak Jajang mulai bercerita tentang sejarah pabrik ini.

Sementara gue memperhatikan seluruh bangunan pabrik, menarik ternyata. Kami melihar semua ptoses produksi.

"Harum sekali !" semua mencium bau teh yang sedang di olah.

"Pak ... anu apa dulunya juga sebelum menjadi pabrik sebenarnya ini pabrik juga ?" tanya gue, pak Jajang tertegun.

"Maksud adek ?" dia balik bertanya.

"Anu ... saya melihat sebelum pabrik baru ini dibangun, 30 tahun lalu ini adalah pabrik yang sama dengan yang sekarang, cuman pabrik yang dulu ada sejak jaman Belanda tepatnya, terbakar dan menewaskan cukup banyak pegawai kemudian dibiarkan, ditutup dan akhirnya dibongkar rata dengan tanah, cukup lama kosong !" jelas gue.

"Dan mungkin itu penyebabnya banyak kesurupan, karena yang tewas juga kebanyakan perempuan !" lanjut gue.

"Biasanya terjadinya menjelang sore, sekitar pukul 2 atau 3 sore! dan itu sesuai dengan kejadian yang terjadi dahulu !" ujar gue, semua terdiam.

"Oh, jadi adek tahu semuanya ?" tanya pak Jajang.

"Karena saya bisa melihat masa lalu tentang kejadian suatu tempat !" jawab gue.

"Oh, apa yang dikatakan adek sama dengan pak ustadz dan paranormal! dan sudah diruwat juga serta di doakan! tapi masih tetap terjadi !" ujarnya.

"Itu karena ... !" gue tidak melanjutkan. Karena ada sesuatu yang terjadi.

"Aaaaa.... !"

Seseorang menjerit dari ruangan pemilahan daun teh yang sebagian besar perempuan, sebenarnya pabrik ini semi moderen, pemanggangan atau pengeringan teh oleh mesin, tapi pemilahan pucuk teh masih di gunakan oleh manusia yang terampil dan itu semua pegawainya perempuan. Kami pun kesana.

terlihat seorang perempuan histeris, padahal ini belum waktunya alias masih pagi.

"Bagaimana dek ?" tanya pak Jajang.

"Itu dari luar pak, di gedung ini memang sudah bersih! tapi residu masa lalu masih ada !" jawab gue.

"Mereka datang dari sekitar gedung, lebih tepat sih toiletnya !" lanjut gue.

Syukurlah hanya satu orang, itu pun karena dia sedang mempunyai masalah sehingga melamun. Dan gue menunjukan tempat di luar gedung yang cukup banyak mahluk astralnya, gue hanya menyarankan agar banyak berdoa dan tetap beribadah agar pikiran mereka tidak kosong.

"Terima kasih dek, atas semuanya !" ucap pak Jajang, dia pun sempat terkejut ketika gue tunjukan secara nyata keberadaan mahluk itu.

"Iya sama-sama pak !" jawab gue.

Setelah itu kami pamitan untuk pulang, setiba di rumah, gue malah di panggil dan tahu apa maksudnya. Dan gue pun menjelaskan apa yang terjadi yang tanpa sengaja seperti itu. Pak Ustadz dan pak RT menerima penjelasan dari bukti yang gue temukan, Pak Husein pun menjelaskan siapa gue dan teman-teman. Mereka mengangguk dan mengerti. Pak Husein sudah memaafkan Narti atas apa yang dilakukannya. Kini diserahkan kepada orang yang lebih tahu dikampung ini bagaimana solusinya.

Lalu bagaimana mba Narti, menurut gue itu belum lah parah dan baru 'gejala awal' dari efek yang telah diperbuatnya sendiri. Hanya itu, semua itu diserahkan kepada ahlinya dan lebih tahu yaitu pak Ustadz sendiri.

Kami kembali ke rumah dan syukurlah ketika sore tiba dan menjelang malam, paman Hasan menerima telpon dari pak Jajang tidak ada insiden lagi dan mudah-mudahan seterusnya. Walau sudah selesai tapi liburan belum usai, pamannya Hasan meminta kita tinggal disini selama beberapa hari. Dan kami pun tak keberatan karena ini liburan yang berbeda.

-----------------

Sejak kejadian hari itu banyak penduduk sekitar yang selalu memperhatikan kami bahkan menyapa dengan sopan seperti kepada orang dewasa, entah takut atau sungkan. Di Kampung ini ada seorang paranormal yang cukup di segani oleh para penduduk. Ketika gue menjelaskan apa yang gue tahu tentang hal itu, dia menatap gue dengan tajam, entah apa maksudnya.

Namanya Pak Samsudin, berbadan gempal dengan cincin batu yang cukup banyak melingkar di tangannya, berkumis tebal. Pada waktu itu dia bertanya tentang kemampuan gue apa dan gue jawab apa adanya.

"Hanya bisa melihat dunia astral ?" tanyanya di hadapan para penduduk.

"Iya pak, dimata saya sejak masih kecil dunia itu sudah terlihat didepan mata saya tak ubahnya melihat manusia! dimana pun, kapan pun juga! bahkan sekarang pun ada !" jawab gue semua pun terkejut.

"Benarkah ?" tanyanya seakan tak percaya atau menantang ? gue hanya mengangguk.

"Apa harus saya sebutkan ?" tanya gue balik bertanya.

"Tidak usah nak Rangga !" pak Ustdz menengahi, ia sepertinya tahu sifat pak Samsudin.

"Kurasa cukup, nak Rangga ini kebetulan memiliki kemampuan yang berbeda! yang diberikan okeh Allah SWT dan itu tidak sembarangan serta tidak semuanya bisa, kita harus bersyukur atas semuanya itu! dengan cara apa? dengan mempergunakan semua pemberian istimewa itu di jalan yang benar! niscaya akan memberikan manfaat dan pahala untuk diri sendiri dan orang lain !" jelas pak Ustadz.

Bersambung ....